Namanya Krist Perawat, sebagai seorang lelaki yang hidup sebatang kara, kehidupan ekonominya terbilang cukup baik. Di usia yang menginjak 25 tahun, ia sudah menjabat sebagai kepala pemasaran disebuah perusahaan. Setelah menyampaikan tujuannya untuk meminang sang kekasih beberapa waktu lalu, akhirnya hari yang ia tunggu tiba juga. Ia dan kekasihnya yang merupakan anak kedua dari sebuah keluarga sederhana pun melaksanakan resepsi. Hubungan yang mereka jalin tidaklah lama, hanya tujuh bulan sebelum hari pernikahan ini.
Namun, yang sangat disayangkan dari Krist adalah ketidakhadiran dari kakak kandung sang kekasih karena masih tinggal di luar negeri. Acara resepsi pernikahan hari itu berlangsung sempurna seperti yang di harapkan semua orang.
Krist dan istrinya, Nat sudah memutuskan untuk tinggal bersama dikediaman mereka sendiri. Meskipun hanya sebuah rumah sederhana, tetapi ini adalah rumah yang sudah Krist siapkan sedari dulu untuk tinggal bersama pasangannya nanti.
Semua berubah sejak Krist menikah, jika dulu ia bisa makan apa adanya dan apa saja yang ia inginkan. Tetapi setelah menikah, Krist harus terbiasa memikirkan makanan yang diinginkan sang istri. Nat sendiri terbiasa dengan segala hal yang dipersiapkan oleh ibunya saat dulu masih tinggal bersama, sekarang harus memikirkan makanan untuk dia dan suaminya.
Setelah satu minggu penyesuaian, Krist menyerah. Ini tidak seperti yang ia bayangkan. Nat tidak mau berhenti dari pekerjaannya, tetapi ia juga sama sekali tidak mau melakukan tanggungjawab dan tugasnya sebagai seorang istri.
"Nat, cobalah sesekali memasak. Aku akan membantumu dan mengantarmu ke pasar. Kita tidak mungkin membeli makanan seperti ini terus." Ujar Krist lembut saat mereka berdua tengah di ruang makan.
Nat tampak menggelengkan kepalanya, "Kau tau kan aku sibuk. Aku harus berangkat pagi dan pulang malam, tidak ada waktu untuk masak."
"Kau bisa bangun pagi sayang, aku akan membantumu. Sungguh..."
Suara bel pintu menginterupsi pembicaraan mereka, Krist menghela nafasnya panjang.
Nat sendiri langsung berdiri dan membukakan pintu, cukup terkejut ia saat kakak kandung bersama suaminya berdiri di depan pintu.
"Phi Prae?" Nat langsung memeluk perempuan cantik berambut panjang dengan warna coklat tua tersebut.
Perempuan pemilik nama Prae itu tertawa bahagia akhirnya bisa bertemu dengan sang adik, "Oh aku sangat merindukanmu. Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik, phi. Ayo masuk!" Ajaknya pada sepasang suami istri yang tengah berdiri disana.
"Krist! Sayang! Kemarilah! Lihat siapa yang datang!" Teriak Nat kepada sang suami.
Tidak butuh waktu lama untuk Krist berjalan menuju sang istri, namun langkahnya terhenti saat kedua manik matanya menemukan sosok yang pernah ia puja sedari SMA hingga masa kuliah kala itu.
"Krist?! Kenapa berhenti disana? Kemarilah!" Panggil Nat setelah melihat suaminya membeku di tempat.
"Kemari!" Nat meraih lengan suaminya, "Ini phi Prae kakakku dan ini kakak iparku phi Singto." Ujar Nat setelah membuat sang suami duduk.
"Krist..." Ujarnya sopan memberikan wai.
Singto dan Prae tersenyum lembut, "Kami akan menginap disini dua hari sebelum ke rumah Mae, aku sangat merindukanmu." Ujar Prae kepada sang adik.
"Tentu, itu pasti akan sangat menyenangkan. Ah! Ayo aku akan mengantarmu ke kamar." Ujar Nat sembari berdiri dari duduknya, terlihat bagaimana ia dan Prae begitu bersemangat membuat Singto juga ikut tersenyum melihatnya.
"Mereka seperti anak-anak saat bersama. Bukankah seperti itu, Krist?" Singto menoleh ke arah Krist dengan senyuman lembut.
Krist hanya tersenyum mendengar Singto memanggil namanya, senang dan sedih bercampur menjadi satu. Senang karena akhirnya suara itu menyebut namanya, sedih karena baru sekarang suara itu menyebut namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemikiran Peraya (Oneshoot Nya SingKrist)
FanfictionSingto Prachya Ruangroj dan Krist Perawat Kongpobe dan Arthit Kumpulan cerita Oneshoot milik SK (PERAYA)