- ; Reason

33 3 1
                                    


Puisi mengajarkan ku sebuah arti,
Bahwasanya sulit untuk mengungkapkan isi hati,
Sampai hanya bisa dituangkan melalui diksi,

Bukan perkara mudah walau sekadar halusinasi,
Tapi jangan pernah menyamakan ego dengan hati,
Manusia memang lucu dalam menaklukkan mimpi,

Keduanya memiliki fungsi tersendiri,
Ego terlalu luas memikirkan kemungkinan yang terjadi,
Tapi hati memiliki satu tujuan yang perlu di lalui.

Mungkin keduanya bisa saling melengkapi,
Namun kembali lagi,
Bahwa tak semua ego selaras dengan naluri.

-

Zevanya membuka matanya, kepalanya terasa sakit sekarang. Dia meraba pelipisnya dimana dia merasakan sakit dan perih. Sebuah plester yang membalut sebuah luka.

"Zeva, kamu udah bangun?"

Tukkk

"Ya udah lah, Lo liat aja dia melek," celutuk Dyon.

Lelaki tinggi itu tidak peduli, dia menatap lamat-lamat gadis yang terbaring di atas ranjang UKS. Gadis itu tampak heran dengan keadaan sekitar.

Zevanya berusaha untuk duduk, dengan sigap, kedua lelaki di sisi kanan kirinya membantunya. Siapa lagi selain Bintang dan Morgan.

"Vanyaaa ya ampunn! Lo tuh ya bikin gue panik tau nggak!" Linka datang dengan membawa teh hangat di atas sebuah nampan.

"Gue nggak papa,"

"Lo bilang nggak papa? Lo sampe pingsan gini, nyampe luka, nyampe satu sekolah heboh. Bahkan nyaris di bubarin gara-gara guru sibuk ngurusin berandalan itu." Alas bersungut-sungut menjelaskan.

Zevanya ternganga, "eh? Apa iya?"

Morgan mengangguk, "kamu sekarang ceritain deh kenapa bisa begini."

Gadis itu menghela napas, "gue tadi di suruh bagiin kertas di setiap kelas. Pas nyampe di kelas mereka, gue tiba-tiba di tarik, terus kepala gue kebentur dinding. Terus nggak tau mereka bawa gue kemana." Jelasnya.

Bintang mengepalkan tangan nya, pria itu tak habis pikir dengan ulah lelaki saat itu.

"Gue bisa urus mereka," Morgan bersuara.

"Nggak bisa, kalo Lo mau nanganin mereka, gue juga ikut! Bukan cuma Lo yang peduli sama Vanya." Dyon menyergah.

"Tap-"

"Gue juga ikut," Alas dan Bintang berseru secara bersamaan.

Morgan mengusap wajahnya, "kenapa? Jangan mentang-mentang Lo deket sama Vanya, Lo bisa berkuasa penuh sama dia." Ucap Bintang penuh penekanan.

Seluruh orang di sana dapat merasakan atmosfer yang tidak mengenakkan. Zevanya buru-buru mengalihkan topik.

"Eum.. Lora dimana?"

Linka meletakkan nampan berisi gelas di meja samping ranjang. "Tuh, lagi bermimpi indah di ranjang sebelah."

Zevanya menengok ke arah yang ditunjuk Linka. Memperlihatkan seorang gadis yang terlelap dengan sangat nyaman. Gadis itu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan teman nya.

Hargai Selagi AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang