Ini sudah hari kedelepan mereka disibukkan dengan rebahan di bengkel, makin lama bengkel makin sepi.
"tumben ya bengkel sepi lagi," ucap Mang Toha.
"iya nih mang, padahal kemaren kemaren rame,"
"kalian ngerasa ga kalo udah seminggu juga gue ga liat bahkan denger suara beti," ucap Asen.
"cie Asen, nyari beti," goda Elang
"eh bukan gitu, maksud gue ya gimana gitu," ucap Asen berusaha menjelaskan.
"iya gue juga rasa gitu," ucap Saga mendukung opini Asen.
"Maksud kalian Beti ilang?," tanya Langit.
"iya,"
Mereka sibuk dengan pikiran masing masing, entahlah hal random seperti ini justru membuat otak mereka bekerja extra.
ini bukan masalah bengkel yang menjadi sepi, tapi ini menjadi teka teki karena Beti, yang pasti setiap minggu absen ke Bengkel malahan tidak menunjukkan batang hidung nya satu kali pun.
Awalnya mereka semua menyangka kalau Beti hanya tobat dan tidak ingin mengganggu mereka lagi, tapi pernyataan teman sepangkalan Beti cukup menganggetkan. Beti hilang tanpa kabar.
**
"lo ngerasain hal yang ga beres setelah dia pergi?" tanya Sam
"bisa jadi ga sih kalo cuma kebetulan" heran Zin sok berani padahal mah masalah hal 'lain' dia juga takut
"iya bang, tapi aneh juga kalo semua serba kebetulan" jawab Asen, raut wajah nya pucat khas orang ketakutan
"mau ke dukun?" tanya Andra, seluruh mata tertuju ke Andra
"kenapa? biar yang ikut Asen lari" ucap Andra
"tapi ndra yang Langit percaya cuma dukun beranak, kalo dukun yang asal komat kamit kayanya bukan aliran gur" celetuk Langit
"iya juga sih, ruqyah gimana?" tanya Andra dengan saran lainnya
"NAHH" kompak mereka berenam
"kalau itu ga salah kita coba" ucap Elang
"gas nih?" tanya Sam, sepersekian detik kemudian semua pun bubar dari duduk masing masing
**
"kalian ber tujuh mau di ruqyah massal?" tanya ustad ini memandangi satu persatu mereka yang sedang senggol menyenggol satu sama lain
"wakilin deh el" ucap Langit, sudah jadi kebiasaan kalo Elang menjadi tumbal dalam mengawali pembicaraan
"itu anu.."
"siapa yang namanya anu, sini saya ruqyah" ucapnya memotong pembicaraan Elang
"saya pak bukan anu" Asen mengacungkan tangannya seperti sedang diabsen, bapak itu pun mengangkat tangannya mengisyaratkan agar Asen sedikit mendekat
"good luck bro" bisik mereka bertujuh,Asen maju dengan rasa percaya dirinya yang tinggi
**
mereka berdelapan kompak menjatuhkan diri ke sofa, hari yang melelahkan
"ini yang gue sesalin, kenapa base club mobil kita dulu deket sama pangkalan banci" kesal Saga, dia yang dari awal diam akhirnya buka suara
"ya mana kita tau njir, lagian gue sekarang tau kenapa banyak yang bubar club" celetuk Asen
"YA KARNA DEKET PANGKALAN BANCI" kompak mereka lagi
"kenapa ga kalian aja sih yang diikutin, kenapa harus gue" heran Asen
"lo punya pesona sendiri sen" jawab Saga
"Arsen sang matahari" timpal Andra memeluk Asen disusul yang lain, kalo di liat mereka mirip teletubbies
**
H-15 sebelum dia pergi.
Asen berjalan dengan cepat, langkah kaki nya dibuat besar besar fokus nya hanya sampai ke base, mengambil barang yang tertinggal lalu keluar tanpa memanggil atau di panggil siapapun
"mas pacar yuhuuu" seketika langkah kaki Asen terhenti, matanya terpejam berharap ini mimpi yang tidak akan pernah terjadi
naasnya ini kenyataan bukan ilusi atau halu semata
kepala Asen mendongak dengan rasa yakin dan tawakal ia lanjutkan langkah nya tanpa menggubris makhluk yang blur itu
"mas pacar lupa nih cerita nya sama mba pacar?" seperti di sugesti entah kenapa setiap (gadis jadi jadian) ini berbicara pasti Asen akan berhenti melangkah
"mas..." tubuh Asen makin gemetar ketika telapak tangan kekar menempel di bahu kirinya
"hentikan! gue mau idup tenang" ucap Asen, matanya terpejam posisinya masih diam tak bergerak beberapa inci pun.
"mba pacar juga mau hidup tenang, hidup tenang bareng mau?" tanya nya, Asen menatap jelas wajah makhluk di hadapannya ini. dengan jurus biasa dia berlari tanpa berhenti ketika mba pacar meneriaki mas pacarnya.
...
"jangan jangan dia bilang gitu mau ngajak lo hidup tenang di akhirat sen" celetuk Elang.
"tumben lo pinter, bangga deh" ucap Saga menepuk punggung Elang berkali kali sampai sang empunya batuk.
"eh anjir jangan bikin gue tambah down dong, yang ada mau di dunia mau di akhirat ga tenang hidup gue"
"kita bahas ginian dia ikutan loh" ruangan tiba tiba membisu, omongan tiba tiba Elang membuat semuanya fokus.
"njir el jangan nakutin dong" ucap Assn, sekarang Asen, Zin dan Langit saling merapat.
"eh zin sen kangan dempetan, kesian dia ke geprek" ucap Elang, semua percaya ketika melihat wajah suga yang rada khawatir.
"eh ngeri, kok lo yg khawatir? demen?" heran Sam.
"ya ga gitu juga, mereka juga mau hidup" ucap Elang asal.
"orang mati mau hidup, ha gimana kisah" heran Andra.
"diliatin beti lu ndra," ucap Elang lagi.
"bentar bentar, ini serius?," tanya Saga, Elang mengangguk.
"dari awal diruqyah gue ngerasa, kalian inget ga sih Asen kerasukan cowo rasa cewe?," tanya Elang, seperti mendapatkan lampu diatas kepala mereka semua orang mengangguk.
"Beti ga hilang, tapi dia pergi," ucap Elang.
"gara-gara?," tanya Saga.
"dibunuh preman yang gasuka dengan keramaian bengkel kita," jawab Elang.
"shit, terus kenapa malah Beti ganggu si Asen?," tanya Langit.
"karena dia mau minta tolong kita, kalian mau bantu Beti?," tanya Elang.
"demi keadilan, ayo kita bantu," ucap Zin semangat.
Double update, semoga suka.
Tetep gak gue edit, jadi maaf kalo ada typo. Selamat membaca, semoga suka.
Jangan lupa tinggalkan jejak, vote and comment✨
KAMU SEDANG MEMBACA
ANARGYA ; BTS
FanfictionAnargya, sebuah cerita dengan visual member bangtan tapi dengan nama dan kearifan lokal. Anargya itu punya arti, tak terhingga. Iya kisah kami tak terhingga. Beragam paham, beragam karakter, dan masih banyak ragam lainnya yang menjadi satu. Ini...