28. Halo Bandung, Aku Rindu

598 85 0
                                    

Note : Budayakan vote before/after read

-o0o-

Kota Bandung di pagi hari, begitu Rui rindukan. Ia sudah lama tak membawa mobil lamborghininya untuk mengitari kawasan Bandung, seperti biasa dulu ia lakukan. Bisa dibilang, kehidupan Rui memang sedikit hedonis. Namun, ia selalu diperingati untuk bisa taat beribadah oleh Bi Anah. Walaupun Rui sering clubing, ia tak pernah sekalipun mabuk. Ia juga tak pernah bergandeng cowok sana-sini. Ia hanya menghabiskan waktunya melakukan kegiatan untuk menyenangkan dirinya saja. Laki-laki pun tak banyak yang berani mendekatinya. Disamping Rui adalah gadis jutek, garang dan agak tomboy, Rui adalah anak orang terjaya di Bandung. Banyak laki-laki yang mundur untuk mengejarnya karena memang minder untuk mendekatinya.

Rui segera memutar stir mobilnya menuju rumah Sean, sahabatnya. Diketuk pintu rumah di sebuah komplek elite oleh Rui beberapa kali.

"Siapa?" Sean membuka pintu dan mendapati Rui tengah mengangkat beberapa kali alis matanya dengan senyum. Sean melotot terkejut dan segera menubruk Ruina dengan pelukannya.

"Rui! Gila! Gue kangen sama loooooooo." Pelukan erat Sean, Rui balas.

Mereka terduduk di sebuah kamar mewah milik Sean. Rui mulai curhat tentang kehidupannya di sana dan tak tertinggal pula hubungannya dengan laki-laki bernama Deon. Sean terharu mendengar cerita terakhir Rui sebelum ia pergi ke bandara saat itu. Sean juga terlihat sangat terhibur dengan kisah Ruina di kota Moskow. Sungguh, Ruina sebenarnya gadis yang beruntung. Hanya saja, ia tak pernah menyadari hal itu.

"Belum pernah gue dengar cowok seromantis Deon."

"Gue pun begitu. Ternyata, dia menyimpan banyak teka-teki di wajah datarnya. Lo belum liat, dia itu emang polos banget kayak kertas putih tapi gak disangka dia suka sama gue." Rui tersipu malu depan Sean. Sean menyenggol Rui dengan senyum mautnya.

Di asrama, Deon tak luput perhatiannya dari pintu asrama Ruina. Ia selalu menatapnya dengan senyum, mengingat semua tingkah konyol yang Rui buat selama enam bulan mereka bertemu. Memang waktu yang sangat singkat untuk mereka bisa saling menyukai. Terlebih lagi, tipe lelaki seperti Deon adalah yang sulit jatuh cinta. Tapi Rui datang mengajari sebuah rasa suka padanya di tiap pertemuan mereka.

Deon menuju kedai roti untuk bekerja. Liburan semester kali ini, ia tak bisa manfaatkan untuk bersenang-senang, karena memang banyak pekerjaan yang ia kerjakan di setiap harinya. Iya betul, Deon pemuda yang sibuk.

Seorang pelanggan datang dengan menggunakan sebuah kaca mata hitam mulai duduk di kursi kedai. Deon meliriknya aneh. Ia sangat mencurigakan penglihatan Deon. Dibuka kacamata olehnya. Terlihat sepucuk hidung mancung dengan mata sayu dan alis yang kekar ketika mendeskripsikan bagaimana wajahnya. Deon memperhatikan lama orang itu. Ia mulai menatap pekat dari kejauhan. Langkahnya terbawa menuju pria itu.

"Raga?" Sapaan Deon membuat orang itu terkejut.

"Lo ... De ... Deon?" Raga berdiri tegap memastikan terkaannya adalah benar.

"Oh my god. I'm dead now. De ... Deon?" Raga sekali lagi memastikan bahwa ia masih sadar akan pertemuannya itu. Tak ada maksud jelas, tapi sepertinya mereka telah saling mengenal satu sama lain.

"Raga Alvanio? Bocah yang suka makan bekalnya si Heru gendut?"

Setelah saling menerka, kemudian mereka saling memeluk. Kedua tangan mereka saling mengepal dengan excited. Tak sadar, Deon bertemu dengan teman SMPnya di Bandung. Dia Raga Alvanio. Pria bertubuh tinggi yang memutuskan untuk menetap di Belanda itu ada di hadapannya saat ini. Pertemuan Deon dan Raga kali itu memang benar-benar takdir Tuhan. Mereka yang sudah lama tak berkabar dan tak pernah bertemu lagi sejak masa SMP di Bandung, kini mereka dipertemukan oleh takdir di kota Moskow. Mereka mulai berbincang hangat.

DI BALIK JENDELA MOSCOW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang