SEMBILAN

98 9 2
                                    


Sssttt.....
Ini chapter terpanjang selama di BWL ya..😃

Semoga nggak bikin puyeng kepala😅

Cusss lah.
-

Pintu itu telah tertutup. Menenggelamkan sosok Park Jimin dengan sempurna di dalam sana. Namun Taehyung belum juga beranjak. Ia masih terpekur memikirkan apa yang salah dengan sahabatnya.

Park Jimin yang baru saja dilihatnya bukanlah Park Jimin yang selama ini ia kenal. Sorot mata sendu dan gurat wajah sedih itu sama sekali tak mencerminkan pribadi seorang Park Jimin yang periang.

Ketika seorang dengan sifat periang tiba-tiba berubah menjadi murung dan pendiam, maka itu artinya 'bencana'. Pasti sesuatu yang besar dan serius telah terjadi. Setidaknya itulah yang Taehyung yakini. Ia ingin sekali kembali ke dalam dan memaksa sahabatnya itu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi tidak. Taehyung tetap harus setengah mati menahan keinginannya karena kondisi Jimin yang tak memungkinkan untuk diajak bicara serius sekarang.

Ahh...! Andai saja pria Park itu sedang sehat, Taehyung pasti sudah memakai berbagai macam cara untuk mendesaknya agar mau bicara. Bahkan jika harus baku hantam sekalipun, Taehyung tidak perduli. Lebih baik melihat jimin babak belur ketimbang melihatnya menderita karena menanggung bebannya seorang diri.

Taehyung menghela napas panjang, menghilangkan bayangan Jimin dalam otaknya untuk sementara, lalu melangkah pelan menjauhi pintu kamar. Bagaimanapun, hal terbaik untuk Jimin sekarang adalah istirahat. Dan Taehyung tak ingin mengusiknya.

"Dia sudah tidur?"

Langkah Taehyung terhenti tepat ketika suara Yoo Ra memasuki rungunya. Gadis itu sedang duduk sendiri di sofa sambil menonton acara musik di televisi.

Merasa tak direspon, Yoo Ra berpaling menghadap Taehyung untuk meminta jawaban.

Yang ditanya hanya mengendikkan bahu acuh sambil melepar pandang ke arah lain. Bukan apa-apa, Taehyung masih belum siap kena serangan jantung dadakan lagi jika tiba-tiba Yoo Ra tersenyum.

"Tuan Daepyeonim, aku sedang bicara padamu. Setidaknya tatap aku."

Lagi. Taehyung masih saja menghindari tatapan Yoo Ra, membuat gadis itu kesal sendiri karena merasa diacuhkan.

"Astaga, aku tidak percaya dia orang yang sama yang begitu lancar berpidato soal attitude." Sindir Yoo Ra yang sengaja memperbesar volume suaranya agar bisa didengar Taehyung.

"Apa kau bilang?!"

Berhasil. Yoo Ra mendapatkan atensi Taehyung. Seseorang seperti Taehyung memang harus dipancing dengan hinaan dulu rupanya.

"Oh, kau mendengarnya?"

"Menurutmu?!"

"Maaf-" Yoo Ra menyeringai. Memasukkan keripik kentang ke mulutnya dengan wajah tanpa dosa lalu menepuk-nepuk ruang kosong di sebelahnya. "Duduklah."

Tak ada pilihan lain. Hanya ada satu sofa di ruang tv. Taehyung juga bukan tipe orang yang mau mengalah untuk duduk di bawah meski lantainya beralaskan karpet bulu sekalipun. Jadi, meski enggan, Taehyung akhirnya mendekat. Menjatuhkan diri tepat di sebelah Yoo Ra yang langsung menyodorkan snack keripik kentang padanya.

"Kenapa? Sedang diet?" Tanya Yoo Ra lantaran Taehyung hanya memandang bungkus snack itu tanpa menyentuhnya.

"Tidak."

Boss With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang