05. Kecewa

5 0 0
                                    


Udah berbulan-bulan berlalu. Gak ada peningkatan. Yah gitu-gitu aja. Soalnya Devaro terkesan cuek. Jadi susah buat deketin dia. Kalaupun terus-terus di dekatin, kentara bangetkan kalau aku naksir dia. Aku maunya dia naksir aku tanpa tau kalau aku juga naksir dia. Berat gak sih kalau gitu? Enggak kan?

"Ria... Thalita..!!"

Mulai lagi, kan. Grizella berteriak memanggil nama kami berdua, lalu berlari menyamparin kami. Beruntung, aku segera mengambil es teh manisku menjauh, sebelum Grizella mengambilnya. Jangan sampai kebiasaannya terulang.

"Yeh.. Lo gesit juga yah, kikir pula. Minta dikit gak di kasih" cibir Grizella. Aku tidak perduli.

"Kenapa sih Griz?" tanya Ria. Gue salut sama sahabatku yang satu ini. Dia anggun, tidak banyak tingkah, terus sabar ngehadapin sikap Grizella pula.

"Kalian udah lihat murid baru gak? Wess... Gantengnya gak bisa tertandingi lagi" katanya heboh. Sangat heboh malah.

"Gantengan mana, si tas merah, apa anak baru itu?" tanya Ria sedikit menggoda. Tau aja. Yang jelas kalau gue sih udah pasti Devaro yah.

"Pokoee.. Lebih ganteng lagi anak bru itu" kata Grizella logat Jawa. Emang heboh yah?

"Gini.. Gue mulai naksir sama dia, udah mulai move on kayaknya sama si tas merah" tambahnya antusiasi.

"Baguslah" gumamku lirih yang kali ini, Grizella tidak mendengarnya. Syukurlah..

"Tunggu deh, kayaknya murid baru itu masuk di kelas gue. Soalnya, beberapa hari sebelumnya, guru gue bilang akan ada murid baru di kelas gue" kata Ria. Aku bisa melihat keantusiasinya Grizella. Sudah pasti, ini namanya peluang.

"Bagus dong.. Bisa lihat dua orang pujaan hati sekaligus kan?"

Aku ngehela nafas saja. Grizella memang berlebihan girangnya. Benar apa kata Devaro bulan kemarin-kemarin, teman Ria paling heboh emang Grizella.

Gue tertawa saja, tapi beruntunglah karena Grizella mendapatkan pujaan hati yang baru. Biar aku lebih gincar lagi dapetin Devaro.

Menit berikutnya, aku tersentak, saat seseorang menaru teh botol di depanku. Aku menoleh. Sungguh beruntungnya aku. Jantungku mulai lagi, rasanya ingin meledak. Si tas merah, melihat ke arahku, tidak tersenyum. Tapi cukp membuatku terpukau.

"Teman gue nitip ini buat lo" katanya. Dan aku segera kecewa. Setelah itu, dia pergi. Ninggalin aku dengan perasaan yang kecewa berat.

"Gak papa.. Setidaknya, dia yang ngasih. Dari tangan dia, bukan dari tangan orang lain" kata Ria menyemangatiku. Aku yang duduk di sampingnya segera memeluknya. Bayangkan kalau kalian yang ada di posisiku saat ini. Kecewa berat, kan?







~Bettle For You~








Bettle For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang