pulang bersama

38 9 0
                                    

Bel berbunyi menandakan jam penderitaan para siswa telah selesai,dengan semangat aku segera memasukan semua buku tebal dengan tulisan kecil itu. Kalian pastinya tau bahwa ini pelajaran IPS,apalagi dengan gurunya yang begitu membosankan membuat aku begitu malas.

Beberapa anak mulai buyar dan aku segera berdiri ketika sudah tak banyak anak yang pulang,jujur aku benci berdesak desakan mereka semua tidak sabar. "Alena?bisa kesini sebentar?" Aku menunjuk diriku menggunakan telunjuk lalu pak Hardi guru IPS itu mengangguk. "Ada apa ya pak?" Aku sedikit kebingungan sih soal nya aku nggak ngerasa buat salah apa apa tadi di kelas.

Pria yang sudah cukup tua itu menghela nafas lalu mencari selembar kertas di tas nya,dia menyodorkan kertas ulangan harian ku di hadapanku,aku tau akhirnya ini akan menjadi begitu buruk. Lagi lagi nilai ku di bawah lima puluh.

Yah seharusnya aku dari tadi tidak kebingungan karena tentu saja jawabannya ini, "Sudah berulang kali kamu melakukan hal yang sama bapak harap kamu bisa lebih meningkatkan nya Alena." Aku hanya mengangguk lalu segera pergi. Sesampainya di luar aku segera membuang lembaran kertas itu dan berjalan. Sekolah sudah sepi nyatanya hanya ada beberapa anak yang akan ekstra.

"Na" Aku berbalik ketika suara halus itu memangil namaku,aku tau siapa dia. Dia membawa kertas yang tadi ku buang lalu menyodorkan nya, "pak Hardi sudah membenarkan semua jawaban mu setidaknya hargai dia." Ku ambil kertas itu lalu mengangguk dan pergi.
Namun Renald Masi saja mengikuti,

"Kenapa ngikut sih!"

Namun dia menggeleng dia menunjuk motornya yang berada tak jauh dari gerbang sekolah.

Oh..aku begitu malu..

"Mau ikut?" Aku menggeleng lalu berjalan keluar namun kurasa dia benar-benar ingin mengujiku,dia dari tadi mengikutiku di belakang dan itu benar benar membuat risih.

"Udah sore nih Na."

Ucap Renald sembari memberhentikan motornya. "Kagak nanya." Aku melanjutkan jalanku namun ketika melihat beberapa geg motor membuatku bergidik ngeri.

Aku segera berlari menuju Renald,"aku berubah fikiran,aku ikut." Renald tersenyum lalu segera melajukan motornya,beberapa pria yang nampak tak enak di lihat itu berhenti tepat di depan saat Renald akan melajukan motornya.

"Cewek barumu?"

Namun Renald menggeleng ketika di tanya oleh pria botak dengan wajah menyeramkan itu.

"Yang ini istimewa." Apa sih yang di maksud Renald?!

"Ku tunggu kabar baiknya bos,di tunggu temen temen di tempat biasa."

Renald menganguk lalu melajukan motornya. Aku menyentil telinga Renald hingga dia menatap ke arahku lewat spion. "Siapa?" Wajahnya begitu kebingungan seakan akan kabel di dalam otaknya sudah putus semua.

"Pria pria tadi?" Renald pun mengangguk saat mengerti apa yang ku maksud, "jika ingin tau jadi pacarku dulu." Dia gila mana mungkin aku mau dengan ya hanya karena ingin tau mereka siapa,

"lebih baik aku tidak tau."

"Baiklah,jika ingin tau telepon saja aku."

Ucapnya terkekeh, aku hanya menatapnya cemberut sambil memegang erat jaket warna merahnya. Angin sore nampak benar benar indah dan itu membuatku merasa nyaman,tapi bukan jika harus ku habiskan waktu indah ini dengan Renald.

"Ada dua jalan dan ku tebak rumahmu masih ada di jalan kiri." Aku sedikit terkekeh ketika mengetahui sifat sok taunya ini,"tidak,di depanmu ini rumahku." Renald segera mengerem mendadak hingga membuatku terjatuh di aspal.

Dia dengan segera menarik ku untuk berdiri. Aku mantapnya dengan horor namun itu sama sekali tidak membuatnya gentar setelah melihat pesan dalam ponselnya.

Dia segera melajukan motornya meninggalkan ku yang masih terpaku di saja,oh ayolah aku tidak di campakkan kan?

Dengan lesu aku segera memasuki rumah,di Sambut oleh Bik Iyem dengan senyuman dan aku membalasnya. "Kok sedikit lambat ya non?anggota keluarga semua sudah makan tadi katanya non lama."

"Memangnya mereka pernah memiliki niat untuk makan bersamaku?" Wanita tua itu pun terdiam lalu segera menyiapkan makanan yang masih hangat. Rumahku memang besar namun tidak ada kehangatan sama sekali,begitu besar dan begitu dingin. "Wah...gadis nakal ini sudah pulang." Aku melirik wanita dengan rambut di urai yang berwarna merah itu,aku tak begitu memperdulikan ucapan nya,sungguh memuakan dan tidak ada gunanya.

"Tidak sopan sekali ada orang berbicara malah diam saja,ku kira papa tidak pernah mengajari hal buruk seperti ini?oh mungkin karena tidak memiliki ibu." Aku menaruh garpu dan sendok dengan pelan,aku berjalan menghampiri nya dan wanita itu terlihat mundur.

"Tutup mulutmu rubah busuk."

Bisik ku tepat di telinga nya lalu segera pergi.Terdengar dia meneriaki namaku sambil memaki maki dengan keras,dia sudah gila.

Bagaimana pun aku tidak mau jika terlihat lemah meskipun aku ada dalam drama dan menjadi peran utama,aku tidak ingin menjadi wanita lembek di mata siapapun meski itu hanya sebuah akting.

-

Dilema di persimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang