Chapter 36

317K 16.6K 369
                                    

Alena sedari tadi diam setelah menangis tadi, kini hanya ada Devan dan dirinya di ruangan ini.

"Tadi itu mama kamu?" Tanya Devan.

"Hmm, kamu lihat sendirikan bagaimana mama dan papa aku sebegitu tak menyayangi aku?"

"Kenapa mereka seperti itu?"

"Karena tak ada cinta di antara mereka, dan itu pun berlaku pada aku anak mereka,"

"Lalu mengapa mereka menikah jika tak ada cinta?"

"Mereka di jodohkan, mereka di paksa menikah demi bersatunya kedua perusahaan, kebetulan opa dan kakek adalah sahabat sejak kecil, saat itu jelas mama mencintai ayah dan papa juga mencintai bunda, tapi saat itu ayah katanya kuliah di luar negeri dan gak tau kalau mama di jodohin lalu bunda dan papa tidak di restui karena bunda bukan dari kalangan kami,"

Sebenarnya saat pernikahan Sonya dan Dimas terjadi, mereka sudah berusaha untuk saling mencintai namun tak bisa, karena cinta masa lalu masing-masing begitu kuat.

Sonya wanita yang baik, begitu pula Dimas. Mereka tak bisa saling menyakiti hanya karena memaksa ada cinta. Dimas sudah menganggap Sonya sebagai adiknya begitupun sebaliknya.

Walau mereka terlihat tak akur, tapi percayalah jika itu hanyalah topeng persaingan mereka seperti adik kakak.

"Lalu kalau mereka tidak saling cinta kenapa ada kamu?"

"Karena kakek dan opa harus memiliki pewaris, mereka hanya menganggap anak yang lahir dari mereka adalah pewaris yang sah, dan warisan tidak akan jatuh di tangan mereka sebelum memiliki anak, makanya aku lahir lalu di abaikan karena tugas mereka selesai, mereka pun mendapatkan setengah warisan,"

Devan seketika merasa iba pada Alena yang memiliki masalah yang begitu rumit, sangat sulit untuk di alami.

"Jangan memberikan pandangan iba padaku, di sisi lain aku bahagia karena bunda dan ayah tidak membenci aku, mereka memperlakukan aku seperti anak kandungnya sendiri,"

Devan merubah ekspresi ibanya menjadi tersenyum lebar.

"Sini dekat sama aku," ucap Devan menepuk ranjangnya.

Alena bangkit dan duduk di dekat Devan. Lalu Devan mengecup singkat bibir Alena, membuat Alena merona malu.

"Jangan sedih lagi, aku selalu ada di samping kamu, walaupun mereka tidak menyayangi kamu, ada aku yang selalu mencintai dan menyayangi kamu sampai kapan pun,"

"Janji?" Tanya Alena membuat Devan merasa bersalah.

"Aku janji," tapi aku tidak yakin saat kamu tau kalau kita harus putus. Lanjut Devan dalam hatinya.

●●●

Saat ini dokter Andi masuk dan tak sengaja melihat kedua insan itu tidur saling berpelukan.

"Hei hei bangun, belum muhrim astaghfirullah!!!" Teriak dokter Andi membuat Devan dan Alena bangun.

"Kamu juga Alena, perut pacar kamu kok di tindis kalau lukanya terbuka gimana, bangun buruan!!"

Devan berdecih "Ganggu aja,"

"Apa? Justru bagus dong saya ganggu, belum muhrim kok udah satu ranjang,"

"Apaansih dok, aku cuma tidur di kursi kok di kira tidur berpelukan," gerutu Alena.

"Sama aja, kamu tidur terus tangannya meluk tubuh pacar kamu,"

"Iyaiya, tuh perut Devan gapapa kok,"

Dokter Andi sebenarnya pulang setelah tau Alena dan Devan baik-baik saja. Dan dia juga sempat mendengar perdebatan keluarga mereka. Tapi dia tidak ikut campur karena tidak sopan.

Dokter Andi membuka perban bagian perut Devan "Dua hari lagi sudah sembuh, untung lukanya tidak parah sekali,"

"Oke," jawab Devan.

"Kepala kamu gimana?" Tanya dokter Andi pada Alena.

"Udah baikan kok,"

Dokter Andi maju mengusap kepala Alena, membuat Devan geram.

"Jangan sentuh pacar gue, bukan muhrim!!"

Dokter Andi menatap sinis Devan "Saya cuma memeriksanya,"

"Udah kan? Sana keluar deh ganggu aja," usir Devan.

"Devan ih, ga boleh ngomong gitu,"

"Kalau saja saya tidak punya pasien, pasti saya akan mengawasi kalian,"

"Eem dokter tidak apa-apa?" Tanya Alena.

"Saya kuat kok, gak kayak pacar kamu yang lemah, padahal lukanya tidak parah sudah pingsan," ejek dokter Andi.

"Buruan keluar," decak Devan.

"Iyaiya ini udah mau keluar, ingat jangan pelukan lagi belum muhrim," ucap dokter Andi lalu membisikkan sesuatu pada Alena. "Ingat check up,"

"Woi pacar gue itu!!!!"

Dokter Andi tertawa lalu keluar setelah melihat wajah kesal Devan.



31 Januari 2020

Saniyyah Putri Salsabila Said

Lilin [TELAH TERBIT & DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang