TUJUH

88 8 0
                                    

“Jimin-ssi?”

Yoo Ra terkejut saat lift yang membawanya ke lobby telah terbuka dan langsung menampilkan sosok Park Jimin sedang tersenyum manis ke arahnya.

Padahal baru semenit yang lalu Jungkook mengatakan lewat telepon kalau Jimin sedang dalam perjalanan untuk menjemputnya, tapi lelaki itu sudah muncul bahkan sebelum Yoo Ra keluar dari lift.

Jadi, Jungkook yang telat mengabarinya, atau Jimin yang punya kekuatan super semacam... Teleportasi?

“Kau sungguh datang Jimin-ssi? Ku pikir Jungkook sedang bercanda.”

“Dia memberitahumu?”

“Ya, barusan dia meneleponku.”

“Ahh..begitu... Dan ya, aku ingin makan malam bersama dengan kalian lagi malam ini. Kau tidak keberatan kan Yoo Ra-ssi?”

“Tentu. Di mana dia sekarang.”

“Jungkook? Tadi aku mengantarnya duluan ke restoran. Mungkin dia sedang sibuk memesan sekarang.”

“Tunggu Jimin-ssi.” Yoo Ra menyadari ada yang salah dengan Jimin.

“Hm? Ada apa?”

“Itu... Kenapa-“ Yoo Ra menunjuk rambut dan setelan kerja Jimin yang agak basah.

“Di luar hujan.” Jawab Jimin sambil mengimbangi langkah Yoo Ra menuju pintu keluar gedung. Tangannya sesekali menyugar kasar rambutnya ke belakang, menghilangkan sisa air yang masih bergelayut di rambutnya.

“Benarkah? Padahal sudah beberapa hari tidak turun hujan.”

“Iya, hujannya tiba-tiba turun waktu baru keluar dari mobil. Padahal aku terlanjur memarkirkan mobilku di luar karena ku pikir tidak akan lama. Tahu begitu lebih baik parkir di basement saja.”

Yoo Ra tertawa melihat ekspresi kesal Jimin yang justru terlihat lucu. Ditambah hujan deras yang menyapa begitu keluar dari gedung serta mobil Jimin di seberang yang sudah basah kuyup, membuat Yoo Ra tertawa makin kencang.

“Kenapa?” Tanya Jimin yang bingung di mana letak lucunya. Kebingungannya bertambah saat Yoo Ra tiba-tiba berjongkok menggulung sedikit celana jeansnya lalu berdiri lagi sambil menaikkan shoulder bagnya ke atas kepala.

“Kau tidak bawa payung kan Jimin-ssi?! Aku juga sama. Jadi, apa boleh buat?!”

Wajah bingung Jimin hilang tergantikan pekikan kecil, ketika Yoo Ra tiba-tiba berlari menerobos hujan yang makin deras sambil berteriak memanggilnya untuk menyusul.

Lagipula hanya hujan air, bukan hujan batu. Begitu kira-kira pikiran sederhana Yoo Ra yang masih membawa kakinya berlari menuju mobil Jimin. Sampai ketika sebuah lengan merengkuhnya membuatnya terkejut.

Ternyata Jimin sudah berada di sampingnya. Merentangkan jas yang tadi dipakainya ke atas kepala mereka berdua. Mereka kini berlari berdempetan di bawah jas Jimin yang melindungi tubuh atas mereka dari guyuran hujan. Ironis memang, karena barang mahal itu harus berubah fungsi menjadi pengganti payung.

Setelah membukakan pintu untuk Yoo Ra, Jimin mendorong pelan bahu gadis itu untuk masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya. Baru setelah itu Jimin berlari berputar arah menuju kursi kemudi.

Setelah masuk ke mobil, Jimin langsung menaruh jasnya yang basah di sudut jok belakang. Sementara Yoo Ra sibuk melepas  blazernya yang juga basah di beberapa bagian.

“Biar kubantu.” Kata Jimin yang langsung mengambil blazer Yoo Ra untuk di taruh di jok belakang bersama dengan jasnya. “Tasmu, sepertinya juga harus dipindahkan ke belakang Yoo Ra-ssi.”

Boss With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang