CHAPTER 27

574 43 2
                                    

Praaangggg !!!

"CUKUP!!!" katanya memerintah dan marah.

Gelagar suara vas bunga pecah, menghantam sisi kanan dinding kamar. Tanpa Kinara sadari ke dua tangannya memegang mulut. Tidak percaya dengan perlakuan kasar Sheya kepadanya.

"Hei ada apa ini? " tanya mami yang baru muncul.

Kinara menggelengkan kepala kemudian berlari ke kamarnya dengan bahu bergetar. Begitu juga dengan Sheya yang turun kebawah dengan penuh api amarah.

Mami menghela napas berat, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memberi tahu Kinara dan menasihati anak gadis itu agar mengerti. Mungkin lusa, atau tidak pernah sama sekali agar kesedihan tidak menjalar kemana-mana.

Mami kembali turun kebawah, menghampiri Sheya yang begitu kelewatan. Wajar jika mami marah, karena anak sulungnya itu selalu membuat masalah. Sheya seperti anak yang di lahirkan bukan dari rahim Ilona, karena sifatnya yang begitu jauh dari orangtuanya. Banyak alasan Ilona untuk selalu memberi sedikit kasih sayangnya kepada Sheya.

Tepat setelah membanting pintu kamar Sheya, mami mulai memarahi anak sulungnya itu, " Kamu kira vas bunga belinya murah kak? "

"Maaf mam, " ucap Sheya menunduk, ia sungguh menyesali perbuatannya. Ia juga merasa aneh, mengapa bisa dirinya melakukan itu.

"Minta maaf sama adikmu, jangan buat masalah lagi, pusing mami dengernya, "

Seperti yang sering Sheya lakukan belakangan ini, jika ia merasa tidak bersalah berarti tidak perlu ia melakukan apa-apa. Terlebih meminta maaf, karena percuma dirinya tidak akan mau.

"Sana kak, " perintah mami.

Sheya tidak menjawab, ia lekas memasang earphone kedalam telinga. Menyalakan lagu dari ponselnya dengan volume full. Di sanalah puncak kemarahan mami dimulai, Sheya tidak pernah mau mendengarkan mami berbicara.

"Anak pintar, buat apa kamu punya otak kalau tidak bisa di gunakan! "

Jleb! Suara mami benar-benar bisa menembus gendang telinganya, menembus hatinya dan memberi sedikit sayatan yang rasanya cukup pedih untuk di dengar oleh Sheya yang notabene adalah anak kandung Ilona sendiri.

Bibir Sheya hampir ingin membantah mami, tapi untuk apa jika nanti masalahnya akan menjadi-jadi sampai hati mami akan terus menyakitinya menggunakan perkataannya yang tajam bak pisau.

"Minta maaf sama adik kamu sekarang atau kamu gak usah pulang lagi ke rumah ini, " Sheya langsung menatap mata Ilona tak percaya.

"Aku akan minta maaf meskipun aku gak salah, demi mami. Tapi boleh mami kabulkan satu permintaan Sheya? " tanya Sheya hampir menangis. Ia sudah melepaskan earphone tidak berguna itu. Tidak peduli dengan prinsipnya yang baru ia buat belakangan ini.

"Kamu salah kak, " bantah mami.

"Iya aku salah, jadi tolong kali ini berlaku adil untuk Sheya, "

" Aku pengin di istimewa kan sama seperti Kara, nggak apa-apa meski gak di bacakan dongeng, aku udah besar. Aku minta satu, mami dengarkan ceritaku saat aku mau tidur, tutup pintu kamar aku setelah itu, perlakukan kakak sama seperti mami perlakukan Kinara, "

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang