"Sampul Buku"

34 4 0
                                    

Aku selalu tau, kapan tepatnya kau muncul dalam hidupku secara tidak terduga. Seperti sebuah pertemuan yang dirancang apik oleh takdir. Begitu sederhana. Tapi tidak terlupakan. Menjadi awal dari sebuah perjalan panjang kedua insan yang dipertemukan, hanya karena sebuah sampul buku.

.

.

.

.

.

Tema: Kata pertama yang didapat dari novel

"Sampul Buku"

By AlfaRaika

.

.

.

.

.

Hampir satu setengah jam, aku menunggu di dalam halte bus. Menunggu hujan reda, alih-alih menderas. Dengan rambut lepek, dan baju setengah basah. Udaranya dingin sekali, mungkin aku bisa demam besok.

Aku duduk di kursi halte, menunggu, sesekali bergerak gerak gelisah tak menentu. Memainkan jari, menghentak hentak kaki, melirik sana sini, atau melamunkan banyak hal yang tak sempat aku pikirkan disela jadwal padat ku sebagai anggota OSIS. 

"Huwaaa hampir saja!"

Aku terlonjak, secara tiba tiba mendapati keberadaan seseorang didalam halte selain aku. Laki laki itu tidak berhenti misuh-misuh, menepuk nepuk lengan jersey hitamnya yang terkena air hujan. Rambut nya turun sampai alis, tampak berantakan juga lepek.

Menyadari tatapan ku, pemuda itu menoleh, tatapan kami bertemu selang beberapa detik, sebelum aku memutus kontak mata kami dengan mengalihkan pandangan kearah lain.

memalukan sekali! Aku baru saja tertangkap basah memperhatikan seseorang!

"Kau memperhatikan ku ya?"

Pertanyaan tidak terduga! Aku sontak menoleh kaget. Mengerjap dua kali. Kagum juga geli sendiri pada kepercayaan diri dan sifat blak blakan pemuda itu. "Pede sekali."

"Eh, tapi tadi kau seperti memperhatikan ku!" Pemuda itu ngotot. Gantian dia yang mengerjap, matanya membola menatap kearahku dengan polosnya.

"Maaf saja, tidak ada yang memperhatikan mu dari tadi." Aku mendengus lucu.

"Eh begitu ya." Dia menggaruk belakang kepalanya, kemudian ikut duduk disebelahku. "Siapa nama mu?"

"Eh?" Aku mengerjap, lagi lagi mendapatkan pertanyaan tak terduga.

"Kita dari SMA yang sama kan? Lihat, seragam kita sama." Jari telunjuknya bergantian menunjuk seragam ku dengan miliknya. Seragam kami sama, logo yang tersemat di dada kiri pun merupakan lambang SMA kami. "Kau kelas berapa? Aku kok tidak pernah melihat mu?"

"Sekolah kan luas, kesempatan kita untuk berpas pasan sangat kecil. Kalaupun pernah, aku tidak yakin kau dapat mengingatku," paparku acuh. Entah sejak kapan aku bisa seenteng ini bicara dengan seseorang yang baru kutemui, apalagi dia seorang laki laki.

"Tidak tidak. Tidak mungkin aku lupa. Aku hapal semua gadis disekolah dari kelas 3 sampai kelas 1, apalagi dengan gadis cantik seperti mu!" Pemuda itu berucap heboh.

Berisik sekali, suaranya bahkan bisa mengalahkan deru hujan di luar halte. Dan omong omong, aku tidak tau harus berterimakasih pada kata katanya barusan, atau malah tertawa miris karena disebut gadis cantik.

"Apa kau baru pindah?" Tanya nya lagi.

"Tidak. Eh, iya sebenarnya. Aku pindah saat kelas 2."

"Jadi sekarang kau kelas 2? Aku juga kelas 2! Bagaimana bisa kabar tentang anak baru di kelas lain tidak sampai ditelingaku?"

Aku tidak tau harus menjawab apa, toh pertanyaan itu sepertinya memang tidak terarah padaku. Lebih seperti bermonolog pada diri sendiri.

"Bagaimana bisa aku tidak sadar ada cewek manis di kelas 2?! Tidak, semua cewek memang manis. Tapi--"

"Bisa tolong tenang sedikit? Kau berisik." Aku memginterupsi, sedikit menekan kata kataku. Tanda bahwa aku benar-benar memperingatkannya.

Alih alih diam, pemuda itu malah menarik kedua sudut bibir nya tinggi sambil menggaruk belakang kepala. "Maaf maaf. Aku hanya sedikit terlalu bersemangat. Habis aku benar benar baru melihat mu hari ini."

Aku tidak tau harus merespon apa. Dari berbagai macam kosa kata yang tersangkut di pojok otak, tidak ada satu pun diantaranya yang mampu meluncur keluar.

"Oh, siapa nama mu?" Pertanyaan yang sama, namun aku agak urung memberi tahu namaku padanya. Tapi tidak sopan bukan jika menolak?

"Aku--"

Entah datang di waktu yang tepat atau tidak, sebuah bis berhenti di depan halte. Memotong kata kata ku, dan menarik atensi kami sekaligus.

"Oh itu bis tujuan ku. Sampai jumpa lagi ya!" Pemuda itu buru-buru berlari kearah pintu bis, sempat melambai padaku dipertengahan anak tangga, sebelum pintu tertutup dan bis melaju menjauh. Reaksi alamiah ku, secara otomatis menatap kepergian bis tersebut sampai hilang di ujung jalan.

Dan saat itu lah aku sadar, pada keberadaan sebuah benda yang beberapa menit lalu harusnya tak berada disana. Sebuah note dengan sampul kuning cerah, ada potongan kain wol berwarna jingga yang membentuk huruf 'N.Y' di sisi kiri. Juga foto laki laki yang sedang bergaya menunjukkan ototnya dengan kulit kuning langsat, semetara wajahnya ditempeli foto milik pemuda barusan yang sudah digunting sampai pas dengan wajah seseorang didalam gambar. Wajah dengan warna tubuhnya kontras sekali. Aku tidak kuasa menahan tawa. Seperti ada sesuatu yang menggelitik di perut.

Oh yaampun, sepertinya kami memang akan segera bertemu lagi.

~<○>~

Note: DAN DI AWAL SAYA SUDAH MENGGANTUNG KALIAN NGOAHAHAHAHAHA //Dikeroyok Reader

Ini karena saya sweetdrop sendiri ngeliat apa yang saya dapet :')

Ini karena saya sweetdrop sendiri ngeliat apa yang saya dapet :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Untung ide lancar hehe

SORRY (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang