💀 3️⃣ 💀

774 127 10
                                    

sorry baru update, kira-kira ada gak yang masih nunggu cerita gak jelas kayak gini??





Semuanya duduk melingkar di ruang santai yang
ada di lantai 2. Niatnya, hari ini mereka mau bicarain semua keluh kesah selama berada di villa ini. Seonghwa sama Hongjoong juga udah mikirin matang-matang habis kejadian Jongho kemarin.

"Ada yang mau ngomong duluan?" tanya Hongjoong. Matanya menatap yang lain secara bergantian. Dia sengaja gak nyuruh Seonghwa yang ada di sebelahnya buat cerita lebih dulu daripada yang lain.

Hongjoong melirik Jongho yang masih keliatan ketakutan gara-gara kejadian kemarin. Bahkan tadi malam pun Jongho ikut tidur menyempil di tengah-tengah Seonghwa dan Hongjoong. Yeosang yang ikut ketakutan mengungsi di kamar Wooyoung dan Yunho.

"Yeosang?" panggilan dari Hongjoong membuat Yeosang mendongak lalu menaikan sebelah alisnya.

"Lo ada ngerasa janggal gak selama nginap disini?" Yeosang berpikir sebentar. Selama menginap disini dia gak pernah mengalami kejadian aneh sedikitpun. Dia juga malas menanyakannya ke lain, toh buat apa juga, repot.

"Gak ada? Sama sekali?" Hongjoong menatap Yeosang bingung sekaligus curiga waktu pemuda Kang itu menggelengkan kepalanya. Masa sih Yeosang sama sekali gak pernah?

"Wooyoung? Yunho? Kalian gimana?" Seonghwa mulai ikut buka suara. Berharap jawaban dari Wooyoung dan Yunho gak sama kayak Yeosang sebelumnya.

Sedikit bersyukur dan juga sedikit panik waktu Wooyoung dan Yunho akhirnya menganggukan kepala meskipun pelan. Mungkin tepatnya mereka keliatan ragu.

"Gue takutnya cuman halu aja sih kak. Lo tau sendiri kan kak gue suka banget baca yang sejenis horror atau thriller gitu? Makanya gue gak berani bikin spekulasi sendiri."

Ucapan Wooyoung ada benarnya juga. Seonghwa gak bisa mengelak dan memaksa buat berkata kalau Wooyoung gak halu sama sekali. Karena kejadian yang 'mungkin' dia alami itu benar.

"Yunho ada gak?" giliran Yunho yang ditanya Seonghwa. Seonghwa menatap Yunho cemas, seingat Seonghwa, adek nya yang satu itu terlihat paling jarang mengeluh dalam hal apapun. Takutnya juga Yunho gak mau bilang kalau dia mengalami kejadian yang sama.

"Jujur ya kak," Yunho menarik nafasnya lalu membuang perlahan, "gak ada sih. Selama ini gue baik-baik aja disini, tapi gue selalu dengar keluhan yang lain kalau mereka mulai gak enak sama hawa dan keadaan disini."

Penjelasan dari Yunho membuat Seonghwa terdiam sambil melirik ke arah Hongjoong. Ternyata, yang lain juga merasakan hal yang sama. Tapi mungkin gak ada yang mau cerita karena takut mengganggu liburan terakhir mereka. Tahun depan Seonghwa dan Hongjoong sudah lulus.

"Siapa yang cerita sama lo, Yun?" tanya Mingi penasaran.

"Hm? Si Jongho sama Wooyoung. Kadang San juga kok," lalu Yunho melihat ke arah San duduk.

San mengerutkan dahinya, "kapan gue cerita ke lo?"

"Kadang kalau gue lagi di dapur, lo pasti ada di ruang makan juga kan? Habis nutup pintu kulkas lo langsung mulai sesi curhat gitu," jelas Yunho.

San mendadak diam tak bergeming sama sekali. Jelas-jelas San orang yang paling jarang datang ke ruang makan kecuali karena jadwal makan yang udah ditentuin.

"Lo salah orang kali?"

Yunho menggeleng, "lo kira gue gak tau suara lo? Kita udah hidup 3 tahun dalam satu rumah, yakali gue gak hafal."

"Sumpah demi Tuhan, Yun. Gue bahkan gak pernah curhat apapun tentang disini ke lo apalagi di dapur gitu. Gak elit banget."

Niatnya San mau nyairin suasana dengan cara memberi sedikit bumbu candaan. Tapi yang ada malah semuanya ikut terdiam dengan keringat dingin yang perlahan mengalir dari pelipis masing-masing.

"Gak beres. Ini gak beres, kita harus pergi dari sini!" ujar Wooyoung mulai panik.

"Jangan gegabah, young. Mungkin Yunho lagi ngelindur aj-"

"Engga kak orang itu jelas banget suara San!"

"Denger kan kak? Kita harus pulang hari ini juga kalau gak mau mati!"

Suasana nya jadi ribut, membuat kepala Seonghwa pusing setengah mati. Tau gini dia diam dan mencari jalan keluar sama Hongjoong aja. Ribet asli.

"CUKUP!" teriak Hongjoong sambil menepuk lantai keras banget sampai berbunyi. Sakit sih...sampai merah gitu..gapapa lah...

"Kalian kembali ke kamar aja oke? Biar gue ngomong sama Seonghwa dulu. Kalian percayakan sama kita berdua?"

•••

Seonghwa mengetuk-ngetukan jari telunjuknya ke meja makan. Hongjoong datang dengan dua buah gelas yang berisi teh hangat di tangan nya. Rencana nya mereka akan membicarakan hal yang tadi siang mereka ributkan, dan syukurnya disini gak ada tetangga.

Seram juga sih.

"Jadi gimana?" Seonghwa memulai sesi bicara sambil menatap Hongjoong serius.

Lampu ruang makan cuman menyala satu, yaitu lampu kecil yang ada tepat di atas meja makan. Cahaya nya juga kurang terang dan akibatnya hanya menjadi remang-remang aja. Menambah kesan horror disana, tapi itu gak jadi masalah bagi mereka.

"Ya satu satunya jalan, besok pulang. Kalau malam ini gue gak mau ngambil resiko deh," balas Hongjoong lalu meminum teh hangatnya.

Seonghwa bersandar di kursi sembari menghela nafasnya kasar, "gue juga gak berani. Lagian jalan disini bahaya, ditambah penerangan nya juga minim banget."

Hongjoong mengangguk setuju. Mata Seonghwa gak sengaja menangkap sosok siluet yang kayaknya daritadi berdiam disana. Sebelum memberi tahu Hongjoong dia memastikan dulu kalau gak salah lihat.

Dan siluet itu bergerak mondar mandir. Seonghwa refleks membulatkan matanya dan memekik tanpa suara. Hongjoong yang sadar dengan perubahan teman nya itu ikut melihat ke arah tatapan Seonghwa.

"Kenapa, Hwa?" tanya Hongjoong bingung.

Siluet itu hilang. Seonghwa mencoba menetralkan nafasnya yang seperti habis berlari marathon. Bahkan kaki nya langsung terasa lemas setelah itu.

"Joong, sorry. Gue ke kamar duluan ya? tiba-tiba kepala gue pusing banget," kata Seonghwa dan langsung berdiri setelahnya. Badan Seonghwa hampir aja jatuh karena sedikit limbung dan Hongjoong dengan segera menahan.

"Ya udah kita ke kamar aja. Gue juga mau tidur, nyiapin energi buat besok nyet-"

"AKHHHHHHH!!!!!!!!!!!"

Suara teriakan itu membuat Seonghwa dan Hongjoong kaget bukan main. Hampir aja Seonghwa jatuh lagi kalau sebelumnya Hongjoong melepaskan tangan nya. Mereka segera berjalan ke sumber suara yang tepatnya berasal dari kamar Yeosang dan Jongho.

"Jongho?!"

Seonghwa menghampiri Jongho yang di paha nya sudah ada Yeosang sedang berbaring disana dengan kepala yang penuh darah. Hongjoong yang berdiri di ambang pintu wc menatap kloset duduk yang juga penuh cairan merah itu dengan kebingungan.

"Yeosang kenapa, Ho?" tanya Hongjoong.

"Hiks, gak tau kak. Tadi kan Jongho mau ke wc tapi nunggu Kak Yeosang lama banget gak keluar, dipanggil juga gak nyaut. Jongho jadi khawatir kan, terus Jongho dobrak pintunya karena dikunci Kak Yeosang dari dalam. Pas Jongho buka pintu, Kak Yeosang udah dalam posisi keduduk di lantai dan kepalanya yang berdarah di kloset duduk," jelas Jongho panjang lebar.

Ini jelas aneh bagi Seonghwa dan Hongjoong. Setahu mereka Yeosang itu orangnya hati-hati dan hampir gak pernah jatuh.

"Kalaupun Kak Yeosang jatuh pasti kedengaran kak," sambung Jongho lagi.

Kali ini mereka harus menerima 'hadiah' lagi.

vacances [ ateez ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang