Chapter EIGHT

1.1K 204 53
                                    

Dan sialnya saat pagi hari keduanya dikagetkan dengan berita di televisi yang disertai foto keduanya sedang bergandeng tangan turun dari mobil menuju apartemen pribadi Park Jimin.

"Hei Park, kau memang tak dapat dipercayai. Sialan sekali namaku jadi jelek."

Jimin mengusak rambutnya frustasi, langkahnya bolak-balik dan berjalan di tempat, hal itu mengundang decihan Yoongi sambil ia menyendok bubur yang ia buat beberapa waktu lalu. "Sejujurnya akupun tak tahu kenapa bisa tertangkap kamera begini, tak ada yang tahu mengenai apartemen pribadiku ini lagipula aku jarang sekali pulang ke tempat ini. Biasanya aku akan pulang ke rumah dinas."

Yoongi membanting sendoknya, "Aku tak mau tahu, selesaikan masalah ini secepatnya. Aku tak mau mendapat tuduhan dating denganmu. Kau bukan tipeku sekali dan kau ini kurang tinggi..."

Jimin melotot tak suka, "Jadi kau menyalahkanku begitu? Semua juga salahmu mau-mau saja aku ajak untuk minum wine."

Yoongi berdiri dari posisi duduknya sambil menyingkap lengan bajunya, baju punya Jimin sebenarnya. Ia berjalan cepat menghampiri Jimin lalu mendorong pria itu sampai terjatuh ke lantai dan kemudian menginjak kakinya hingga Jimin mengaduh kesakitan. "Sialan, kau tak punya rasa prihatin sedikit. Dasar laki-laki kasar, pantas saja kau masih menjomblo."

"Kurang ajar!" Sekarang bobot tubuh Yoongi sukses menduduki perut Jimin lalu mencubit serta menampar lengan Jimin hingga punyi 'plak' nyaring terdengar. Rintihan kesakitan dari mulut Jimin tak Yoongi hiraukan, biar saja pikir Yoongi tak peduli.

"Ampun Yoongi, kau ini kenapa kasar sekali sih? Aku juga merasa dirugikan dengan berita yang beredar, akan kucoba hubungi timku untuk menyelidiki siapa yang mengintai apartemen ini."

Jimin menghela napas saat Yoongi berpindah duduk disampingnya di depan ruang televisi. Keduanya mensejajarkan kaki dan tampak diam mencari solusi, sesekali Jimin mengecek benda perseginya yang menampilkan pop-up chat dari sekretarisnya yang memberitahu bahwa gedung kementerian terdapat banyak sekali wartawan. Tidak berbeda jauh juga dengan Yoongi yang mendapat telepon dari Jungkook perihal kantornya yang di datangi awak media.

Perasaan Yoongi menjadi campur aduk, bagaimana bisa pemilik dari stasiun televisi diincar oleh karyawannya sendiri untuk berita acara pada televisinya, mungkin iya akan menimbang tentang pernyataan ekslusif perdana hanya untuk perusahaannya agar acara tv milikknya mendapat rating penonton yang tinggi.

Tidak berselang lama, mereka berdua sudah menyantap ayam goreng pesanan delivery yang diantarkan sampai lobby agar dititipkan ke bodyguard di lantai dasar.

Setelah sempat berdiskusi dengan beberapa pihak penasihat dan kesepakatan dengan Yoongi, akhirnya keduanya sudah memutuskan untuk mengakui kedekatan keduanya dihadapan media. Tim dari kedua belah pihak setuju untuk mengadakan wawancara di Shilla Hall Convention Center. Penyewaan aula tersebut dilakukan untuk menghindar dari beberapa orang yang bisa saja memutar balikkan fakta atau mengirim umpan balik kepada Park Jimin serta Min Yoongi.

"Yoon, bagaimana kalau kita umumkan sekalian kita akan menikah saja? Bukannya itu akan menjadi irit biasa, jadi seandainya nanti kita akan menikah 'pun tak usah lagi menyewa aula."

Tangan Yoongi meremat ayam goreng yang ada digenggamannya dan ia masukkan ke mulutnya dengan beringas. "Park Jimin, kau mau tubuhmu ku cabik-cabik seperti ayam ini hah?!" Intonasi nada bicara Yoongi memberat, matanya seperti mengeluarkan laser siap membunuh, Jimin menelan ludah gugup sambil ia paksakan tertawa,

"Hehe, candaanmu sungguh lucu. Nanti kita sewa aula lagi saja kalau mau menikah, tak apa nanti aku yang bayar untuk sewa aula. Tapi..."

"Tapi apa?" Yoongi menyela.

Prime Minister and CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang