04 -

1.2K 175 27
                                    

Seperti biasanya dipagi hari burung-burung akan bertengger diranting pohon sambil berkicau dengan merdu, suasananya sangat pas untuk bersantai seperti yang dilakukan pemuda berkaos putih dengan celana selutut tengah bermain ponselnya, tangan kirinya ia gunakan untuk mengelus punggung kucing.

"Bang Jaehyun, bola gue kemana?, Kok ilang" Haechan sudah berkacak pinggang keluar dengan raut wajah yang tidak bersahabat sama sekali.

Jaehyun yang tadi sibuk membaca berita dari ponselnya pun mengalihkan pandangannya pada adik bungsunya, Jaehyun menggeleng tanda ia sendiri juga tidak tau dimana beradanya bola Haechan.

"Jangan jangan Eunbi yang ambil?" Haechan sudah menduga pasti jawabannya benar, bahkan Jaehyun juga berfikir begitu, langsung saja dengan sendal jepitnya Haechan keluar dari rumah mencari keberadaan saudara perempuannya.

Benar kan.

Eunbi bermain bola dengan anak-anak menggunakan bolanya, Haechan berdecak dan berjalan mendekat ke arah Eunbi dengan tatapan ingin marah saja, pasalnya saat kemarin Eunbi juga meminjam bolanya dan pulang-pulang bolanya sudah menjadi lempeng.

"Kak itu punya gue" Haechan yang tadi terlihat ingin marah menjadi merengek seperti bayi kepada kakak perempuannya, ia bahkan memeluk lengan Eunbi sambil memohon.

Eunbi terkekeh dan menyentil jidat Haechan pelan, sambil mengejek, "apasih? Gue ga pakai bola lo kok, nih" Eunbi mengambil bola yang berada disampingnya dan ketika Haechan memeriksanya, benar, itu miliknya.

"Gue pinjem aja buat minjem adek-adek itu, tapi ternyata mereka udah punya bola sendiri" Haechan memandang ke arah yang ditunjuk oleh Eunbi, lusuh, dan kotor. Mungkin itu yang mewakilkan padangan Haechan terhadap anak kecil yang bermain bola disana.

"Mereka, siapa?"

"Mereka anak-anak yang suka keliaran dijalanan, gue kasihan liat mereka, jadi gue minjem bola lo buat mereka main"

"Terus kenapa bola gue kemaren jadi lempeng kaya telur dadar?"

Eunbi menyengir, "kelindes truk kemarin waktu gue bantu nyebrangin mereka buat kesini"

Haechan menghela nafasnya sambil mengusap dadanya sendiri, ia sudah salah sangka ternyata kepada kakaknya sendiri, jika Jaehyun tau bisa-bisa ia akan dilempar ke dalam asrama.

"Kenapa?"

"Engga, ayo kak pulang. Mama bilang mau ngomong" Haechan menarik Eunbi untuk pulang bersamanya, karena ia lupa jika mamanya meminta Eunbi untuk pulang.

Eunbi sudah tau ia akan diapakan, lantas ia hanya pasrah dan mengikuti langkah Haechan yang berjalan didepannya, ia benci sekali ketika hidupnya seperti boneka kayu yang harus digerakkan oleh orangtuanya sendiri.

Disana, terlihat jelas sekali mobil Jungkook sudah terpakir didepan rumahnya, oh astaga. Ini hari libur kenapa tidak ada hari libur untuk tidak bertemu orang sinting itu, ia lelah jika harus terus bertatapan dengan Jungkook.

"Nah orangnya datang, kalian mau ga jalan beli bahan masakan buat acara keluarga kita?, Mama sama mama Jungkook bakal ada urusan, dan kalian bisa diandalkan, kan?" Baru saja Eunbi dan Haechan masuk sudah disuguhi permintaan mamanya itu, ia tidak masalah membelinya, tapi kenapa harus bersama orang gila ini.

Before TwentyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang