SATU

247 13 4
                                    

Kim Taehyung. Pria bersurai hitam legam itu membuka matanya yang lelah. Melirik jam digital di nakasnya yang masih menunjukkan angka 03.25 AM. Itu artinya ia baru tertidur selama 10 menit. Tapi kini sepasang matanya kembali terjaga. Sial!

Taehyung benar-benar gelisah sekarang. Ia sangat butuh istirahat, tapi seluruh tubuhnya seolah melakukan sebaliknya.

Bukan insomnia. Hanya saja otaknya tak mau berhenti memikirkan sesuatu yang membuatnya gelisah sepanjang malam. Kejadian seminggu terakhirlah yang menjadi penyebab jadwal tidurnya ikut berantakan.

Taehyung mengernyit mengingat kejadian aneh beberapa hari yang lalu.

Kala itu ia hendak menyeberang jalan untuk makan siang bersama Jimin, sahabat sekaligus sekretarisnya di kantor. Tanpa di duga, sebuah sedan yang terparkir di pinggir jalan tiba-tiba melaju kencang ke arahnya. Jimin yang lebih dulu menyadari, dengan cepat menarik lengan Taehyung kembali ke trotoar, sehingga kecelakaan itu bisa dihindari.

Taehyung memejamkan matanya rapat-rapat mencoba menghilangkan memori itu dari kepalanya. Tapi bukannya hilang, otaknya justru memutar ingatan tentang kejadian nahas yang lain.

Esoknya, untuk menghindari hal serupa terjadi lagi, Taehyung memutuskan untuk makan siang di kantor. Sesaat setelah pesanannya datang, mendadak Jimin memberi tahu kalau ia kedatangan klien dari Singapura. Dengan sangat terpaksa, Taehyung harus melewatkan makan siang dan memberikan makanan itu pada OB yang membawanya. Betapa terkejut Taehyung begitu kembali, ia mendapat laporan bahwa OB yang membawakan makan siang untuknya baru saja dilarikan ke rumah sakit. Kemungkinan besar akibat keracunan makanan.

Belum selasai sampai di situ.

Hari ini, sepulang dari kantor, sebuah SUV hitam terus mengekori sedan yang dikemudikannya. Ia hampir menghubungi Jimin ketika tiba-tiba mobil itu hilang, tak lagi terlihat membuntutinya.

Taehyung tahu semua kejadian itu sudah direncanakan. Ia sadar ada yang ingin mencoba melenyapkannya. Tapi siapa?

Taehyung memiringkan tubuhnya menghadap balkon yang tertutup tirai. Mencoba mencari posisi yang nyaman untuk tidur.

Tapi belum sempat matanya terpejam, ia mendengar knop pintu kamar di belakangnya seperti diputar pelan. See? Bahkan ia tak bisa istirahat dengan tenang di rumahnya sendiri.

Taehyung tak tahu siapa yang mencoba masuk ke kamarnya. Yang jelas, itu adalah orang asing. Karena sudah hampir satu bulan ia hidup sendiri di rumah. Tanpa kakeknya yang kini terbaring koma di rumah sakit.

Taehyung tetap diam di posisinya. Tak bergerak sedikitpun di dalam selimut yang membungkus tubuhnya hingga bahu. Rahangnya mengeras saat menangkap bayangan seseorang yang tercetak di tirai, persis di hadapannya.

Tangan Taehyung meremat dalaman selimut saat satu-satunya lampu nakas yang masih menyala di belakang punggungnya semakin memperjelas bayangan orang itu yang kini semakin mendekat ke arah ranjang tidurnya.

Jantung Taehyung bergemuruh hebat ketika bayangan itu mengeluarkan sesuatu dari dalam jaket, yang Taehyung yakini itu adalah belati.

Berani bersumpah, Taehyung tidak pernah berada di posisi semencekam ini. Tapi Taehyung ingin menghadapinya. Jika memang akan terjadi sesuatu hal yang buruk padanya, setidaknya ia merasa harus tahu siapa orang yang beberapa hari terakhir terus mengincar nyawanya.

Taehyung semakin mempersiapkan seluruh sendi tubuhnya ketika bayangan itu mengangkat belatinya tinggi-tinggi ke arah tubuhnya berbaring, otomatis membuatnya menahan napas beberapa saat, seolah memperhitungkan waktu yang tepat untuk bertindak.

Tepat ketika mata belati itu akan berayun menghujamnya, secepat itu juga Taehyung menyentakkan tubuh dan melemparkan selimutnya tinggi-tinggi ke arah si penjahat. Membuat si penjahat mundur beberapa langkah ke belakang.

Boss With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang