10: Sama

331 59 24
                                    

"Mantap Zeynudin makin ke sini makin semangat hidup lo!" celetuk Azka seraya melakukan passing untuk Zeyn. Yang dimana bola ditangkap baik oleh si penerima.

Zeyn hanya tersenyum kecil sebagai tanggapan. Segera ia mendribble bola menuju ring lawan. Sorak sorai penonton di tribun lapangan luar semakin menggelegar.

"Mueh tangkep!"

Lagi-lagi passing diarahkan ke Muiz. Saat hendak tiba di ring lawan, Muiz mengembalikan bola kepada Zeyn dengan tepat.

"Kemenangan kali ini gue persembahin buat lo, Luna!"

Mendadak tribun yang semula ribut semakin ribut begitu Zeyn berkata demikian. Apalagi segerombolan gadis yang notabenenya penikmat pemandangan cowok tampan bermain basket.

"WOO WOO EDAN! PERSEMBAHIN GAK TUH!" Naye teman Luna masuk ke dalam golongan penonton heboh. Apalagi gadis itu mendorong-dorong tubuh Luna karena gemas.

"Ngasoo Nay diem! Gue nya jangan dikocok-kocok!" pinta Luna agar gadis itu berhenti. Tapi begitu matanya tanpa sengaja menangkap objek sang kekasih, semu merah yang awalnya di sekitar pipi kini merambat sampai telinga.

Zeyn di lapangan menyempatkan diri untuk mencuri pandangan ke Luna. Lalu akhirnya iya mulai melakukan shooting dan bola masuk ke dalam ring basket. Yang dimana menimbulkan sorak sorai kesenangan dari seluruh penjuru lapangan dalam sekolah. Hanya permainan biasa pengisi waktu luang.

"Gimana persembahannya?" itu suara Zeynudin. Ia sengaja melewati gerombolan fans yang menyerbu sekedar untuk memberi sapu tangan, tisu, atau air minum. Toh sesuatu yang sama tapi jauh lebih istimewa telah menunggunya di salah satu sisi tribun.

"Aneh, nama gue bawa hoki kayaknya," jawab Luna balas tersenyum sambil mengeluarkan sapu tangan berwarna merah muda yang sudah dia siapkan.

Zeyn sedikit membungkuk, memberi kode kalau Luna bisa menyeka keringat yang ada di wajah rupawan nya. Sambil tertawa pemuda itu menyahut, "Hokinya kalo pas gue doang yang make."

"Masa? Coba kapan-kapan gue minta temenin lo persembahin kemenangan buat gue," pikir Luna usai membantu kekasih melap keringat. Tak lupa sebuah botol mineral beserta isi untuk Zeynudin.

"Gak bakal. Coba deh, Sat—"

"Gue sibuk!"

Iya, sibuk menghindari pemujanya, karena hati Satria cuma untuk waifu-chan. Tidak seperti Reynan, Muiz, Azka, bahkan Haidan Pangestu.

"Berarti takdir mengatakan kalo cuma gue yang berhak," ucap Zeyn menyimpulkan bangga. Setelah diam diantara keramaian beberapa saat, pemuda itu mengusulkan sesuatu, "Malem sabtu, mau jalan?"

"Kenapa gak minggu?"

"Jalan lagi aja, double."

"Emangnya nanti mau ke mana?"

"Makam."

"Mau persembahin sesuatu buat gue lagi? Gue pengen jadi kaya raya, pinter, makin cakep—"

"Gue udah siapin kostum piggy nya nih," potong Zeynudin memasang wajah serius. Alhasil satu tendangan di tulang kering ia dapati.

"Gak pake kostum juga ga bakal ada yang tau kalo lo manusia," ujar Luna berasumsi. Sementara Zeynudin balik membalas, "Iya orang-orang taunya gue malaikat tampan untuk Luna Berlina."

"Gembel!"

"Gembel ke pacar sendiri itu wajar."

"Pacaran kok sama gembel?"

Candra BerlinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang