Waktu berantara dari hari sabtu ke hari senin, pastinya hari minggu yang paling indah. Tapi sekarang sudah memasuki pagi dari hari senin. Hari di mana ribuan doa turunnya hujan saat mentari baru tiba sampai berada di sudut enam puluh derajat, terperanjat serempak sangat kompak.
Abaikan doa-doa para calon pasukan upacara. Selagi matahari belum sepenggah tingginya, Zeyn harus segera pergi ke rumah sebelah. Bahkan Ima yang melihat hal tersebut jadi bingung.
"Ey ey ey! Sekolah kamu arahnya ke sana, ngapa salah belok begitu? Itu arah ke warnet, heh! Gausah ngadi-ngadi belok ke warnet kamu!"
Namun nyatanya itu hanya pikiran buruk seorang Ima Batari. "Oalah bilang dong kalo mau ngojek ke rumah sebelah."
"Assalamualaikum, pagi," ujar Zeyn menyapa seorang lelaki di halaman rumahnya.
Yuda Arkana mencoba menjadi pribadi yang produktif. Pagi-pagi ini ia mencoba meringankan beban sang Ibunda. Menyirami katak musim semi di halaman rumah.
"Waalaikumsalam, maaf gaada beras," balas Yuda fokus dengan kucuran air di tangannya.
"Sama-sama," Zeyn balik menyahut, lalu melenggang pergi dari hadapan Yuda. Lebih tepatnya ia menghampiri depan rumah Danielo Santoso. Tepat pada saat itu juga Daniel, Chika, dan Luna keluar dari kediaman mereka. Layaknya seorang Ibu yang mengantar suami dan anak sebelum berangkat ke sekolah atau kerja. Benar-benar tampak harmonis tanpa Yuda.
"Eh Zeyn, pagi-pagi dateng ke sini mau jemput Luna?" tanya Danielo.
Zeyn terkekeh, "Iya Om. Luna nya bisa langsung berangkat?"
"Oh bisa-bisa. Ini udah siap tinggal cuss jalan," kali ini Chika yang menyahut.
"Iya, Ma. Luna berangkat ya, assalamualaikum," ujar Luna seraya mencium punggung tangan orang tuanya. Begitu pula dengan Zeyn.
"Hati-hati di jalan, ya. Tapi jangan sampe terlambat, 'kan mau upacara," kata Danielo mengingatkan.
"Iyaa."
"A Yuda, Luna berangkat dahh." Tak lupa berpamitan kepada sang Kakak selagi melintas. Yuda menoleh, "Yo! Bilangin pacar lo gausah modus ngebut-ngebutan segala."
Zeyn yang mendengar itu ikut tertawa, "Bang, itu kodoknya udah pergi jogging."
Selang waktu melewati jalan raya, kini mereka tiba di sekolah. Untung nya masih ada kesempatan bagi para murid yang baru tiba untuk pergi memasuki kelas mereka terlebih dahulu.
Sesuatu menggenggam tangan Luna erat. Membuat empunya menoleh dan mendelik heran. "Zeyn ngapain?"
"Gak ngapa-ngapain," jawabnya santai lalu berjalan beriringan melewati koridor.
Luna siswi baru, lebih tepatnya baru seminggu ia berada di SMA Antasari. Tapi seorang murid baru yang langsung menarik perhatian seorang lelaki famous di sekolah, tentu menjadi suatu topik yang sangat hangat untuk dibicarakan. Keduanya menjadi sorotan sepanjang koridor.
"Lepas aja, Zeyn. Gaenak diliatin orang-orang," bisik Luna menunduk malu. Meski begitu Zeyn masih bisa melihat semburat merah di sekitar pipi dan telinga Luna melalui ujung mata.
"Ya jangan diliat balik," jawab Zeyn enteng.
Bukan! Bukan itu masalahnya. Si Pemuda malah menarik kepala Luna agar bersender pada bahu lebarnya. Lebih tepatnya menyuruh Luna untuk bersembunyi wajah diantara ceruk leher dan bahu bagian kanan. Telapak tangan Zeyn menutupi mata Luna dan mereka berjalan beriringan dengan posisi seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candra Berlina
FanfictionTuhan menciptakan manusianya dengan sempurna. Mereka memiliki sesuatu yang belum tentu dimiliki makhluk lain. Yakni hati, serta perasaan yang selalu menyelimuti hati mereka. Pada kenyataannya sebuah perasaan mudah sekali berubah. Dapat muncul meski...