Hari ini Zevanya berpenampilan cukup berbeda, dia mengepang rambut panjangnya dengan begitu cantik dan rapi. Entah karena alasan apa, gadis itu merasa tak nyaman apabila harus membagikan makanan dengan rambut terurai.Dia memoleskan sedikit bedak bayi di wajah putihnya, senyumnya merekah, tampak puas dengan hasil kepangan nya, dia memutar tubuhnya untuk bisa melihat kepangan yang dibuatnya.
"Mau kamu muter-muter sampe pusing juga itu kepangan gak akan keliatan, Va."
Zevanya menengok ke arah pintu kamarnya, seorang pria sudah bersandar manis di sana. Astaga, pria itulah yang sudah membuat paginya begitu berbeda..
"Morgan ngapain ke sini, nanti juga aku turun kok."
Morgan melangkahkan kakinya kedalam kamar Zevanya, kemudian duduk di tepi kasur yang kini bercorak Pororo.
"Aku nunggu kamu dari tadi tapi gak keluar-keluar, jadi aku samperin. Eh orangnya udah siap cuma mentalnya belum." Pria itu terkekeh di akhir kalimatnya, membuat Zevanya tersipu.
"Udah ah ayo turun," Zevanya mengambil tas sekolahnya dan melangkahkan kaki ke lantai dasar. Morgan melihat sekeliling kamar Zevanya, entah mengapa kamar ini begitu lucu dan berbeda, bahkan kamar adiknya saja tidak selucu ini.
Pria itu menyusul Zevanya di bawah, penampilan nya yang berbeda sungguh membuat nya menjadi sosok yang lebih terbuka dan segar.
Ya, hari ini Morgan memaksa untuk mandi dan sarapan di rumah Zevanya. Awalnya tentu saja Zevanya menolak, saat itu masih terlalu pagi dan dia yakin Morgan cukup sampai rumah untuk melakukan itu semua. Tapi bukan Morgan namanya jika tidak beraksi, dia bertingkah dengan membujuk Ibu Anita yang nampak asik dengan perseteruan spele gadis remaja. Alhasil, Morgan lah yang menang.
🎓
"CENDOL DAWET CENDOL DAWET SEGER, CENDOL CENDOOOL!!"
"DAWET DAWET!!"
"CENDOL CENDOL!!"
"DAWET DAWET!!"
"CENDOL DAWET SEGER PIROO???!!!"
"LIMARATUSAN!!"
"TEROOOS??!!"
"GAK PAKE KETANNN!!"
"JI RO LU PAT LIMO ENEM PITU WOLU, TAK GINTA GINTA!!"
"HOEEEE~"
Linka menutup telinganya rapat-rapat kala menyaksikan Dyon and the Genk memulai konser dadakan di kelasnya. Ini masih terlalu pagi dan tentu saja semangatnya masih membara.
Dia melirik meja di belakangnya, Lora, gadis itu tertidur pulas seolah tidak terjadi apa apa. Linka benar-benar kesal, dimana Zevanya saat ini.
"Diem woyy!!!" Linka menggebrak mejanya keras, sehingga kedua pria itu berhenti.
"Sakit kuping gue dengernya." Ujar Linka ketus.
Hening sesaat sebelum..
"Dudu.. klambi anyar.. aduh aduh ehh!"
Linka masih terus saja mengeluarkan jurusan maut untuk menyerang pria satu ini. Benar-benar menyebalkan! Seisi kelas? Jangan tanya, mereka tak berniat sekalipun mengakhiri hiburan pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hargai Selagi Ada
Teen FictionIbarat sebuah permainan, sebelum mengetahui pola, alangkah baiknya berpikir keras atau semuanya akan tandas. "Aku ngga akan pernah bisa selamanya bersama kamu." "Tapi kenapa? Bukankah banyak hal yang membuat kita terus bersama selamanya?" "Kamu sala...