10

472 114 34
                                    

Perpustakaan adalah salah satu tempat yang jarang Ryujin datangi karena tempat ini terlalu tenang, sunyi, hanya ada suara jari-jari saat membuka halaman buku. Tempat damai semacam ini hanya akan menghidupkan rasa kantuknya.

Bila bukan karena ajakan Lia ditambah Yuna plus Arin, Ryujin sesungguhnya tak mau datang. Berada disini sama saja menguji matanya.

"Gue kira selama seminggu ini lu gak keluar kelas karena belajar, eh ternyata rebahan doang."

"Melamun juga sih," timpal Arin.

"Dasar pemalas," ejek Yuna.

"Diam lu," balas Ryujin lantas berdiri menuju rak buku bahasa.

Ryujin tak pandai dalam pelajaran yang berhubungan dengan perhitungan jadi dia belajar bahasa. Sebaliknya Arin pandai perhitungan namun buruk dalam pelajaran bahasa, mereka sepakat untuk tiap ulangan menerapkan simbiosis mutualisme.

Tangan Ryujin terhenti mengambil buku saat mendengar omongan siswi lain.

"Kak Eunsang dekat banget ya sama kak Nako, mereka itu mirip sama-sama baik keliatan cocok banget."

"Bener gue setuju apalagi kak Eunsang jomblo sama kayak kak Nako."

"Sayang sih sekarang temenan tapi kan gak tahu kedepannya bisa jadi mereka pacaran."

Ryujin kira ditempat tenang seperti ini akan sangat jauh dari kata gosip tapi ternyata tidak, Ryujin bersikap seolah tak tertarik namun bohong kalau dia nggak peduli.

Ryujin mengambil buku lalu berbalik arah tanpa melihat ke depan, pandangan matanya tertuju pada buku yang ia pegang akibatnya dia menabrak seseorang.

"Maaf gak sengaja," ujar Ryujin tak menatap siapa yang ia tabrak.

Ryujin berjongkok mengambil bukunya, seseorang didepannya mengikuti posisi Ryujin sembari memberikan buku.

"Gak apa-apa," balas Eunsang.

"Ah disini juga ya? Gue baru liat," iyalah kan Ryujin jarang kesini.

"Gue rutin kesini karena entar lagi bakal ulangan.

Ryujin mengganguk kecil, apa kabar dengan dirinya seminggu ini dia hanya tiduran di kelas.

"Yaudah gue kesana," tunjuk Ryujin kearah meja dimana tak ada lagi temannya, sempat terbersit pertanyaan kemana ketiga temannya.

Ryujin duduk diam-diam dia mengirimkan pesan pada Lia, balasannya mereka bertiga ingin belajar di taman sambil menikmati es krim.

Ryujin sudah akan berdiri untuk menyusul temannya tetapi suara seseorang menginterupsi.

"Mau belajar bareng gak?" ajak Eunsang telah duduk disampingnya.

Ryujin berbalik menatapnya tapi tak mengeluarkan persetujuan atau bantahan.

"Diam berarti setuju," canda Eunsang.

Walau sebenarnya Ryujin nggak mengiyakan namun dia juga memilih nggak beranjak dari sini.

"Tadinya gue ingin nyusul teman tapi kayaknya gak perlu," seru Ryujin.

"Yaudah susul aja gak apa-apa," sahut Eunsang.

Ryujin menggeleng.

"Gue pengen belajar," ujar Ryujin menatap balik pada Eunsang yang juga menatapnya.

Meski kalimat Ryujin ingin belajar namun Eunsang merasakan ada arti lain dari tatapan matanya.

"Yaudah mending sekarang kita fokus belajar."

Ryujin membuka buku, membaca beberapa lembaran. 20 menit berlalu Eunsang cukup serius saat sedang belajar, dia menoleh kesamping terlihat Ryujin tertidur, wajahnya menghadap kearahnya.

Eunsang memandang wajah Ryujin tampak dahinya ada bulir keringat.

"Malah tidur," gumam Eunsang seraya mengambil sapu tangan di kantung bajunya.

Pelan-pelan mengusap keringat di dahi Ryujin, Eunsang teringat sebelumnya juga dia pernah menyentuh dahi Ryujin untuk menempelkan plester.

"Waktu itu luka, sekarang keringat.........Ryujin."

Eunsang ada kalanya mengabaikan keadaan di sekelilingnya namun untuk pertama kalinya dia tidak bisa mengabaikan Ryujin. Ryujin seolah memiliki sesuatu yang menarik kepeduliannya.

Ryujin sedari Eunsang menyentuh dahinya dia sudah tak bisa tidur lagi, Eunsang telah membuat rasa kantuknya hilang.
Mendengar namanya disebut Ryujin membuka matanya meski posisinya tak berubah sama sekali.

"Panggil gue?"

Eunsang tak menduga bila Ryujin akan membuka matanya, dia terlampau bimbang harus bersikap sebagaimana terlebih tangannya masih di dahi Ryujin. Sementara Ryujin memerhatikan tangan Eunsang, dia tak terkejut lagi, berada disekitar Eunsang membuatnya mulai terbiasa dengan tindakannya.

Paham akan tatapan mata Ryujin, dia ragu-ragu menarik tangannya tetapi sapu tangannya masih menempel di dahi Ryujin yang menampakkan bekas keringatnya.

"Ah gue hanya..."

"Gue paham tapi jangan bersikap seperti ini ke cewek lain karena mereka bisa salah paham."

"Lu salah paham?" tanya Eunsang balik.

Tatapan intensif Eunsang membuat Ryujin ragu-ragu ingin berbicara, dia takut, ada bayangan akan rasa malu kedepannya.

"Tapi kapan lagi punya kesempatan untuk tau."

Seakan menantang Ryujin menatap balik Eunsang menunjukkan kesungguhannya akan apa yang nanti ia katakan.

"Gue..." Ryujin menghela nafasnya dengan keraguan ditambah keinginan mengetahui reaksi Eunsang nantinya, "salah paham."

Tbc

To Shin Ryujin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang