Dimana Cassie?
Bagaimana mungkin ia meninggalkan mobilnya tak terkunci begitu saja? Batin Emma.
"Damn, Cassie! Jangan bercanda!"
Cassie pasti bercanda. Ia tak mungkin menghilang setelah memakirkan mobilnya di depan rumah ku. Ya kan?
Emma terus meyakinkan dirinya bahwa Cassie sedang mengerjainya. Namun dalam hati, Emma sungguh khawatir.
"Okay, Cassie. Aku takut, sekarang kau bisa keluar darimana pun tempat persembunyianmu" tutur Emma seraya menekan tombol pada pintu -untuk menurunkan jendela.
Emma mengeluarkan kepalanya, lalu melihat sekitar. Hanya ada sederet lampu jalan pada sisi kiri Emma, sedang disisi lainnya terdapat air mancur dan kursi santai. Emma tak melihat tanda keberadaan Cassie.
Emma kembali duduk di kursinya dan menaikan kaca jendelanya. Mungkinkah Cassie menyusulku ke dalam rumah?
Tapi Emma meragukan itu. Selama ini Mr.Jason tak pernah mengizinkan orang lain masuk kedalam rumahnya -walau Mr.Jason dan dirinya tahu Cassie bukan orang lain bagi Emma melainkan teman -ralat, sahabat.
Mr. Jason memang terkenal dengan keloyalannya. Ketika ia diperintahkan sesuatu oleh Clare, ia akan melaksanakannya tanpa alasan.
Karena sikap itulah, Mr.Jason diperintahkan Clare untuk menjaga kediamannya dan Emma agar tetap aman serta tenang, walau Mr.Jason harus mengusir tamu yang datang dan merelakan waktu istirahatnya demi pekerjaan ini.
Emma terkadang merasa risih dengan peraturan Clare tentang dilarang membawa teman masuk ke rumah atau apapun itu.Menurutnya peraturan itu sungguh konyol. Seperti, mengapa aku tak boleh mengajak temanku masuk? Setidaknya biarkan mereka duduk di ruang tamu? Itu sungguh tidak sopan dan -ah sudahlah, lebih baik aku mencari Cassie, batin Emma.
Tak ada waktu bagi Emma untuk berkeliling dan mencari Cassie dengan berjalan kaki mengelilingi rumahnya. Akhirnya ia putuskan untuk menelfon Cassie.
Emma menekan password pada layar handphone-nya lalu menekan lambang telepon di bawah foto Cassie.
drrt drrt drrt
Suara apa itu? Batin Emma.
drrt drrt drrt
Emma mendekati asal suara tersebut, "Jangan bilang..."
drrt drrt drrt
"Damn it!" gerutu Emma seraya mematikan telfonnya. Dugaannya benar, handphone Cassie tertinggal.
Emma pun menyenderkan kepalanya dan memejamkan mata sambil memikirkan cara lain untuk menemukan Cassie. Namun alunan musik classic mengganggu konsentrasinya, "Oh, screw this!" sahutnya pada radio.
Saat Emma membungkukan badannya -untuk mematikan radio, ia merasaseberkas bayangan baru saja lewat didepan mobil Cassie menuju ke belakang.Shit!
"What the hell was that?!"sahutnya seraya menoleh ke belakang. Dengan sigap, Emma mengunci pintunya.Lalu Emma melepaskan high heels yang ia kenakan, dan menaikan kedua kakinya pada kursi sambil memegang sepatu pada setiap tangannya.
"Jangan macam-macam denganku, aku punya, um, aku punya sepasang sepatu dengan hak yang cukup tajam untuk membocorkan kepalamu!"ujar Emma seraya memposisikan tangannya layaknya petinju yang sedang bertarung.
Emma kembali menoleh ke belakangnya, namun ia tak menemukan apapun. Dilihatnya jam -pukul 6.45. Where the fuck are you, Cassie? Kita akan terlambat, batin Emma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong
FanfictionMenjadi seorang Emma Payne tidaklah mudah. Terlepas dari segala hal baik yang ia alami, Emma merasa apapun selain bahagia. Ini seperti sesuatu mengganggunya. Sesuatu yang sangat buruk. Kebanyakan orang berkata hidup Payne sempurna. Sangat sempurna h...