Chapter 19

1.8K 180 12
                                    

Entah knp author gemesh sangad pas liat bapake sejin pas masih kecil jadinya sengaja dimasukin ke mulmed *penyegaran pt. 2 😄





"Bagaimana rasanya? Enak atau tidak-"

"Ini sangat enak, Paman! " seru Han Sejin dengan mengacungkan kedua jempol mungilnya. Hal itu lantas membuat Seokjin tersenyum lebar sekaligus merasa bangga akan hasil masakan yang meskipun sederhana tetapi disukai oleh anak kecil manis ini.

Sebenarnya hari belum terlalu malam, diluar masih ada berkas berkas cahaya yang membentang dilangit kota Seoul. Seokjin sengaja memasak untuk makan malam, karena tak lama lagi Sejin akan segera dijemput oleh ibunya.

"Paman? "

"Hm? Kenapa? "

"Paman ini pintar memasak, tapi kenapa paman sering makan diluar? "

"Paman kan sibuk di kantor, jadi biasa paman sudah tidak punya waktu lagi untuk memasak. " jelas Seokjin seadanya.

Sejin mengulas senyum masam, ia berpikir mengapa semua orang dewasa itu sibuk? Tidak ibunya, tidak Paman Jungkook, tidak juga Paman Jin dihadapannya. Menyebalkan!

Seokjin melihat ekspresi Sejin itu, lalu ia bertanya, "Sejin-ah, kenapa? "

Sejin mendongak dengan mata membulat, "Apanya yang kenapa, Paman? "

"Ah~ hahaha tidak. "

Sejin mengernyit bingung, mengapa tiba-tiba Paman Jin-nya ini tertawa?

'Wajah polosnya ini mengingatkanku pada sosok Eun-'

"DIA MASIH HIDUP! "

"Arrghhh... " kata-kata Eunha terngiang kembali dalam benaknya, hal itu lantas membuatnya mengerang kecil sambil memegang kepalanya.

"Paman! Paman, kenapa??? " pekik Sejin. Anak kecil itu turun dari kursinya dan langsung menghambur ke pelukan Seokjin.

"Paman! Katakan kau kenapa? Hiks, "

Seketika Seokjin dibuat membatu ditempat, apa yang Sejin lakukan padanya barusan sungguh membuatnya kehilangan kata-kata dan tak tau harus bagaimana sekarang.

'Anak ini memelukku dan ia menangis? '

Tiba-tiba setetes air mata dari pelupuk manik Seokjin, terjatuh. Sebuah perasaan baru tengah membuncah dalam dirinya. Sebuah perasaan yang belum pernah ia dapatkan seumur hidupnya.

Sebuah perasaan yang akan kau rasakan ketika kau menjadi seorang ayah.

Ia mengangkat Sejin dan memangkunya serta membalas pelukan anak kecil itu dengan erat. Selama ini hanya ada kekosongan yang dirasakannya semenjak Eunha meninggal, tetapi sekarang hanya lewat sebuah pelukan dari tangan kecil Sejin yang menggantung di leher jenjangnya, ia merasa hangat dan nyaman.

'Apa ini? Kenapa aku? Ini seperti deja vu. '

Dulu, Eunha pun akan melakukan hal yang sama jika melihat Seokjin sedang dalam suasana atau kondisi yang buruk, yaitu memeluk serta menangis terisak kecil. Sama persis dengan apa yang Sejin lakukan padanya saat ini, makanya pria itu merasa seolah kejadian ini terulang kembali dan hal itu pula yang membuatnya sampai meneteskan air mata.

Cukup lama mereka berpelukan sampai Sejin mulai perlahan melepas pelukannya, lalu berganti menatap manik Seokjin yang ikut memerah sama seperti dirinya.

Spontan, Sejin mengusap kelopak mata Seokjin memggunakan kedua punggung tangannya. "Paman kalau kau sakit jangan bersedih, ya. Sejin juga jadi sedih melihat paman begini. "

"Sejin-ah..." lirih Seokjin memanggil.

"Hm? "

"Bisakah kau memanggilku dengan sebutan Appa mulai sekarang? "

Tatapan Seokjin terasa begitu dalam bagi Sejin kecil. Hening sejenak karena pikiran anak kecil ini masih berkutat dengan permintaan sang paman.

"Bagaimana? Kau mau? "

"Eum- aku tidak bisa, paman. "

"Kenapa begitu? " tanya Seokjin bingung dengan sedikit terkekeh.

"Paman kan bukan suami eomma-ku, jadi bagaimana mungkin aku memanggil appa padamu, paman? "

Jawaban polos Han Sejin langsung saja mengundang gelak tawa Seokjin. Astaga! Anak perempuan ini benar-benar membuat seorang Kim Seokjin kembali merasakan apa itu tertawa. Hahaha terdengar aneh, bukan? Tapi itulah yang pria Kim tersebut tengah rasakan.

'Ia memang berbeda. Benar, ada sesuatu yang spesial darinya yang dapat kurasakan. ' batin Seokjin.

"Geundae, " kata Sejin tiba-tiba dengan menggantung ucapannya.

"Geundae, wae? "

"Selama ini aku belum pernah merasakan bagaimana rasanya mempunyai seorang ayah, apalagi memanggil dengan sebutan 'appa'. Eomma selalu bilang bahwa aku boleh memanggil Paman Jungkook dengan sebutan itu, tapi aku tidak bisa. "

"Apa karena Jungkook bukan suami eomma-mu? " canda Seokjin.

"Hmm, begitulah. "

Seokjin lalu menangkup wajah lesu Sejin yang tertunduk didepannya sekarang.

"Kau tidak perlu alasan seperti itu untuk memanggilku dengan sebutan appa. "

"Kenapa bisa begitu? "

"Karena paman menyayangimu dan menggapmu sebagai anak paman sendiri, Han Sejin. Dan paman benar-benar ingin kau dapat memanggilku Appa. Sekali lagi paman tanya, bisakah? " kali ini Seokjin bertanya dengan penuh keseriusan serta harapan dibaliknya.

Sejin kecil merasa senang usai mendengar penuturan Seokjin, ia kemudian kembali memeluk leher jenjang milik Seokjin. Kepalanya ia biarkan tenggelam pada ceruk leher pria itu.

"Gomawoyo, Appa. Saranghaeo, Appa. "

Seokjin bukan hanya kehilangan kata-kata, lagi. Tapi ia merasa ini seperti sebuah mimpi indah, mungkin? Entahlah, sulit bagi author untuk mendeskripsikan bagaimana perasaan Kim Seokjin sekarang.

_____________________________________

Wassup!

Up lagi dirikuh setelah tau bahwa reader serta vote di epep karya si amatir ini meningkat dengan baik uwahhh maacih buanyak2 buat kalian yg sudah mampir juga yg udah sempat ngasih vote hehehe aylaf kaliannnnn!

Moga2 di chap berikut, yg masih jadi sider udah tau cara menghargai karya penulis wkwk

Wogay manteman
See u 💜
*maap blum bisa rajin up apalagi double up nih

DADDY ▶Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang