Awal dari semua

11 2 0
                                    

Pagi ini aku di hebohkan dengan telefon mbak Cika yang mengatakan bahwa pria yang sudah lama tak kulihat pancaran matanya kini aku bisa lagi melihatnya. Aku segera menuruni tangga dengan cepat,di sana terlihat ayah yang tengah meminum kopi melihat ku dengan alis menaut. "Mau kemana Na,ngak sekolah?"

Aku hanya menggeleng lalu segera menyuruh supirku untuk mengantarku ke rumah sakit, untungnya karena hari masih pagi jadi tak ada kemacetan sedikitpun dan bisa membuatku ke sana dengan cepet. Sampainya di rumah sakit aku berlari dengan cepet tak memperdulikan beberapa orang yang menatapku dengan aneh. Sampainya di lorong yang sudah ku hapal semua suruh sudutnya.

Di sana sudah ada kak Hanna kakak dari Dito,kekasihku. Kak Hanna tersenyum ketika melihatku aku segera berlari lalu memeluknya air mata segera keluar setelah penantian dua tahun yang tak sia sia. "Dia bangun kak dia bangun." Ucapku sesegukan kak Hanna menganguk sambil mengelus pipiku yang penuh air mata. "Aku ingin melihat nya!aku ingin mendengar suaranya." Saat aku berusaha membuka pintu kak Hanna menarik ku. "Dokter masih memeriksa nya Na,sabar." Aku di tarik duduk di kursi panjang.

"Saat terbangun pagi tadi,matanya sudah terbuka memantapku dengan senyum an,mbak benar benar bahagia Na!" Aku mengangguk sambil tersenyum lebar. Penantian ku selama ini memang tak pernah sia sia. Beberapa menit kemudian dokter keluar dan tersenyum ke arah kami berdua, "silahkan masuk,adik anda benar benar hebat." Kak Hanna langsung menarik ku masuk ke pintu.

Di sana pria yang masih terbaring dengan mata yang masih sayup sayup terbuka,pancaran matanya yang selalu ku rindu kan kini terlihat. Kak Hanna segera memeluk Dito dan dengan pelan Dito membalasnya sambil tersenyum tipis,aku berjalan mendekat dan menatap wajah yang masih sama saya sepeti dulu. Kak Hanna pun melepas pelukannya dan menatap Dito sambil tersenyum lalu mulai mendorongku untuk mendekati nya. "Hai." Aku tak tau harus bicara apa lagi bahagia ini mengalahkan segalanya. Namun Dito sama sekali tak menjawab respon. "Kkkamuhh...siiiapah?" Suaranya serak namun dua kata itu mampu membuat tubuh ku melemas. Bagaimana bisa di melupakan aku?

Senyuman yang tadi terukir kini tak ada lagi,ku jumpai lagi air mata aku duduk di kursi sambil terus menangis,aku tak lagi memperdulikan Dito yang masih terus menerus menatapku dengan keheranan. Kak Hanna pun segera pergi untuk memangil dokter karena hal ini.

Kurun beberapa menit akhirnya dokter datang dengan kak Hanna,ia menarik ku untuk keluar sebentar dan menatapku yang masih terus menangis. "Dia belum benar benar pulih Na,mungkin dia masih sedikit bingung." Namun itu sama sekali tak membuatku berhenti untuk menangis,semua membuatku frustasi.

Setengah jam lebih dokter baru keluar,aku segera berdiri dan menghampiri dokter yang sudah memiliki uban di kepalanya. "Dia kehilangan sebagian ingatannya."  Aku dan kak Hanna begitu tercengang,"apakah dia bisa mengingat nya kembali dokter?" Pria tua itu mengangguk kepala, "namun untuk hal itu kemungkinan sangat kecil,namun jika ada terus mengingatkan beberapa hal yang begitu penting untuk hidupnya mungkin itu bisa terjadi,tetap berusaha nona tidak ada yang tidak mungkin." Kak Hanna menganguk dan menarik ku masuk ke ruang.

Pada intinya aku harus mengingatkan kembali kenangan kita dulu, Dito harus mengingat ku!

Dilema di persimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang