-
"arhhh...ini gilaa!" Aku berteriak di dalam kamar melihat beberapa lembar kertas yang menjadi penyebab mengapa aku frustasi sedari tadi,nilai ku menurun seiring waktu dan yang paling membuatku muak aku harus belajar kelompok dengan Renald.
Oh... tentu bukan ide yang buruk namun orangnya yang buruk,aku cukup malas jika harus berhadapan dengan anak itu dia terlalu mencari perhatian.
Ting..tong..
Bel rumah berbunyi,aku tau pasti dia adalah Renald siapa lagi orang yang datang di malam hari kalau bukan Renald?aku membuka kamar lalu turun namun sepertinya aku terlambat,rubah betina itu sudah berada di depan pintu dengan senyuman menjijikkan nya melihat Renald. Kuakui Renald memang tampan namun apa mungkin wanita tua ini masih saja ingin mengusik Renald?
Aku segera turun dan nampak wajah Renald yang begitu tidak nyaman atas sifat wanita picik itu, Renald segera berjalan mendekatiku dan menarik ku, "yuk Na." Melihat kak Sandra yang sangat kesal aku dengan sengaja langsung menarik Renald. Aku tersenyum ke arahnya dan langsung menariknya ke kamar. "Pintunya kunci lagi ya." Kak Sandra wanita rubah itu langsung menutup pintu dengan gebrakan.
Ah... Renald membuatku begitu bahagia!
Aku menarik Renald ke atas menuju kamarku,ku buka pintu cat putih itu dan menyuruhnya untuk masuk,"mengapa pintunya di kunci?kan kamu di rumah." Aku mengernyit mendengar pertanyaan Renald begitu kepo nya dia dengan hidupku? "Agar rubah betina tidak masuk."
"Hah?kamu punya rubah?" Pria macam apa sih ini!begitu aja nggak ngerti,"rumahmu ada kebun binatang nya juga ya?" Tanpa sadar aku tertawa mendengar leluconnya. Namun langsung sadar dan menampakan ekspresi datar. "Aku tau kamu tadi tertawa namun gensimu terlalu besar." Aku hanya meliriknya lalu meninggalkannya untuk mengambil minum. Kamar ku tidak ku kunci kali ini karena sudah ada Renald dan pastinya kamarku akan terjaga.
Aku turun menuruni anak tangga satu demi persatu,tumben sekali rubah itu tidak muncul. Sesampainya di dapur aku segera menyuruh Bik inem untuk membuat minuman untuk ku dan Renald. "Non tuan baru saja pulang." Aku hanya mengangguk,tak ada minat untuk mendekatinya juga lagi pula aku sama sekali tak merindukan pria tua itu.
Setelah selesai jus serta makanan ringan ku bawa ke atas dengan cepat agar Renald tak terlalu lama menunggu,ku buka pintu kamarku dan betapa kejutnya aku melihat dua orang yang seharusnya tak di perbolehkan masuk kamarku. "Kalian tidak sopan." Aku menaruh makanan di mejaku lalu mengambil beberapa kertas untuk tugas. Saat aku ingin beranjak keluar seseorang menarik ku untuk menuju pelukan nya.
"Ayah kangen sama kamu." Ucapnya memeluk ku,hatiku sudah keras bagaimanapun ayah menjadi dalang atas semua penderitaan ku selama ini. Aku berusaha melepaskan pelukan itu namun aku terlalu lemah,"anak ngak tau diri kamu,ayahmu datang hanya untuk melihatmu dan kau membalasnya dengan perlakuan seperti ini." Aku melirik Sandra yang sok suci itu,mulutnya busuk setelah semua penghianat nya dirinya malah semakin terlihat busuk. Ya aku memang kasar namun hanya ucapan aku masih memiliki kemanusiaan daripada kedua orang ini.
"Lepaskan aku,aku malas melihat kalian berdua di sini!sudah menjadi perjanjian sejak dulu dan dengan lancang kalian masuk?!" Ayah menatapku dengan tatapan lelah,setiap kali ia ingin menemui ku pasti akan ku akhiri dengan bentakan, mengapa pria dengan wajah lembut itu benar benar kejam?
"Bukan ayah pelakunya." Ucap pria itu pergi sambil memegang pundak ku namun aku menepisnya,semua nya omong kosong tak ada yang dapat ku percaya lagi dari mulut manisnya. Aku menutup pintu dengan pelan saat keduanya sudah benar benar jauh dari kamarku,air mataku keluar tanpa ku sadari luka lama tergores begitu saja.
Renald yang masih di sana terpaku melihat tangisku,dia segera berjalan mendekat lalu memeluk ku aku menangis sejadi jadinya Renald pun merangkul ku dengan erat agar aku bisa menumpahkan segala nya. "Jangan salah mengambil keputusan Na, pikiran semua terlebih dahulu." Ucap Renald sembari mengelus Elis rambutku,aku menatapnya keheranan seolah Renald mengerti semua yang terjadi di masa lalu.
"Duduk." Renald menarik ku ke kasur ku lalu mengambil minum,aku segera meminumnya hingga habis kini aku sudah tenang meski sedikit sesugukan. "Aku tak ingin tau semua masalahmu sebelum kamu sendiri yang berniat menceritakan nya,dan tentu aku akan menjadi pendengar yang baik untukmu." Aku hanya mengangguk Renald mulai tersenyum lalu segera berdiri mengambil beberapa kertas.
"Aku bawa pulang ya?ku kerjakan di rumahku,ku lihat setengah sudah kamu kerjakan kondisimu kurang baik sebaiknya kamu istirahat sebentar." Aku berniat menolak namun seperti mengetahui perasaanku Renald segera mendorongku untuk tidur, "selamat malam." Dia lalu keluar dan menutup pintunya.
Renald yang begitu manis.
-
TBC^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema di persimpangan
Short StoryKamu yang melupakan ku,dan aku yang terus berusaha untuk menyadarkanmu. Dia yang terus menguatkan ku dan selalu mendampingi di setiap langkah. Sulit untuk memilih,cinta ini tercipta untuk dua orang berbeda. Sulit untuk ku melupakan semua kenangan in...