Ketukan bolpoin di atas meja membuat suasana ruangan rapat kali ini semakin menegangkan, ada 12 orang disana menghadiri rapat karena memang ada mereka dalam tim kerjasama tersebut, namun keheningan di dalam ruang rapat terasa seakan tak ada siapapun disana. Tentu saja hal tersebut karena Krist tampak mengerutkan keningnya sembari menatap laporan di atas meja yang baru saja disuguhkan oleh salah seorang karyawannya.
Krist adalah sosok pemuda 26 tahun yang telah mengambil alih perusahaan sang ayah yang ingin berpensiun dini. Perusahaan yang dibangun ayahnya tersebut merupakan sebuah perusahaan besar penghasil baterai bermerek di negaranya. Setelah dua tahun mengambil alih, Krist mampu melebarkan sayap ke berbagai bidang, salah satunya kelapa sawit.
Bibir yang dari awal tak menunjukkan ekspresi senang, kini sedikit tersungging ke atas. Bukan sebuah senyum puas, namun senyum meremehkan atas laporan tersebut.
"Satu juta dalam satu tahun?" Ujar Krist memecah keheningan.
Krist sedikit mendongak menatap ke arah seorang wanita cantik yang sudah membuat laporan tersebut, "Kau ingin membuat aku bangkrut?" Ia berdiri sebelum kembali berkata, "Nona Jenie, anda benar-benar buruk."Ujar Krist tidak peduli jika para karyawan lain mendengarnya, "Sepuluh menit lagi, kalian harus sudah mengumpulkan laporan baru. Atau kalian menggantinya dengan surat pengunduran diri." Krist berjalan meninggalkan ruangan, tentu saja dengan mulut yang tak hentinya bergeming karena para karyawan tersebut.
Seorang lelaki muda lainnya berjalan menyusul Krist dari belakang, tentu saja itu adalah Choi, sekertaris sekaligus bodyguard yang sudah sangat dipercayainya. Saat ini Choi sudah mengerti jika kondisi mood tuan mudanya tersebut kurang baik, namun apapun yang terjadi ia tetap harus menyampaikan rencana sang ayah.
"Tuan besar sudah sampai di Thailand pagi ini dan langsung menuju rumah anda untuk mengecek persiapan besok." Ucap Choi tepat saat mereka mulai melangkah ke dalam sebuah ruangan.
"Hmmm..." Krist bergumam sebelum meraih segelas air putih di atas mejanya, "Bukankah besok malam aku harus ke Italia?"
"Itu dapat di tunda lusa tuan..." Sejujurnya Choi ragu mengatakan hal tersebut tetapi ia sudah tak ada pilihan lagi.
Krist menatap tajam ke arah Choi setelah meminum habis air putihnya, "Menunda?" Salah satu alis Krist terangkat, pertanyaan itu seolah memastikan jika telinganya masih dalam kondisi baik.
"Benar tuan, terlebih lagi saat ini Jepang tidak sedang dalam kondisi buru-buru untuk mendapatkan barang tersebut." Jelas Choi.
Krist menggelengkan kepalanya pelan, "Dengar! Sekalipun mereka tidak dalam kondisi buru-buru, jika aku sudah mengatakan akan dikirim dalam dua hari, maka tidak ada alasan bagiku untuk menunda! Susah payah kita membangun nama, dan kau ingin menghancurkannya hanya karena sebuah pernikahan sialan itu? Kau ingin membuatku bangkrut juga?"
"Tidak tuan, maaf." Ujar Choi begitu mendengar kalimat Krist, "Kita akan berangkat besok malam setelah acara untuk pengecekan barang, sesuai rencana awal tuan." Lanjutnya kemudian.
Barang yang dimaksud adalah senjata api yang menjadi bisnis sampingan Krist. Meskipun ia menyebutnya sebagai bisnis sampingan, namun Krist merupakan penyuplai terbesar di Asia. Krist hanya perlu mengambil barang dari Eropa untuk ia jual kembali ke Asia.
"Keluar dan panggil tim tadi! Jika dalam waktu dua menit belum ada laporan disini, pecat mereka dan buatkan laporannya!" Ujar Krist yang sudah tak ingin lagi melihat Choi disana.
Pemuda itu pergi meninggalkan ruangan Krist setelah sedikit menunduk untuk memberi hormat.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemikiran Peraya (Oneshoot Nya SingKrist)
FanfictionSingto Prachya Ruangroj dan Krist Perawat Kongpobe dan Arthit Kumpulan cerita Oneshoot milik SK (PERAYA)