"Entahlah, berada di dekatmu membuat jantungku berdebar, wajahku memerah lebar, dan perutku seakan terisi hewan liar."—
Ada suatu masa seseorang rela melakukan apapun untuk bisa membuatnya hadir dalam zona nyaman. Seorang gadis keturunan Perancis tengah berdiri di balkon kamar rumahnya, gadis itu diam dan tenang dalam kesunyian malam hari. Matanya tak pernah lepas dari rintikan hujan yang turun perlahan di halaman rumahnya.
"Zeva, ayo sini masuk. Di situ dingin loh nak." Ucap seorang wanita paruh baya dari dalam kamarnya. Wanita itu meletakkan sebuah nampan berisi secangkir teh hangat dengan wangi lemon yang khas.
Yang dipanggil pun akhirnya masuk ke dalam kamar, tetapi tetap membiarkan pintu balkon nya terbuka. Wanita paruh baya itu mengambil cangkir di atas nampan dan menyerahkan nya kepada Zevanya.
"Makasih ibu Anita." Ucapnya tersenyum setelah menerima cangkir tersebut dan duduk di sisi tempat tidur.
"Bu, kapan aku ketemu sama keluargaku?" Pertanyaan itu muncul lagi, entah sudah pertanyaan kebetapa yang Zevanya lontarkan kepada Anita perihal keluarganya.
"Kamu kangen ya sama mereka?" Ucap Anita sambil duduk di sebelah Zevanya.
Zevanya menghela napas, "bukan nya aku kangen, tapi sampai kapan mereka mau bersikap gini sama aku? Aku bahkan ngga tau keluarga aku siapa, marga aku apa, asal usul aku gimana, aku ngga tau bu." Ucap Zevanya lirih.
Anita tidak menjawab, dia hanya berusaha menenangkan gadis yang sudah di anggap anak nya, sudah hampir setiap malam dua menangis seperti ini, namun setelah masuk masa putih abu-abu dia sudah jarang menangis. Dan entah dorongan dari mana Zevanya bersedih kembali mengingat keluarga nya.
"Udah ya nak, sekarang di minum lemon tes nya, ibu kan udah buatin nih. Lagi pula ini udah malam, kamu besok sekolah kan?"
Zevanya mengangguk, di bawah cahaya lampu tidur yang remang, dapat Anita lihat wajah Asia-Eropa milik Zevanya yang begitu lekat mewarisi ayah dan ibu kandungnya. Kulit putih pucat dan mata hitam pekatnya membuat Anita mengingat betapa kejam nya dunia pada gadis cantik itu.
"Bu, Zeva udah selesai. Sekarang mau tidur aja ya hehe." Anita mengangguk tak lupa membawa nampan dan cangkir yang kini sudah kosong.
Setelah Anita pergi dari kamarnya, Zevanya berbaring di tempat tidur tosca miliknya. Mata bulatnya memandang lurus pada pintu kaca balkon yang masih terbuka, membuat kulitnya terbelai oleh angin malam yang dingin. Gadis itu berdiri kembali, menutup pintu balkon dan membiarkan pintu transparan itu tidak tertutup tirai.
Dia mengeluarkan selimut hangat dari dalam lemarinya, selimut yang biasa dua pakai sedang di cuci oleh Anita karena kotor. Yang Zevanya dapatkan adalah selimut bergambar anak ayam yang berada dan dekapan induknya. Apakah dia juga harus cemburu pada selimut? Ah sudahlah, gadis itu memilih berbaring kembali di atas kasurnya.
"Ayah.. Bunda.. Zeva pengen ngerasain pelukan dari kalian." Ucapnya sebelum benar-benar terlelap dalam tidurnya.
🎓
Menjadi siswa SMA kelas akhir mungkin sudah waktunya untuk bebas bagi beberapa orang, tetapi hal itu tidak berlaku untuk Zevanya. Mobil putih bersihnya terparkir anggun di halaman parkir sekolah. Seperti biasa, gadis dengan rambut hitam panjang itu berjalan menuju kelasnya sembari menyapa ramah orang-orang yang mengenalnya.
"Kak Vanya!"
Zevanya menghentikan langkahnya, dia berbalik memutar tubuhnya menghadap sumber suara berasal. "Kak, ini aku barusan bikin sandwich tadi." Ucap seorang gadis yang tampak mengatur napasnya sambil menyerahkan sekotak bekal berwarna pink.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hargai Selagi Ada
Teen FictionIbarat sebuah permainan, sebelum mengetahui pola, alangkah baiknya berpikir keras atau semuanya akan tandas. "Aku ngga akan pernah bisa selamanya bersama kamu." "Tapi kenapa? Bukankah banyak hal yang membuat kita terus bersama selamanya?" "Kamu sala...