Setelah menjalani hidup sebagai sepasang suami istri selama 2 tahun. Jiyong dan Chaerin belum juga dikaruniai seorang keturunan. Merasa sudah saatnya untuk memperoleh satu, merekapun mencoba memeriksakan kesehatan ke dokter guna mengetahui masalah diantara keduanya.
Dan ternyata, setelah di periksa dengan seksama. Yang bermasalah adalah Chaerin. Chaerin tidak bisa memberikan anak untuk Jiyong. Dan dari sinilah hari-hari burukpun mulai menghantuinya.
Sepulangnya dari Rumah sakit, Jiyong membanting pintu cukup keras dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Chaerin hanya bisa diam. Wajah Jiyong terlihat begitu kecewa dimatanya. Pria itu hanya bungkam dan berbaring tanpa mengucapkan sepatah katapun. Rasa bersalahpun menghantui wanita berambut pirang itu.
Kenapa dia tidak bisa memberikan anak untuk suaminya sendiri? Mereka sudah hidup berkecukupan, bahkan sudah berlebihan. Mereka bisa membeli apapun. Tapi kenapa hanya untuk seorang anak saja mereka tidak mampu mendapatkannya?
Chaerin berjalan gontai ke tempat tidur. Berniat berbaring di samping suaminya. Namun, niatnya segera sirna saat Jiyong segera bangkit dari kasur dan berlalu ke luar kamar. Seolah tidak mau tidur bersama istrinya.
Chaerin kembali terdiam. Tepatnya terdiam terpaku menatap punggung suaminya yang sudah menghilang dibalik pintu.
Kenapa suami yang begitu ia cintai bahkan tidak pernah menyakiti hatinya itu tiba-tiba berubah? Apa pria itu membencinya sekarang? Membencinya karena tidak bisa memberikan ia seorang anak? Tapi apa seorang anak begitu penting untuknya? Apa dengan hanya memiliki wanita itu saja belum cukup baginya?
Kalimat-kalimat itulah yang menyelimuti pikiran Chaerin.
BUMMMMMMMMM
Mendengar suara itu, Chaerin berjalan ke depan jendela yang langsung menghadap ke pekarangan rumah. Tampak Lamborghini milik Jiyong keluar dari garasi dan meluncur kejalanan. Chaerin yakin, itu adalah suaminya. Ia berpikir, pasti Jiyong saat ini pergi menenangkan diri. Tapi kenapa berlalu begitu saja?
Tanpa terasa butir-butir air mata Chaerin menetes ke lantai. Ia terduduk di depan jendela yang langsung diterangi sinar bulan itu. Suasana hening membuat hatinya begitu teriris dan sangat sakit. Perkataan dokter tadi masih membekas di kepalanya.
"Anda mandul."
Dua kata itu merupakan kata-kata terkejam yang mampu membuat hati setiap wanita terluka. Tapi Chaerin benar-benar menyesali kenapa 2 kata itu harus ditujukan kepadanya?
"Akh!" Chaerin meraba dadanya. Entah kenapa, dadanya terasa begitu sakit. Sangat sakit sehingga membuatnya ingin lebih memilih mati saja. Isak tangisnya tak bisa dibendung lagi. Dalam waktu seperkian detikpun, ia meluapkan seluruh luka perih di hatinya dengan menangis sejadinya.
Di lain sisi. Seorang pria bertubuh tinggi yang notabenenya adalah bodyguard Chaerin hanya bisa terdiam dari luar kamar. Beberapa orang pelayan rumah yang berdiri disampingnya ikut menunduk seolah kasihan melihat derita yang dialami majikan mereka tersebut.
------------------------------------------------
CIIITTT
Jiyong memarkirkan mobilnya di depan sebuah Bar yang berlabelkan 'BAR BLUENO'. Lalu ia masuk ke dalam bar itu. Ia duduk di depan meja Bartender yang dihuni oleh seorang wanita berambut hitam segi. Wanita itu tersenyum pada Jiyong, lalu menawarkannya sebuah bir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled ✔
FanfictionCast : Jiyong, Chaerin, Choi Seunghyun, Lee Jooyeon Support Cast : Park Bom, Sandara Park, Park Soojoo Setelah menjalani hidup sebagai sepasang suami istri selama 2 tahun. Jiyong dan Chaerin belum juga dikaruniai seorang keturunan. Merasa sudah saat...