"Setia pasti, bahagia mungkin~bila dijalani bersama(mu)"
-Alya-
[NOVEMBER 2014] - ALYA
Kring...
Kring...
Kring...
"Teteeeeeeeh, itu alarm nya sudah bunyi terus-terusan ada mungkin 5 kali. bangun atuh teh kesiangan". Suara wanita paruh baya itu terdengar seperti biasanya, lembut dan anggun dengan sedikit aksen sunda yang khas.
"Teeeh, sekolah nggak ? Ayah udah sarapan ini, kamu masih aja nempel dikasuuur.". Teriaknya sekali lagi
*Teh/ Teteh: Sebutan untuk kaka perempuan
Ku regangkan kedua lengan panjangku, ku usap mataku yang sedikit tertutup. "Astaga, tugas belum selesai!" Perasaan setengah mengantuk dan khawatir akan di hukum Pak Tomi, jadi satu saat itu juga. Ku ambil handuk dan bergegas lari menuju tempat pembersihan diri.
"Jangan buru-buru, nanti jatuh." Ucapnya sembari memasukan kotak bekal makanku ke dalam tas jinjing bermotif hati. "Udah di bilang yaya gamau pake tas lope bu" saut ku yang fokus pada kantung jinjingan itu. Sejak kecil aku selalu di tuntut untuk menjadi perempuan yang sangat-sangat feminim.
Padahal aku sama sekali tidak tertarik dengan apa yang para gadis sedang hebohkan di setiap tahunnya. Entah itu fashion, make up, skin care, ataupun trend dan mode rambut. Semua nya yang ada dikepalaku hanya satu, 'lulus sekolah tanpa diomeli Ayah'.
"Ya udah ambu ganti dengan punya dede aja." Ucapnya sembari kembali kedalam dapur. Ibuku orang paling lembut yang pernah aku kenal seumur hidup, dia tak pernah mengeluh sama sekali dengan apa yang aku pilih.
Hanya saja, itu tidak berlaku dengan ayahku. Beliau sosok yang sangat aku segani, bahkan mungkin orang yang paling aku takuti dimuka bumi. Ayahlah yang menuntut ibu, untuk menjadikan aku perempuan yang 'Anggun' katanya.
Sejujurnya aku tidak jelek seperti pandangan ayah. Aku masih suka menggunakan sunscreen dan bedak untuk ukuran wajar seorang pelajar. Yaaa maksudku aku masih duduk di bangku kelas 2 SMA, tidak usah kan bersolek diri dengan maksimal.
Toh ujungnya akan dihapus oleh guru BP yang berjaga didepan Gerbang. Tujuanku sekolah juga untuk belajar, bukan untuk memamerkan wajah. Lagian setiap pribadi punya pendirian dan pendapat nya masing-masing bukan?
Bagiku belajar lebih penting, tidak apa apa kan? Aku juga tidak mengganggu deretan wanita cantik dan gaul disekolahku. Aku haya ingin hidup seadanya diriku.
~~~
"Ambuuu, yaya sama ayah pergi dulu. dede berangkat naik sepedah katanya" pamitku.
"Sekolah yang rajin ya Teh, Tuhan memberkati."
Kalimat diatas pasti membuat orang yang baru mendengar nya kebingungan. Oh iya belum berkenalan, namaku Riu Alya Maloree. Aku biasa dipanggil Alya atau yaya.
Aku seorang nasrani yang sedang bersekolah di salah satu SMA negri Bandung. Sekolahku terkenal dengan istilah semi pesantren, karna mewajibkan murid-muridnya menggunakan hijab, tentu terkecuali untuk yang non-muslim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Berikutnya [SATU]
Fiksi RemajaPerjalanan ketidak sengajaan yang berujung peluh, air mata, dan pengorbanan. Alya sudah siap menyambut hari di Sekolah nya. Siapa yang sangka gadis cantik blasteran sunda jerman ini bisa kenal dengan manusia unik seperti Raka ditengah-tengah keseriu...