Chapter NINE

926 152 45
                                    

Suasana seminggu kemudian berjalan membaik, kepolisian masih melakukan penyelidikan secara terbuka dengan dugaan kuat dipenjarakannya Kang Daniel serta walikota Busan. Beberapa kartel perdagangan minyak ilegal sudah dibubarkan berkat bantuan informan NIS.

Pikiran Jimin saat ini sudah kembali tenang, setidaknya semua masih terkendali dan tidak ada demonstrasi rakyat hanya beberapa komentar tidak enak di portal artikel.

Dua hari setelah kejadian tertangkapnya anggota pemerintahan tersebut, Park Jimin bertemu dengan Presiden dan mengadakan rapat tertutup mengenai masalah yang terjadi. Ia sempat memaparkan beberapa dugaan sementara mengenai hasil dari informasi Kim Namjoon. Kali ini rasanya Park Jimin membutuhkan kawan besar untuk menangkap kalang pencurian kelas kakap yang belum terkuang, jelas Kang Daniel dan walikota Busan hanya berperan sebagai anak buah bagi penguasa sebenarnya.

"Mau mampir ke apartemenku sebentar untuk minum? Kau terlihat kusut sekali semenjak minggu lalu, jabatanmu yang sekarang membuatmu bertambah tua." Hoseok merapikan jasnya dan berdiri dari sofa ruangan Jimin, menghampiri pria Park yang masih fokus pada layar komputer.

"Kemasi barang-barangmu, kita minum sebentar, kau tak tertolong sekali. Atau setidaknya berkencanlah dengan Min Yoongi itu..." Hoseok mendesah pasrah lalu ia segera menarik lengan Jimin kasar, sungguh, ia tidak tahan melihat pria itu seperti tak menikmati hidupnya. Setidaknya minum alkohol lebih baik dibanding sarannya untuk mengajak Jimin kencan dengan Yoongi, karena yang ia tahu Perdana Menteri muda itu masih ditolak.

Sedih sekali.

"Ah, baiklah tapi bisakah minumnya di rumah dinasku saja? Aku tidak ingin menimbulkan skandal baru, Perdana Menteri Park terlihat masuk ke apartemen anak buahnya, apakah terlibat perselingkuhan?..' Judul yang buruk sekali. Jadi ayo ke rumahku saja!"

"Padahal skandal itu adalah ulahmu sendiri, oiya, aku naik mobilmu atau aku membawa mobilku sendiri?"

Jimin berdiri terdiam dan menatap mata Hoseok lama, "Kau tahu aku tidak ingin skandal lagi?"

Tangan Hoseok terkepal mendengarnya, "Baiklah, aku bawa mobilku sendiri. Padahal kalau aku satu mobil bersamamu bisa irit bensin."

Ngomong-ngomong sudah cukup sering Hoseok mampir ke kediaman Jimin sejak pria itu diangkat menjadi Perdana Menteri. Rumah dinas yang diberikan pemerintah untuk Jimin memiliki luas lahan yang besar, ditambah ornamen tradisional yang kental namun tidak meninggalkan kesan modern. Pintu dibuka oleh penjaga dan mempersilahkan keduanya masuk dan berjalan menuju pintu lainnya yang terarah ke kawasan privasi Jimin, Hoseok meletakkan sepatunya di rak sepatu yang berada dipojok dekat pintu.

Ruangan ini di desain ulang oleh Jimin sendiri karena dirinya ingin memiliki ruang privasi. Pintu depan sudah dipastikan dengan ruang tamu dan segala macamnya digunakan jika ada tamu umum sebagai delegasi atau pejabat berkunjung sedangkan pintu yang dimasuki Hoseok ini adalah khusus untuk orang-orang yang Jimin kehendaki, bahkan Yoongi pun belum pernah menginjak ke bagian ini.

Kedekatan Jimin dan Yoongi seperti jalan ditempat, tak ada kemajuan.

"Payah" celetuk Hoseok saat pria itu menyenderkan punggungnya dibangku bar yang terletak berada di dapur.

Jimin menatap Hoseok dengan sinis, lengan kemejanya ia lipat hingga sampai siku kemudian berjalan mengambil gelas yang berada diujung lemari dan memberikannya satu kepada Hoseok, lalu kembali ke lemari penyimpanan disamping kulkan untuk mengamil wine. "Wow, stok wine milikmu banyak juga."

"Ambil saja kalau mau, aku akhir-akhir ini jarang minum. Bisa gawat kalau pagi-pagi aku masih hangover."

"Yoongi, ayo ikut aku ke Jepang. Aku ada temu kolega kementerian pihak sana yang ingin membahas mengenai kerja sama kesehatan. Kau juga kuberi kesempatan untuk promosi mengenai stasiun tv milikku. Bagaimana? Kau setuju 'kan?"

Prime Minister and CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang