BAB IV - Rekan Papa

147 14 0
                                    

Halo-halo semuaa, aku balik lagi nih. Maaf ya semua nya aku baru update sekarang :( soalnya 2 hari kemarin aku tiba tiba kena demam jadi gabisa lanjut ceritanya.

Tapi tenang aku update sekarang nih. Langsung baca aja yuk 😁
Mohon kritik dan saran nya supaya aku bisa memperbaiki novel ini.

HOPE YOU ENJOY READING GUYSS

And Don't Forget to vote and komen ya. Terimakasih 😘😘

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Hah, setelah seminggu aku berjibaku dan bermesraan dengan dokumen kantor akhirnya dihari sabtu ini aku mengistirahatkan diriku sejenak dari urusan kantor.

Ah, jika kalian bertanya bagaimana acara makan siangku dengan pak Damar, maka akan ku jawab. Ya begitu saja, pergi-makan-pulang, sudah. Memangnya kalian mengharapkan apa.

Saat ini aku sedang mencoba untuk tidak terlalu menutup diri dari segala upaya pendekatan pak Damar, apalagi akhir-akhir ini mama sering menggegeriku masalah jodoh. Aku harus segera menikah agar tidak jadi buah bibir tetangga-lah, supaya tidak jadi perawan tua-lah, pengen cpet gendong cucu-lah, ada saja alasan mama yang membuatku daim saja dengan tidak meng-iya kan maupun menolak.

Ah aku lupa aku sudah berjanji pada papa untuk menjemputnya di bandara, nanti siang tepat pukul 1. Yap benar papa akhirnya pulang setelah 2 minggu lamanya mengelilingi negara negara di luar sana untuk mengantarkan penumpangnya menuju tempat tujuan mereka. Yah, setidaknya masih ada waktu untuk ku merebahkan diri dan bersiap nanti lagian sekarang masih jam 9.

Segera ku baringkan tubuhku di tempat tidur. Baru saja ingin menutup mata untuk segera meluncur ke alam mimpi, sebuah suara menggagalkan rencana tidur pagi menjelang siangku itu. Mama.

“Retha, bantuin mama masak. Jangan tidur, nanti kalau papa pulang takutnya belum ada makanan. Cepet turun, anak gadis gaboleh malas. Nanti susah dapet jodoh.”

Nah kan, memang mama nomor satu kalau urusan memerintah. Baru juga mau memejamkan mata.
Hhhh, sudahlah ku turuti saja perintah mama, hei mana bisa aku menolaknya. Apalagi aku sedikit tersentil saat mama bilang ‘susah cari jodoh’ kenapa kalimat mengenai jodoh lagi sih, Ya Tuhan.

Ku jawab ucapan mama dengan singkat “Iya ma”.

Segera kulangkahkan kakiku untuk menuruni anak tangga dan menuju ke dapur untuk segera membantu mama.

“Retha bantuin apa ma?” tanyaku setelah sampai di belakang mama.

“Kamu bikinin capcay ya, kan papa suka capcay bikinan kamu, mama mau bersihin daging ini dulu,” perintah mama yang langsung ku laksanakan tanpa banyak bicara.

Di sela kesibukan ku menumis capcay yang sudah hampir matang ini, ku lontarkan pertanyaan mengenai keberadaan adiku.

“Anneth mana ma, kok daritadi kayaknya ga keliatan?”

Memang daritadi aku seperti tidak melihat keberadaan adiku satu itu, biasanya dia jam segini akan mondar mandir untuk ikut membantu mama memasak, atupun sibuk sendiri untuk menonton acara kesayangannya. Tapi aneh, sejak dia menuruni tangga dan menghampiri mamanya di dapur, gadis itu tidak menemukan atensi sang adik disekitarnya. Nah ini, kalau tidak ada pasti mencari, kalau sedang berdekatan pasti ada saja hal yang diributkan. Huh lebih tepatnya si adik-Anneth- yang selalu mencari gara-gara dengannya.

My Manager, Manage My Life [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang