"Luna sayaaang! Ayo temenin mama ke rumah tetangga bawain kue!" teriak seorang wanita cantik dari arah dapur. Ia mengemasi beberapa kue yang dipersiapkan untuk tetangga mereka. Sementara sisanya dia simpan di dalam lemari kulkas.
"GAK MAU AH MAA MALES!"
"GA ADA MALES MALESAN! BANTUIN MAMA BAWA KUE INI!" Teriak wanita tersebut-ibu Luna tak kalah kencang. Beruntung suaranya merdu, jadi tidak membuat Ayah Luna yang juga berada di dapur itu menutup kedua telinga.
"Mas, aku ke rumah tetangga dulu ya, mau kenalan sekaligus silaturahmi," ujar sang istri-Chika-kepada suaminya. Yang dipinta izin mengangguk.
Sementara itu terdengar suara langkah kaki yang dihentakkan di atas tangga. Di sana terlihat Luna berjalan malas sambil menggenggam sebuah novel.
"Ngapain kamu bawa novel? Emangnya bisa baca sambil jalan?" Tanya Chika keheranan. Gadis itu menggeleng malas, kemudian dia meraih tiga bag berisi kue yang akan mereka bagikan.
Baru semalam Luna tiba di rumah barunya. Barang-barang rumah sudah disusun tepat sebelum mereka berangkat untuk menempati rumah tersebut. Hal itu sengaja mereka lakukan untuk meringankan beban. Dan pagi ini, Chika memutuskan untuk bersilaturahmi kepada tetangga baru mereka.
Perkomplekan yang Luna tempati sekarang tidak terlalu ramai. Jalannya luas, banyak mobil yang bisa melewatinya. Namun untuk di hari minggu, wilayah ini terasa sepi. Mungkinkah orang-orang sedang tidak ada di rumah? Atau mereka memutuskan untuk berlibur di dalam rumah? Entahlah.
Luna dan Chika berjalan beriringan. Menghampiri rumah tetangga satu persatu sambil berkenalan. Rupa-rupanya mereka semua ada di dalam rumah masing-masing. Sepertinya orang-orang di sini tidak terlalu suka keluar rumah.
Kini mereka tiba di rumah tetangga yang terakhir. Rumah yang letaknya tepat di samping kiri rumah baru Luna. Bahkan jarak antara rumah keduanya sangat berdekatan. Bisa dikatakan kalau kamar yang Luna tempati sekarang, sangat dekat dengan kamar tetangga barunya.
Mengapa rumah terakhir adalah rumah yang dekat? Karena Chika memutuskan untuk mengunjungi tempat yang lebih jauh dulu.
Chika memencet bel yang ada di sisi kiri pintu. Tak butuh waktu lama, seseorang membukakan pintu.
"Permisi selamat pagi. Saya Chika, dan ini anak Saya, Luna." Chika mengelus punggung Luna halus. Seraya memperkenalkan anaknya kepada tetangga baru.
"Kami baru pindah ke rumah sebelah semalam. Saya membawakan kue, semoga dengan ini kita bisa menjalin hubungan tetangga yang baik," lanjut Chika menyodorkan bag terakhir.
"Ya ampun ngapain repot-repot? Duh makasih ya. Nama saya Ima. Ayo masuk dulu, kita ngobrol. Kebetulan suami saya baru beli coklat semalam, siapa tau nak Luna mau nyoba," ujar tetangga ramah. Karena ini rumah terakhir, Chika menerima tawaran Ima untuk masuk ke dalam rumah dan berbincang sebentar.
"Omong-omong kalian ini pindahan dari mana ya?" tanya Ima basa-basi.
"Oh kita dari Jogja, kebetulan suami saya dipindahkan tugas ke Jakarta, jadilah kita pindah ke sini," jawab Chika.
"Begitu, eh ini Luna silahkan dimakan coklatnya. Enak loh." Ima membuka toples berisi coklat bungkus.
Luna mengangguk kikuk, dan tersenyum. Setelah itu dia mengambil satu buah coklat.
"Kalau dilihat-lihat, kayaknya Luna seumuran sama keponakan saya, Zeynudin. Duh si Udin kemana ya? Saya mau nyuruh dia kenalan sama Luna. Siapa tau nanti kalian bisa jadi teman baik," kata Ima bersemangat.
"Oiya? Wah bagus deh. Kalau Luna cepet punya temen di sini, saya jadi ga khawatir nantinya Luna gampang bosen," sahut Chika membayang-bayangkan.
"Nah. Aduh kayaknya Udin masih tidur. UDIIIIIN!" teriak Ima tak sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candra Berlina
FanfictionTuhan menciptakan manusianya dengan sempurna. Mereka memiliki sesuatu yang belum tentu dimiliki makhluk lain. Yakni hati, serta perasaan yang selalu menyelimuti hati mereka. Pada kenyataannya sebuah perasaan mudah sekali berubah. Dapat muncul meski...