"Makan udah, minum obat juga udah. Rebahan? Ini juga lagi rebahan. Kerja? 2 jam lagi. Terus ngapain dong?? Aku gabut!!!" sambil merengek diakhir.
Setelah diantar pulang dan di belikan makan dan obat oleh Pak Tomi, Syakila jadi bingung sendiri mau ngapain. Kedua sahabatnya belum pulang dari jalan-jalan manjanya. Bingung sendiri mau ngapain, akhirnya Syakila ketiduran sendiri. Mungkin karena pengaruh obat yang ia minum tadi.
Satu jam sudah Syakila tertidur, dan sekarang ia sedang siap-siap untuk bekerja.
Tokk..tok..tok..
"sebentar."
Ceklek..
"kak gue nginep disini ya."
"Ngapain kamu disini? Pergi! Aku mau kerja. Satu lagi, jangan panggil aku kakak. Because I not your sister." Ucapku penuh penekanan.
"Kenapa sih kak lo benci banget sama gue?" Tanya Gilang, lemah.
"Gak punya otak. Jelas aku marah, karena gara-gara ibumu! Ibuku sakit sampai meningggal." Jawabku penuh dendam.
"ijinin gue masuk, malu diliat sama yang lain." Lalu masuk seolah ia yang punya rumah. "hei keluar kamu." Usirku lalu menarik pergelangan tangannya untuk segera bangkit dari sofa.
"Aww, sial. Panas sekali."
"Hei! Bangun, pulang sana. Kalau sakit pulang ke rumahmu sendiri." Ucapku masih berusaha membangunkannya, aku tak tau apakah dia tidur atau pingsan. Yang jelas ini merepotkan!
"Oh my god!" pekikku ketika melihat hidungnya mimisan. "bangun! Kau tau aku takut darah." Kataku panik, aku memang takut dengan darah orang lain. Kalau darah sendiri sih enggak.
Dia bangun! Lalu dengan gerakan tiba-tiba dia memelukku. "jangan panik." Ucapnya lemah.
"Ta-tapi kamu berdarah." Ucapku terbata-bata. Jika kalian pikir aku akan masa bodo kepadanya, itu salah besar. Karena aku gak pernah tega melihat orang kesakitan, meskipun itu orang yang aku benci sekalipun. Aku melepaskan diri dari pelukannya, lalu pergi kekamar untuk mengambil kotak p3k yang selalu ku simpan, "Gilang, kepalanya jangan dikeatasin." Ucapku lalu membersihkan darah di wajahnya dan memberikan plaster supaya panasnya menurun.
"Ayo kita ke kamar." Ajakku supaya dia bisa beristirahat dengan nyaman. Dia menurut saja, mungkin aku kasih minuman beracunpun dia tidak akan tau, saking pasrahnya.
"kamu bisa istirahat disini, sementara aku mau kerja."
"Ah iya nanti aku kasih tau Pak Budi kalau kamu sakit." Lanjutku.
Dia diam tak memberi respon apapun. Matanya juga terpejam, mugkin dia sudah tidur. Tapi, sebelum aku keluar kamar, tanganku di cekal oleh tangan panasnya.
"Ada banyak rahasia yang belum kakak ketahui. Dan gue harap, kakak jangan berfikir bahwa kakak satu-satunya orang yang paling tersakiti disini. Apapun rahasia itu jangan membuat mental kakak jadi nge-down." Kata Gilang sembari melepaskan tanganku.
"Apaan sih," ketus ku lalu pergi keluar kamar.
✨✨
"Ada banyak rahasia yang belum kakak ketahui. Dan gue harap, kakak jangan berfikir bahwa kakak satu-satunya orang yang paling tersakiti disini. Apapun rahasia itu janga membuat mental kakak jadi nge-down."
Syakila masih memikirkan apa maksud dari ucapan Gilang itu.
"Kak, Gilang nya gak masuk. Kemana yah?" Tanya Juna yang masih menunggu jam kerja sekitar 10 menit-an lagi.
"Ah iya, tadi datang ke rumah katanya gak bisa masuk karena sakit."
Setelah itu kamipun berdiskusi tentang lagu apa yang akan kami tampilkan tanpa seorang gitaris. Pengunjung hari ini kebetulan tidak banyak yang datang. Ada juga orang yang menanyakan kemana sang gitaris yang baru-baru ini terkenal karena wajahnya yang tidak macho untuk kalangan laki-laki. Emang sih, postur tubuhnya tinggi. Tapi, gak banyak otot juga. Dan menurutku wajhnya Gilang itu terkesan seperti bayi, Babyface.
Seperti biasa, jam 9 waktunya aku pulang. Tidak seperti waiters, kasir, tukang nyuci. Mereka pulang jam 10 karena harus beres-beres kafe dulu. Aku juga kadang kalau besoknya libur sekolah, aku suka bantu-bantu mereka beres-beres kafe. Tapi, sekarang dirumahku ada si Gilang. Dan aku sangat penasaran dengan ucapan nya tadi sore. Semoga saja anak itu belum pulang kerumahnya.
5 menit berjalan dari kafe tempatku kerja untuk sampai kerumahku. Aku langsung cek kamar apakah Gilang masih ada atau sudah pulang. Gotca! Dia sedang tertidur. Bangunin gak ya Tanya batinku.
"Kasian juga sih, matanya kaya kurang tidur gitu." Gumamku ketika melihat matanya dihiasi dengan warna hitam dibawah kantung matanya.
Gilang tidur di kamar yang biasanya kedua sahabatku tempati ketika menginap. Jadi aku tak perlu repot-repot mengganggunya hanya untuk berpindah tempat tidur. Ah iya! Ngomong-ngomong setauku dia belum makan dari tadi sore. Kalau gak dibangunin repot juga nanti kalau dia bangun tengah malam terus minta dimasakin makanan, gimana? Demi ketentraman waktu tidurku nanti. Mending aku bangunkan sajalah.
" Gilang, hei! Bangun. Makan dulu, bangun dong." Kataku keras.
Dia mengeliat, lalu sedikit demi sedikit membuka matanya. Sulit untuk berkata jujur, dia ketika mengerjapkan matanya sangat lucu!
"Ada apa?"
"Makan dulu, nih." Kataku ketus.
lalu menyerahkan mangkuk berisi bubur.
"Oh iya, jangan GR! Aku ngasih kamu makan bukannya aku care atau apalah itu. Karena intinya aku gak mau di salahin kalau semisal kamu mati disini, ingat itu!" dia hanya tersenyum, hello! Emang ada yang lucu?
"jangan senyum-senyum kaya gitu. Kalau kerasukan aku juga yang repot!" kataku masih ketus. Gak tau mungkin bawaan alam bawah sadar kalau ngomong sama dia harus ketus!
"Kenapa sih kak? Sensi mulu dari tadi. PMS ya?" Tanyanya sambil terkekeh pelan.
Aku tidak meladeni ucapannya karena itu membuat waktu tidurku terbuang sia-sia!
"Besok kelas 12 libur. Ada yang ingin gue bicarain sama lo kak, tapi besok, sekarang kakak istirahat" katanya saat aku akan keluar dari kamar yang dia tempati. Dan apa katanya tadi? Dia memerintahku? Whattt? Tidak salah?
"Cepat sana tidur gih." Akupun segera keluar dari kamarnya. Ah ralat! Maksudnya kamarku yang di tempati olehnya.
✨✨
906 kata.
maaf lama, besok janji update deh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me ?
FanfictionHidup Syakila baik-baik saja dengan sang Bunda. Tapi, ketika ajal menjemputnya Syakila terpaksa pindah dari kampungnya untuk memulai hidup yang lebih baru di kota kembang, Bandung. Setahun di Bandung, hidupnya biasa saja. Ditahun berikutnya ketik...