Memberitahu

85 41 0
                                    

Subuhnya Syakila bangun untuk menunaikan kewajiban umat islam, sholat. Kebetulan saat ia keluar dari kamar, Lisya juga keluar dari kamar sambil mengucek-ngucek kedua matanya.

"Kamu mau kemana?" Tanyaku saat dia masih linglung. Dan dia memeragakan gerakan sholat.

"Yaudah ayo ke toilet, ambil wudhu." Lagi-lagi ia hanya menganguk. Lalu mengikutiku ke kamar mandi.

"Kamu tunggu dikamarmu, kakak ambilkan dulu mukena dan sajadahnya."

Lima belas menit berlalu, aku dan Lisya pun sudah selesai sholat dan tadarus al-qur'annya. Aku kagum sekali dengannya. Dengan kekurangannya itu, bukan membuat dirinya melupakan allah, atau kecewa kepada takdir. Tapi justru ia semangat berdo'a supaya bisa sembuh.

Setelah sholat tadi, ku tanya Lisya, apa do'amu hari ini, dan dia menjawab aku ingin sembuh, dan keluarga kembali utuh. Sederhana namun menyayat hati.

"Lisya dengerin kakak, kalau nanti abang kamu itu ngomong yang macem-macem jangan di dengerin oke?" Ucapku saat melihat pesan yang di kirim Gilang, katanya dia akan segera sampai ke rumah.

"Kamu suka nasi goreng?" Tanyaku ingin menyiapkan sarapan.

"Ya, aku suka. Tapi aku gak suka yang pedas."

"Oke kakak buatin. Berarti selera kamu sama kaya Gilang. Dia juga tidak suka pedas. Oh iya nanti kakak akan belajar bahasa isyarat, supaya kamu tidak capek lagi nulis-nulis kaya gitu." Kataku mulai memasak.

"Boleh aku bantu?" Tanyanya menatapku penuh harap.

"Boleh dong, kamu bisa masak telur gak?" Tanyaku yang dijawab dengan anggukan antusias olehnya.

"Oke, kamu masak telur bebas deh mau diapain. Kakak nyiapin bahan-bahan masak nasi ya." Kataku.

10 menit kemudian

"Assalamualaikum." Ucap Gilang diluar rumah.

Aku segera membuka pintu, dan mempersilahkannya masuk.

"Udah sarapan belum?" Tanyaku saat ia duduk disofa kecil ruang tamu.

"Belum, tadikan bilang mau di masakin." Jawabnya sambil melepaskan sepatu.

"Oh, yaudah ke dapur yuk, kita makan sama-sama." Aku melangkah untuk segera kedapur, tapi sebelum itu tanganku dicekal oleh Gilang.

"Si Lisya udah bangun?" Tanyanya pelan.

"Udah, tuh lagi nyiapin sarapan."

"Oh iya. Kamu awas aja kalau buat tingkah yang aneh-aneh. Kasian tau." Lanjutku memperingati.

"Gak janji deh." Ucapnya lalu menyelonong masuk ke dapur.

✨✨

Sesampainya di dapur, aku melihat Lisya sedang menyiapkan masakan yang telah kami buat. Oh iya, tadi aku dan Lisya membuat sarapan agak banyakan karena aku mengundang kedua sahabatku untuk datang ke sini.

Sengaja ku undang mereka di pagi ini karena aku mau memberitahu mereka tentang semuanya. Lagian aku juga sudah janji saat ke Yogyakarta bahwa aku akan bercerita semuanya kepada mereka di waktu yang tepat. Dan menurutku sekarang adalah waktunya. Aku juga sebenarnya sengaja agar Gilang dan Lisya menjadi dekat.

"Kilaaaaa, mainn yukkkk." Teriak April diluar, gak tau malu banget sih pagi-pagi udah teriak ganggu tetangga aja.

"Masukk," teriakku di dalam rumah. Biasanya juga langsung masuk kok mereka. Sekarang kok tiba-tiba jadi seperti tamu pada umumnya.

"Wih lagi pada sarapan. Gue juga mau dong," seru Razan lalu duduk di samping tempat duduk Gilang. Sedangkan April duduk di tengah antara aku dan Lisya karena meja makan rumahku bundar bukan persegi.

Why Me ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang