Seribu bangau kertas yang mereka buat bersama-sama telah selesai. Tepatnya pada saat pukul satu siang, mereka pergi dari rumah sakit menuju tempat yang lain. Zeyn berniat mengajak Luna pergi ke pantai kali ini.
"Panas, Zey. Mending sore aja ke pantainya," saran Luna dengan suara agak kencang. Mereka masih dalam perjalanan menuju pantai.
"Biasanya di deket pantai kan ada tempat makan, Lun. Kita bisa ke situ dulu," sahut Zeyn balik menyarankan. Mungkin bukanlah hal yang buruk jika pada akhirnya mereka memutuskan untuk menikmati makan siang di sekitar pantai. Lebih tepatnya sebuah rumah makan yang terdiri kan atas sebuah saung kayu beratap pohon kelapa. Makanan yang disajikan sebagian besar adalah makanan laut seperti ikan, udang, kepiting, dsb. Sementara minuman yang paling cocok tentu saja es kelapa langsung dari sumbernya.
"Abis makan mau ke mana?" tanya Zeyn usai menyeruput es kelapa segar. Takut nantinya mereka akan kehabisan kegiatan di hari libur.
"Di sini aja dulu sampe sore. Gue mau liat sunset," jawab Luna.
"Kenapa? Suka sunset?" Zeyn bertanya lagi. Luna hanya mengangguk sebagai jawaban.
Waktu cepat berlalu. Mereka menetap di pantai menunggu Luna menikmati sunset favoritnya. Langit mulai berubah warna. Yang semula biru cerah perlahan menggelap, diiringi cahaya kuning ke orange mengarah ke arah barat.
Luna mengabadikan momen indah langit sambil duduk di bibir pantai. Kemudian gadis itu berdiri. Menarik tangan Zeyn agar ikut berdiri juga.
"Fotoin," pinta Luna sambil memberikan ponsel pintar miliknya kepada Zeyn.
"Sedetik gope."
"Gaada gopean. Cepet fotoin!" pinta Luna lagi.
"Iyaudah sana gaya."
Luna mulai berpose dengan latar belakang laut biru ditemani gradasi langit sore. Memberikan kesan yang indah pada foto tersebut.
"Coba liat!" pinta Luna bersemangat. Zeyn menyodorkan handphone Luna.
"Cantik kan?" tanya Luna memuji diri sendiri.
"Apanya?"
"Gue sama langitnya."
"Cantik langitnya."
"Mata lo bermasalah," kata Luna mengejek Zeyn. Akhirnya atensi gadis itu terfokus pada ponsel pintar. Memilih foto paling bagus untuk mempostingnya di media sosial. Sementara itu Zeyn, dia mulai mengeluarkan ponselnya dari kantung celana diam-diam.
Satu foto Luna dia dapat secara diam-diam. “Ini cantik. Gue doang yang punya fotonya,” gumam Zeyn dalam hati sambil memandang hasil jepretannya tadi.
"Luna," panggil Zeyn tiba-tiba. Tapi tatapan pemuda itu masih mengarah pada ponsel yang dia pegang.
"Mn?"
"Bagus gak?" tanya Zeyn sambil menunjukan sebuah gambar yang tertera di layar ponselnya. Yakni gambar Luna yang sedang tersenyum sambil memandangi benda pintar, ditemani cahaya sunset tepi pantai.
"Lo... Fotoin gue diem-diem ya?" tanya Luna tak percaya.
"Heem."
"Tapi fotonya bagus, bagi dong!" pinta Luna. Dia tidak kesal, melainkan tertarik dengan hasil jepretan Zeyn yang diambil secara diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candra Berlina
FanfictionTuhan menciptakan manusianya dengan sempurna. Mereka memiliki sesuatu yang belum tentu dimiliki makhluk lain. Yakni hati, serta perasaan yang selalu menyelimuti hati mereka. Pada kenyataannya sebuah perasaan mudah sekali berubah. Dapat muncul meski...