8

456 120 29
                                    

Hendaknya setelah urusannya dengan Eunsang usai, Ryujin nggak perlu lagi memikirkan Eunsang. Namun, semua tak berjalan sesuai keinginannya, Eunsang tak pernah luput dari pikirannya.

Ryujin nggak ngerti lagi, ingin menanyakan kepada Lia atau Arin? Ryujin tak siap menjawab segala pertanyaan dari mereka, cukuplah Eunsang yang membuatnya pusing.

Ryujin mencoba menyadarkan diri, ini sudah lebih dari seminggu. Tapi sekelebat bayangan Eunsang nggak pernah pudar di kepalanya.

Bahkan ada saatnya tiba-tiba bayangkan Eunsang muncul didepannya, Ryujin kadang merasa frustasi sendiri.

Arin menegur Ryujin yang lagi memangku dagunya sembari melihat keluar jendela.

"Ckckck lu perasaan akhir-akhir ini ngelamun mulu, pikirin siapa sih? Jangan-jangan cowok yang waktu itu."

"Sembarangan gak lah," elaknya.

"Kirain, yaudah mending sekarang kita ganti baju olahraga."

Ryujin ambil baju olahraganya, tak lupa juga celananya.

"Ryujin lu tahu Junho kan?"

"Gak."

"Masa lu ga tahu salah satu cogan disekolah!!"

Ryujin milih tak menjawab.

"Gak guna ngomong sama lu yang versi ini, gue gak tahu lu kenapa keliatan gak semangat gini. Mungkin lu patah hati kali ya.

Celetukan Arin bikin Ryujin nggak terima, dia tak patah hati hanya saja agak frustasi karena dia selalu memikirkan Eunsang.

"Siapa yang patah hati? Gue? Mana ada, lu tahukan gue punya banyak cowok jadi gak mungkin gue patah hati!!"

"Siapa? Ji Chan Wook, Taeyong, Park Hyungsik, Lee Jong Suk, Sehun , Baekhyun, Minhyun, Jungwoo, Ten, Suga siapa lagi yang belum gue sebut?"

Ryujin ternganga lebar, nggak sangka Arin hafal nama pacar-pacar khalayan nya.

"Hyunjae sama Eric, sumpah gue naksir berat. Tapi gue bingung kalau liat dua-duanya. Soalnya sama-sama ganteng banget."

"Siapa lagi tuh? Lu mah mata keranjang terlalu banyak yang lu taksir."

Ryujin mendengus. Baru saja dia akan membalas omongan Arin tapi tak jadi saat melihat Eunsang berjalan berlawanan dengannya, Eunsang menarik seluruh atensinya.

Eunsang meliriknya sekilas dan berlalu pergi. Rasa semangat Ryujin lenyap, ada perasaan tak enak kala Eunsang bersikap seperti itu.

Ini keinginan Ryujin tapi kenapa dia merasa tak senang atas pilihannya.

"Anjay lu melamun lagi, kuy buruan keburu pak Chanyeol ngamuk."

Ryujin tersadar benar juga dia harus buru-buru sekarang, jangan kelamaan dia mendalami rasa tak senangnya ini.

"Ok kita pemanasan dulu sebelum memukul bola voli ini," kata pak Chanyeol.

Ryujin benar-benar nggak punya minat sama pelajaran olahraga kali ini, alasannya karena dia kurang pandai dalam memukul bola voli.

Pernah sekali dia disuruh menjadi salah satu pemain bola voli, semuanya berjalan tak lancar. Saat bola datang kearahnya, bukannya memukul bola tersebut malahan Ryujin berlari menjauhi lapangan bikin teman setimnya kesal.

"Ryujin sekarang giliran kamu pukul bola ini."

Seingat Ryujin terakhir kalinya pukul bola voli waktu masih kelas 2 SMP, dan sekarang dia sudah kelas 2 SMA.

Pukulan pertama gagal, kedua juga sama, bola tak melewati net. Ryujin bete mana teman sekelasnya menertawakannya.

"Saya kasi kamu sekali lagi kesempatan untuk memukul bola, usahakan kali ini kamu bisa melewati net nya," pesan pak Chanyeol.

Ryujin bersiap memukul bola, mengerahkan seluruh tenaganya. Berharap percobaan ketiga tak sia-sia, namanya juga usaha. Net terlewati bahkan bolanya keluar dari garis, lalu berakhir kena kepala seseorang.

"Sudah lebih baik tapi lain kali jangan sampai kena kepala orang lagi," pesan pak Chanyeol sudah kembali keruang guru.

Ryujin merasa bersalah, mendekat kearah korban dari pukulan bolanya.

"Maaf gue gak sengaja, kepala lu baik-baik kan?"

Tadinya Junho ingin marah tapi tak jadi, ada perasaan tak percaya saat melihat Ryujin.

"Gak apa-apa."

Meski Junho bilang begitu tapi kalau diliat dari dahinya agak merah, Ryujin meringis ngilu membayangkan rasanya. Ia kembali ingat waktu kepalanya kena bola, rasanya sakit.

"Tunggu disini."

Junho nggak jawab namun dia duduk dibawah pohon sambil menunggu Ryujin. Ryujin kembali dengan plester ditangannya.

"Ini mungkin gak bisa hilangkan rasa sakitnya tapi setidaknya bisa bikin lukanya cepat kering."

Ryujin memberikan plester Junho, ngomong-ngomong soal plester Ryujin keingat lagi sama Eunsang.

Junho tersenyum kecil, dia tipe cowok pendiam. Walau Junho termasuk cowok yang banyak fansnya tapi jarang cewek yang berani dekat dengannya apalagi pakai ngomong segala. Wajahnya yang datar, dan sikapnya yang keliatan dingin bikin cewek-cewek tak berani mendekatinya.

Junho memakainya, sementara Ryujin pikirannya berkelana.

"Gue rasa gue udah gila," seru Ryujin melihat sosok Eunsang yang tepat berada didepannya.

Junho mengernyit heran mendengar seruan Ryujin.

"Lu gak apa-apa?"

Ryujin kembali sadar, tak percaya dia baru saja melihat  Eunsang yang kenyataannya adalah Junho.

"Hmm gak, gue duluan ya."

Pamit Ryujin berlari pergi, Junho terdiam ditempat bingung melihat sikap Ryujin.

"Dia beneren gak apa-apa kan? Bikin gue khawatir lagi."

Ryujin mengatur nafasnya, cukup lelah berlari. Rasanya jantungnya akan keluar, ia duduk di kursi taman.

Ryujin menggeleng memilih berdiri mencari tempat lain, tempat ini adalah tempat dimana Eunsang membantu menarik jaketnya.

"Dia pakai pelet ya? Makanya gue pikirin dia mulu."

Ryujin menundukkan kepalanya, menjadikan lututnya sebagai sandaran kepalanya, memeluk kedua lututnya. Dia benci dirinya yang seperti ini.

"Perasaan bayangannya hanya muncul dirumah, sekarang disekolah juga. Dia pasti beneren pakai pelet."

Selama 10 menit Ryujin bertahan dengan posisi seperti ini, merasa lelah ia mengangkat kepalanya.

Ryujin melihat kaki seseorang, ia mendongak, matanya agak membulat tapi tak terlalu terkejut. Dia sudah terbiasa, tak kaget lagi. Didepannya ada sosok Eunsang.

Ryujin berdiri menyamakan posisinya dengan Eunsang. Ingin mengatakan sesuatu sebelum bayangan Eunsang menghilang.

"Kenapa gue terus mikirin lu? Lu pakai pelet ya?"

Tbc.

Republished 15/6/20

To Shin Ryujin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang