1 - Einer

9.6K 1.1K 126
                                    

Bosan!

Satu kata sejutan kedongkolan.

Sudah dua jam ia menunggu di depan pintu kedatangan internasional, tapi sosok yang diharapkannya tak kunjung keluar.

Mendengus sebal, ia kembali mendudukan bokongnya di lantai keramik tepat di bawah pilar penyangga bangunan. Kedua kakinya seakan mati rasa karena terlalu lama berdiri. Ia tak sendiri, ada beberapa orang yang juga senasip dengannya. Sama-sama menunggu.

Ia bahkan sudah menghabiskan segelas minuman berperisa Hazelnut Chocolate dengan topping boba, tapi yang ditunggu tak kunjung terlihat.

Melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul delapan malam, ia kembali meratapi nasibnya yang malang karena tengah kelaparan.

Untung saja tak ada orang lain di sebelahnya saat perutnya berbunyi, kelaparan. Ia sudah membayangkan ayam betutu yang akan menyambutnya saat kembali ke rumah, dengan sambal matah yang extra pedas membuat perutnya keroncongan.

Kalau saja acara jemput-menjemput di bandara bukan karena permintaan bujang lapuk kesayangannya, ia tak sudi berada di sini.

Ia hanya memakai celana jins dengan kemeja motif kotak-kotak berwarna merah bercampur hitam dan putih yang satu ukuran lebih besar dari tubuhnya, ditambah lagi wajah kucel nan dekil karena belum sempat mandi. Ia yang baru pulang dari pekerjaan magangnya mendapatkan telepon, untuk segera ke bandara untuk menjemput sahabatanya. Dan sekarang benar-benar terlihat seperti gembel yang tengah kelaparan.

Lagipula ia tak tahu menahu bagaimana rupa sosok yang sedang ditunggunya itu, si om kesayangan bahkan tak memberikan foto agar ia bisa mengenali rupa orang yang dijemput.

Yang ia tahu hanya seorang pria, yang usianya tak jauh beda dengan si om. Jangan lupa perawakan tinggi khas orang eropa, berambut brunette sedikit gondrong juga cambang yang menghiasi wajahnya.

Dan ia semakin gondok saja. Kalau hanya diberi ciri-ciri seperti itu, orang eropa lainnya juga banyak yang memiliki perawakan yang serupa. Menyebalkan sekali.

Aku lapar, Om!
😭😭 😭😭
Boleh pulang, nggak?

Dasar om kampret! Chatku cuma dibaca aja.

Kepalanya mendongak mendapati beberapa orang yang sedari tadi sudah berada ditempat ini, mulai beranjak dari duduknya dan mendekati pembatas yang dibentangkan antara pintu keluar dan penjemput.

Menghembuskan napas lelah sekaligus jengkel, tak urung ia pun ikut beranjak dan sedikit berdesakan untuk memintaa jarak agar bisa melihat si pemilik nama yang tertera dalam kertas lebar miliknya.

Tak lama ada beberapa orang yang keluar dari pintu kedatangan internasional dengan membawa koper yang bervariasi ukurannya, bahkan hanya ada yang membawa tas ransel. Namun kebanyakan yang mendominasi memang penumpang tersebut adalah orang-orang bule.

"Kurt!" seruan seorang wanita berambut pirang membuat beberapa orang yang tersisa menoleh ke sumber suara tersebut.

Dari tempatnya berdiri, ia bisa menarik kesimpulan jika mereka adalah pasangan kekasih atau suami istri yang sedang bertengkar.

Terlihat sang pria yang masih saja berlaku dingin, sedang si wanita berusaha mencari perhatian si pria agar mau mendengarkannya bicara. Samar-samar ia mendengar percakapan bahasa asing, mengingat mereka memang bukan penduduk asli Indonesia.

"Kurt! bitte hör mir zu Sei nicht so für mich." *

"Was noch, Laura? es ist genug stört mich nicht mehr!" * Suara pria tegas dengan raut wajah dingin.

Short Escape - Projek CINTA Batik Publisher (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang