Chapter 11

393K 24.1K 2.3K
                                    

"Khilaf apa udah demen?" Mami Devan berjalan maju lalu menjewer telinga Devan.

"Demen mih," ceplos Alena.

"Apa Alena???"

Alena merutuki mulutnya yang keceplosan "Eh gak mih, mami salah dengar,"

"Aduh duh mih sakit, astaga sumpah mih Devan khilaf tanya aja sama Alen, mih sakit lepasin dong," ringis Devan.

Sementara Alena tertawa melihat pemandangan itu.

"Gak akan mami lepasin, ini nih anak jaman sekarang gak kayak jaman mami yang bahenol, dulu pegang tangan aja udah takut katanya nanti hamil, sekarang udah main nyosor bibir anak orang, siapa yang ngajarin kamu hah!!"

"Aduh mih, Devan kayak gini karena mami yang selalu nonton drakor pas Devan kecil,"

"Gak ada hubungannya Devan!!"

"Ada mih, mami gak ingat kalau mami nonton pasti ada adegan kissnya? Devan kan juga liat,"

Mami Devan terkejut dan melepaskan jewerannya "Omo jinja?? Otokke?"

Devan menepuk jidatnya, sepertinya maminya kumat lagi, lihat saja bahasanya sudah keluar.

"Astaga Devan ini semua gara-gara kamu!!! Drakor kesayangan mami udah main!!!" Teriak mami Devan buru-buru duduk manja di depan tv lalu menyalakan tv.

"Omo oppaa kesayangan mami udah main, Alena kamu lihat aktor itu, dia sangat tampan bukan? Aigoo andai saja anakku ganteng sepertinya," Reni antusias membuat Alena geleng-geleng kepala melihat tingkah ibu pacarnya ini.

"Iya mih dia ganteng banget," Alena terkekeh melihat ibu Devan yang sangat mengidolakan kpop.

"Apaan masih gantengan aku," protes Devan.

"Iya kamu ganteng tapi di mimpi aja," cibir Reni mengejek putranya.

Devan mengusap telinganya yang merah karena jeweran maut maminya. Devan mendekati Alena dan menarik tangan Alena.

"Kita ke kamar aku aja yuk, biar mami gak gangguin kita," bisik Devan.

Baru beberapa langkah sesuatu sudah mendarat di kepala Devan dengan indah.

"Aduhh sakit," Devan memegang kepalanya dan melihat sepatu ibu negara 10 cm yang mengenai kepalanya.

"Satu langkah lagi mami cincang tubuh kamu Devan!!! Mau kamu bawa ke mana calon menantuku hah!!!"

"Devan cuma ngajakin Alena ke kamar mih,"

"Mau ngapain di kamar?"

"Mau nganu mih,"

"Nganu apaan Devan!!! Kok mami ambigu dengernya!!"

"Astaga mami, Devan gak bakalan macam-macam sama Alena, lagian Devan gak akan ngerusak orang yang Devan cintai,"

"Kenapa mesti ke kamar bambang!!"

"Sejak kapan nama kamu berubah jadi bambang?" Bisik Alena.

"Sejak rambut mami memutih, maklum umur," bisik Devan.

"Ngapain kalian bisik-bisik?"

"Kata Alen mami cantik, cocok sama oppa kesayangan mami tuh," tunjuk Devan ke arah tv.

"Elleh gak usah ngeles kamu, pokoknya gak boleh!! Mami mau Alena nemenin mami nonton, lagian Alena udah lama gak ke sini mami jadi kangen," ucap Reni mami Devan menarik tangan Alena.

Dengan segap Devan menarik tangan Alena "Pacar Alena Devan mih, Devan yang berhak,"

Reni menarik tangan Alena "Belum istri kamu, nanti kalau Alena udah jadi istri barulah dia hak kamu sepenuhnya,"

"Pokoknya Devan harus sama Alena!!"

"Gak, Alena harus sama mami!!"

"Alena pacar Devan mih!!"

"Alena calon mantu mami Devan!!"

Jadilah Alena seperti barang di tarik oleh dua orang ini, tangan Alena seperti mau putus karena di perebutkan.

"Aduh," ringis Alena lalu menghempaskan tangan mereka.

"Gini aja, aku nemenin mami nonton abis itu nanti giliran kamu yang aku temenin gimana?"

Reni tersenyum puas karena dirinya yang menang, dia menaik turunkan alisnya mengejek Devan.

"Terserah!!" Devan kesal lalu meninggalkan mereka.

"Idih ngambek, padahal kan mami cuma ngerjain dia," Reni cekikikan.

"Mami sih, tuh kan anaknya ngambek," ucap Alena terkekeh.

"Abisnya udah jadi kesenangan mami gangguin anak itu, siapa coba yang mau mami gangguin kalau bukan dia, anak mami cuma dia doang," ucap Reni.

Devan adalah anak tunggal, Alena memang sudah akrab dengan keluarga Devan terutama maminya. Tapi Alena belum pernah sekali pun melihat sosok ayah Devan.

Pernah Alena menanyakan hal itu, tapi Devan selalu mengalihkan pembicaraan seolah tak mau mengungkit masalah ayahnya. Jadilah Alena hanya menyimpan pertanyaan itu di benaknya.

"Sana gih kamu susulin Devan, pacar kamu kalau ngambek kayak anak kecil,"

"Tapi kan mami mau di temenin nonton,"

"Nggak usah, lagian mami bisa nonton sendiri, kamu gak boleh nonton oppa mami, nanti kamu demen dan ngelupain Devan," ejek Reni.

"Mami ada-ada saja, ya udah aku ke atas yah mih,"

Reni mengangguk, Alena berjalan menuju kamar sang pacar. Tapi baru beberapa langkah ucapan Reni membuatnya malu.

"Alena,"

"Iya mih?"

"Kalau Devan mau nyium kamu lagi jangan mau, tonjok aja bibirnya, tapi kalau nikmat terusin aja, masalah cucu tunda dulu yah, kalian belum sah hahaha," Reni tertawa lalu meninggalkan Alena yang pipinya sudah memerah kayak kepiting rebus.






03 Januari 2020

Saniyyah Putri Salsabila Said

Lilin [TELAH TERBIT & DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang