Pindah

58 14 0
                                    

Apa yang di rencanakan Gilang sebelumnya nyatanya itu benar-benar terjadi. Gilang membawa kakak dan adiknya pindah sebelum di ketahui oleh sang papa yang kebetulan sedang berada di Batam itu.

Gilang meminta kakak dan adiknya membawa barang yang penting saja. Dan Lisya sendiri sebenarnya harus menunggu dulu karena belum ujian akhir semester, oleh karena itu Gilang memaksa kepada guru Lisya agar ujian nya di percepat saja. Begitupun dengan Gilang, dan untungnya sekolah mengijinkan.

Maka dari itu, ia tidak perlu khawatir masalah sekolah. Dan tentang surat perpindahannya, sudah ia ajukan kepada pihak sekolah, tinggal menunggu pihak sekolah mengurus. Kalaupun sudah, Gilang sudah menyuruh teman nya untuk mengambil dan nanti Gilang ambil dari orang tersebut.

Gilang tak mau ambil resiko dengan terus muncul di Bandung, yang nantinya sang papa tau dan melacaknya. Maka dari itu, ia menyuruh temannya datang saja ke tempat Gilang bersembunyi dari sang papa.

"Udah semuanya? Berangkat yuk cepet." Ajak gue ke Kak Kila, gue berangkat subuh sengaja biar gak ada yang ngenalin.

"Kemana sih Bang?" Tanya Lisya sambil berjalan keluar menuruti perkataan Gilang.

"Nanti yah, tanya-tanya nya. Sekarang mending kita segera berangkat." Jawab Gilang mengajak dua perempuannya.

Untuk perjalanan sendiri, Gilang sengaja menggunakaan kendaraan umum, kereta. Biar satu kali perjalanan tidak perlu naik turun seperti naik bus.

Selama diperjalanan ke tiganya diam, tidak ada yang bersuara. Dan setelah kereta turun di stasiun, mereka langsung ketempat dimana Gilang sudah merencanakan semuanya.

2 jam total perjalanan dari Bandung ketempat yang dituju.

Dan disana sudah ada wanita paruh baya yang sedang menunggu kehadiran Gilang,

"Wilujeng Enjing A," sapa wanita paruh baya tadi.

"Wilujeng." Balas Gilang. "Saya Gilang Bu, dan ini kakak sama adik saya." Kata Gilang memperkenalkan.

"Oh, saya Sari yang punya kontrakan ini. Sok atuh kedalam dulu liat-liat." Ajak Sari.

Ketiga bersaudara pun akhirnya masuk dan melihat-lihat ruangan yang nantinya akan mereka tempati.

Kontrakan mereka tidak besar, tidak juga kecil. Hanya ada 1 kamar, dapur, kamar mandi dan satu ruangan lagi bisa dikatakan ruang tamu.

"Ini kuncinya a, kalau perlu apa-apa rumah saya ada di depan gang tadi." Ucap Sari memberitahu. Gilang menerima kunci dan mengucapkan terima kasih.

Setelah Sari keluar barulah Syakila dan Lisya menatap Gilang dengan pandangan bertanya.

"Duduk dulu atuh," perintah Gilang kepada Lisya dan Kila.

"Kita bakalan tinggal disini sementara waktu. Atau mungkin selamanya, dan bisa jadi kita bakal berpindah-pindah tempat." Jelas Gilang sembari membalas tatapan Kila.

"Tapi kenapa?" Tanya Kila.

"Papa. Alasan kita kesini gara-gara papa. Dia kembali berulah dan mengharuskan kita pindah." Jawab Gilang tenang.

"Apa harus kita pindah jauh-jauh kesini? Kamu, kamu harusnya mikir panjang Lang." Kata Kila mengacak rambutnya pelan.

"Aku udah pikirin ini dengan matang. Dan aku gak mau kehilangan kakak lagi. Cukup waktu kecil aja." Tekan Gilang.

"Iya tapi apa? Ada apa dengan papa kamu?"

"Dia mau jual kakak!" Ucap Gilang geram.

Mereka kemudian diam, entah apa yang mereka pikirkan.

"Dimana kita?" Tanya Lisya pelan.

"Garut." Jawab Gilang datar.

Mereka kembali diam. 10 menit hening akhirnya Kila membuka suara,

"Kenapa kamu milih Garut untuk kabur? Kita bisa keluar negeri? Bukan nya kamu punya cukup uang? Dan kenapa pula gak keluar Jawa sekalian?"

"Untuk keluar negeri bakal lama menunggu visa Lisa keluar. Sedangkan waktu kita mepet. Dan kenapa kita gak keluar Jawa, kita harus sembunyi ketempat yang bakal jadi pengucualian dicari Papa." Jelas Gilang.

"Tenang aja, aku udah jual motor buat kebutuhan kita disini selama seminggu. Mungkin cukup, dan kedepannya aku bakal kerja." Lanjutnya mengakhiri pembicaraan.

✨✨

Jam sebelas pagi, Gilang dan Syakila pergi ke pasar untuk membeli perabotan di kontrakan. Lisya? Syakila suruh dia untuk diam saja dikontrakan beristirahat walaupun di lantai dengan tas yang dijadikan bantal.

Syakila menyesal kenapa tadi sebelum berangkat ia tidak bertanya kepada Gilang akan kemana. Jika itu terjadi mungkin ia akan membawa karpet, bantal, lemari. Supaya menghemat. Mencari pekerjaan itu sangat sulit. Apalagi di Garut yang memang bukan termasuk kota besar.

"Lang, mending untuk kasur, lemari, kamu bawa aja yang di Bandung. Kita beli karpet dulu aja, ya?" Bujukku yang di jawab dengan helaan nafas panjang.

"Sekali aja, kamu nurut sama kakak. Lagian kalau kamu ke Bandung buat ambil barang papa kamunya juga belum ada di Bandung kan?" Lanjutku. Gilang terlihat seperti sedang berfikir. Semoga saja dia mengiyakan.

"Oke! Pulang dari sini aku keBandung lagi." Putusnya final.

"Sekarang? Kamu capek besok aja ya?"

"Enggak! Sekarang atau gak sama sekali."

Huft, keras kepala sekali! Aku tidak menanggapi ucapannya, dan segera menyelesaikan belanjaan keburu matahari semakin terik dan penghuni pasar semakin banyak.

Tbc

Why Me ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang