Cerita 1 (Kongpobe Arthit)

12.2K 550 24
                                    

Brak!

"Phi!" Teriak Kongpobe sembari membuka pintu kamar Arthit

"Ah! Kong...." Arthit meletakkan kembali sendoknya, ia tengah makan siang saat Kongpobe tiba-tiba memasuki kamar asramanya.

Kongpobe dengan wajah kesalnya duduk begitu saja, wajahnya menunjukkan jika ia butuh penjelasan

"Apa?" Arthit bertanya kepada Kongpobe karena ia merasa jika dirinya tengah di tuntut penjelasan, "Oh! Aku baru ingat! Maafkan aku. Aku lupa..." Arthit baru ingat jika ia ada janji makan siang bersama Kongpobe.

"Lupa? Phi tau aku menghawatirkan mu, phi berjanji akan memberikan kabar jika kuliah siang selesai, aku sudah menunggumu, aku khawatir jika phi kenapa-kenapa. Dan sekarang Phi bilang lupa?" Kongpobe tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Oh ayolah Kong, aku baik-baik saja. Sungguh aku lupa tadi, kita makan siang sekarang saja bagaimana?" Arthit menunjukkan wajah menggemaskan, membuat Kongpobe tidak bisa membantah lebih.

"Lupakan phi, yang terpenting phi sudah makan dan baik-baik saja. Aku akan kembali ke kampus, aku ada kuliah siang setelah jam istirahat..." Kongpobe kembali berdiri dari duduknya.

"Hey, ayolah... Jangan marah... Aku akan menemanimu makan siang sekarang oke?" Arthit menyusul Kongpobe untuk berdiri, "Tidak perlu Phi, aku akan makan setelah kelas sore. Jam istirahat ku sudah habis..." Kongpobe menolak, menunjukkan jam tangannya.

"Kita bisa makan siang lain kali..." Kongpobe kembali berkata sebelum membuka pintu, "Sampai jumpa..." Dengan itu Kongpobe pergi meninggalkan Arthit yang merasa bersalah.

Arthit berpikir jika semua akan kembali seperti semula, Kongpobe yang mengejarnya setiap waktu. Keduanya sudah berkencan hampir satu tahun, namun Kongpobe merasa jika dirinya lah yang selalu memperjuangkan Arthit. Kadang Kongpobe berpikir, apakah Arthit menerimanya hanya karena sebuah rasa kasihan saja?

Satu minggu sudah berlalu, tidak ada ajakan makan siang, makan malam atau sarapan bersama dari Kongpobe. Tentu saja perubahan itu langsung dirasakan Arthit, biasanya jika memiliki jam istirahat bersama, Kongpobe akan ada disekitarnya, tapi satu minggu ini ia tidak melihat sang kekasih disekitarnya.

"Sudah satu minggu ini aku tidak melihat Kongpobe, kemana dia?" Tanya Bright pada Arthit, yang di tanya hanya diam sembari memainkan minumannya.

"Kalian bertengkar?" Tanya Toota, teman yang lain.

"Aku tidak merasa kami bertengkar, hanya saja dia.... Berubah?" Keluh Arthit.

"Apa kau melakukan kesalahan?" Tanya Prem.

"Aku lupa janji makan siang dengannya..."

"Sekali?" Kali ini Knot yang bertanya.

"Beberapa kali..." Arthit baru ingat jika ia sudah beberapa kali lupa seperti saat itu.

"Lalu?" Tanya Prem.

"Biasanya dia akan langsung memaafkanku, seminggu yang lalu dia juga memaafkan..."

"Tapi?" Toota menuntut penjelasan lebih saat merasa Arthit menggantung jawabannya.

"Tapi esoknya dia mengabaikan ku..."

"Dia mengabaikanmu atau kau yang merasa di abaikan?" Knot membalik jawaban Arthit menjadi sebuah pertanyaan, membuat si empu langsung berpikir dua kali.

"Aku merasa di abaikan. Biasanya dia akan langsung menghubungiku untuk makan bersama atau sekedar mengingatkan makan, tapi satu minggu ini ia mengurangi pesannya."

"Apa kau tidak pernah mengiriminya pesan dulu?" Tanya Bright, Arthit diam sejenak lalu menggelengkan kepalanya lemah.

"Ah, dia lelah denganmu. Kau memang pandai dalam pendidikan. Tapi dalam cinta? Kau tidak ada nilainya..." Toota berkomentar.

Pemikiran Peraya (Oneshoot Nya SingKrist)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang