Bag!an 2

225 26 5
                                    

Kamarku berada di bagian sayap kanan, itu membuatku bisa puas menatap indahnya sungai amazon.

Aku masih terkagum akan fasilitas Fantasia yang luar biasa ini. Kamarku nampak luas dengan dapur mini juga kamar mandi pribadi. Lantai marmer mengilap dengan dinding putih mewah. Yang paling aku sukai, kasur king size yang bisa diubah sesuka hati, tinggal mengaturnya dari tablet yang telah di bagikan baru saja.

Bukan hanya kasur, lampu gantung yang ada di atas juga bisa diubah warnanya sesuka hati pula. Noraknya diri ini.

"Kayak hotel bintang lima high quality aduh, kalau gini mah aku betah sampai tua, asal ada wifinya aja," aku mengeluarkan ponsel, mengecek benarkah ada wifi? Aku terkekeh saat hal itu benar, bahkan dengan sinyal 7G, sepertinya aku akan sangat betah disini.

Ku lempar asal ponselku lalu beranjak mengambil koper berisi pakaian, aku berbenah dengan cepat karena sedikit yang aku bawa, lagipula kenapa membawa banyak pakaian jika aku tidak berniat ganti dalam satu minggu? Ah bercanda. Aku tidak suka ribet saja.

Setelah selesai dengan lemari pakaian, aku beranjak ke dapur, setelah membuka kulkas, aku menganga saat di dalamnya telah tersedia bahan lengkap. Sungguh luar biasa, aku yakin pendiri Fantasia ini punya kekuatan mengubah batu menjadi emas sehingga bisa membangun academy semegah ini.

Setelah itu, ku buka kamar mandi, lagi-lagi membuatku menganga saat didalamnya sangat mewah, bak porselen dengan bermacam sabun cair juga masker, ada kaca besar yang langsung  melihat indahnya Amazon, tenang dulu kaca ini sepertinya gelap jika dilihat dari luar.

Kusudahi mengagumi indahnya Fantasia, aku memutuskan untuk tidur saja, memangnya apa lagi yang harus dilakukan? Keluar? Ah itu melelahkan, aku yang dinobatkan menjadi manusia paling malas ini tidak akan mau repot-repot berkeliling.

Mencari teman? Nanti-nanti saja, lagipula aku tidak minat mencari teman.

Ku rebahkan diriku senyaman mungkin, setelah mendapat posisi paling enak, aku memejamkan mata siap berkelana di dunia mimpi, baru dua menit aku melakukannya seseorang mengetuk pintu.

Aku menggeram kesal, mengganggu saja. Tapi untuk sopan santun aku berdiri, bergerak membukakan pintu.

Seorang gadis berdiri diambang pintu membawa beberapa kue, ia tersenyum lebar, ini manusia kan?

"Halo tetangga!" Sapanya terlampau ramah. Aku menatapnya heran bercampur malas. Baru ingin menutup pintu, ia malah nyelonong masuk lalu mengambil piring. Aku menganga, wah gadis ini tidak punya malu ya.

"Hei, jangan sembarangan masuk kamar orang!" Tegurku dihadiai cengiran lebar olehnya.

Mau tak mau aku masuk, dan mendudukkan diri membiarkan gadis aneh itu berbuat semaunya, aku terlalu malas mencegah, buang-buang tenaga pula.

"Aku bawakan kue untuk menyambut hari pertama pertemana kita! Oh iya, namaku Felicia, kau pasti Epione kan? Iya kan? Benar kan?" Ia berlari mendekatiku masih dengan senyuman lebarnya.

"Memangnya aku mau berteman denganmu?" Aku bertanya malas. Ia menatapku dengan pandangan sok terluka padahal aku tahu ia tak terpengaruh.

"Aku tidak butuh persetujuanmu teman! Biarkan aku mendampingimu sampai ajal sama-sama menjemput kita!" Lalu dengan cerianya ia tertawa, aku memandangnya malas.

"Cobalah kue ini, mamaku membuatkannya sebelum aku berangkat kesini!" Ia menyodorkan sepiring kue coklat. Aku dengan ragu mengambilnya, satu gigitan, aku bisa bilang, jika ini benar-benar enak. Tanpa malu-malu aku mengambil lebih banyak lalu melahapnya senang.

Felicia tertawa, ia senang melihatku menyukai kue buatan mamanya. Aku memandangnya masih dengan mulut penuh kue coklat, "bukan berarti aku mau berteman dengan mu."

Ia malah tertawa terbahak-bahak, sungguh biarkan aku menyembuhkan otaknya yang aku rasa sedikit bermasalah.

🦋

Academy of TalentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang