Aku menta rambutku dengan rapi menyisirnya dengan pelan agar tidak merusak rambutku,ku kenakan baju putih serta celana hitam panjang ku padukan dengan jaket kotak kotak,malam ini mungkin waktunya cukup tepat untuk berkunjung,apa lagi pergantian tahun baru. Aku mengurai rambutku agar tidak kedinginan nantinya di luar.
Pintu kamar sudah ku kunci agar rubah itu tidak bisa masuk merusak kamarku,sungguh membuatku muak jika mengingatnya. "Ngak tau udah malem ya?kok masih aja mau keluar." Aku hanya berjalan lurus melewati orang yang setiap harinya perhatian dengan segala tingkah ku. Bukankah memang iya?setiap tingkah ku saja selalu di perhatikan olehnya,ah..aku bener orang yang beruntung.
Gerbang di buka dengan cepat oleh supirku,mobil berjalan dengan cepat hingga menuju titik keramaian,banyak anak muda keluar menikmati indahnya malam pergantian tahun,beberapa kembang api di nyalakan membuat suasana langit begitu indah. Ku lihat banyak pasangan yang bergandengan atau sekedar duduk melihat ke atas langit menikmati suasana ramai. Jika saja dia tidak koma,mungkin ini malam yang ku tunggu tunggu.
Mobil berbelok ke sebuah rumah sakit besar dan terkenal di kotaku,rumah sakit yang setiap beberapa bulan ku kunjungi ini,bahkan beberapa staf di sini sangat mengenal aku dan tentunya alasanku selalu kesini.
"Mbak Alena malem malem ke sini?ngak ikut taun baru tah mbak?" Nah benarkan mereka cukup akrab denganku jadi aku tidak terlalu bosan jika di sini,"ini mau taun baru di sini kok,mbak udah mau siap siap pulang?" Tanyaku lalu dia dengan senyum di bibirnya menganguk," iya mbak,mau saya temenin tah?" Logat jawanya yang begitu kental membuat aku cukup sulit mengerti bahasanya dulu namun sekarang bahkan aku bisa belajar sedikit sedikit bahasa daerah wanita ini.
"Kalau ngak repot ngak papa mbak,soalnya aku juga bawa makanan juga." Mbak Cika menganguk,iya nama wanita ini Cika namun demi kesopanan kami saling memanggil panggilan 'mbak' satu sama lain,sebenarnya usia mbak Cika ini sudah tigapuluh tahun ke atas namun dia belum berkeluarga padahal jika ku pikir wanita satu ini bener bener cantik,sikapnya dan ketelatenan nya tak mungkin membuat banyak pria tak menyukai nya.
"Saya bantu ya?" Awalnya aku menggeleng namun nampaknya aku kesusahan juga hingga membuat mbak Cika harus membantu ku,"emang e sampean ngak ada acara ya mbak?" Tanyaku ketika kami sedang berada di lift,"hehehe ngak ada mbak lagi pula malam taun baru sama aja kayak malam biasa cumak ada petasan sama konser konser aja,diskon taun baru pun aku nggak sanggup beli hehehe." Aku mengangguk nganguk,"lagi pula kadang besoknya hujan deras apa lagi bisa banjir,mungkin pemerintah kurang kinerjanya ngak sih?." Namun mbak Cika menggeleng atas penuturan ku tadi.
"Banjir bukan salah pemerintah,udah banyak kok kayak petugas oranye yang emang di kerahkan,cumak masih banyak orang yang ngak sadar diri buat jaga lingkungan cari contoh kecilnya aja kayak buang sampah sembarangan,dan penebangan liar mungkin hanya perlu kesadaran sih buat lebih baik kedepannya biar semua juga nyaman." Aku mengangguk angguk,kali ini ucapan mbak Cika ada benarnya juga,masih banyak masyarakat yang hanya berkomentar tanpa introspeksi dirinya sendiri.
Lift terbuka,aku segera keluar bersama mbak Cika untuk memasuki ruangan lebar itu,ku taruh beberapa makanan di meja lalu mulai menyantapnya bersama mbak Cici,melihat kembang api sambil mengelus wajah Masi masih selalu terngiang di kepalaku. "Aku merindukanmu,mata indahmu suara merdumu dan candaan apapun tentangmu." Air mata tiba tiba turun dari mataku,mbak Cika yang melihat itu langsung mengusap air mataku lalu memeluk ku,"Kamu kuat,jangan nyerah." Mbak Cika mencium keningku menguatkan ku,setidaknya malam ini rinduku telah usai walau besok rindu ini akan terus bertambah.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema di persimpangan
Short StoryKamu yang melupakan ku,dan aku yang terus berusaha untuk menyadarkanmu. Dia yang terus menguatkan ku dan selalu mendampingi di setiap langkah. Sulit untuk memilih,cinta ini tercipta untuk dua orang berbeda. Sulit untuk ku melupakan semua kenangan in...