Masa kecil

29 0 0
                                    

Aku menatap pantulan diriku di cermin,dengan mata sembab,hidung merah dan wajah yang begitu kacau. Ya sebenarnya aku memang sangat kacau hari ini. Kepalaku begitu pusing bahkan air mata sudah malas untuk keluar.

Ku rebahkan diriku di kasur lalu mulai memejamkan mata,mencoba untuk melupakan kejadian pagi tadi dan tetap semangat. Bagaimanapun Dito tak salah dalam hal ini dan aku harus mengingat kan semua kenangan kita.

-


Aku terbangun dengan cahaya yang sudah memenuhi se isi ruangan,perlahan ku buka mata dan mulai mengambil ponsel untuk melihat jam. "Hah,aku terlambat!" Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh dan tak ada lagi kesempatan ku untuk datang ke sekolah. Kepalaku masih begitu penting tubuhku pun rasanya sakit semua.

Pintu terbuka menampakan bik Iyem yang membawa sop hangat serta air putih,"loh non sudah bangun,tubuh non panas jadi bibik ngak ngebanguni." Ucap Bik Iyem mendekatiku dan menaruh sop di meja. "Di makan ya non." Aku hanya mengangguk lalu dengan segera Bik Iyem pergi dari kamar.

Sop itu sama sekali tak ku sentuh,jujur tak ada niatan sedikitpun untuk memakannya aku malas dan memang aku sedang tak lapar. Ketukan pintu terdengar dan nampak ayah yang menatapku dengan wajah penuh kekhawatiran, "mungkin kamu sedang sakit jadi hari ini ayah tidak masuk,dan ayah punya kejutan untukmu." Aku tak merespon sedikitpun,hanya menatap ayah lalu mengalihkan pandangan. "Masuk nak." Setelah ayah menyampaikan itu dari belakang nampak Renald tersenyum menyapaku. Dia segera duduk di kasur dan ayah pun mengikutinya dan duduk di sofa samping televisi.

"Kamu kenapa?" Aku hanya menggeleng lalu menyingkirkan pandangan ku dari tatapnya, " cerita aja sama aku,sama temen dulu kok lupa." Renald meregangkan tangannya dan aku segera meraih pelukannya,aku menangis tersedu-sedu di dada bidangnya. Ini ke dua kalinya aku meneteskan air mataku.

Ayah mendekat lalu mengelus punggung ku dengan pelan, " ayah baru mengerti setelah Renald mengenalkan dirinya pada ayah,dia putra pak Atmojo teman ayah dahulu." Jelas ayah sambil menatapku." Ayah keluar ya nak." Renald menganguk lalu ayah segera melangkah pergi meninggalkan ku bersama Renlad.

"Sebuah hal yang kebetulan kita berteman setelah bertahun-tahun lamanya." Aku mengangguk sambil mengusap air mata di pipiku sambil tersenyum ke arahnya. "Kamu masih saja sama,jutek seperti dulu." Kami tertawa bersama sama,aku tau tawa ini hanya kedok ku semua ini palsu.

"Loh sup nya kok ngak di makan?" Dia mengambil sup itu lalu beranjak pergi, "mau kemana?" Tanya ku dengan suara serak mungkin karena aku belum minum saat bangun tadi. "Menghangatkan sup mu,ini sudah dingin tunggu sebentar ya." Aku mengangguk dan Renald segera pergi dari pandangan ku. Tak selang beberapa menit dia kembali dengan sup yang terlihat mengebul mengeluarkan uap panas. "Aku suapin ya." Sebenarnya aku ingin menolak namun Renald langsung duduk dan menyodorkan satu sendok sup yang sudah hangat ke arahku. "Kamu sakit harus jaga kesehatan."

Aku membuka mulutku perlahan lalu mulai menerima suap demi suap yang di sodorkan Renlad. Sup itu habis tak tersisa dan aku benar benar kenyang,Renald segera mengambil air putih dan memberikan nya padaku dan tentu dengan beberapa obat yang ukuranya cukup besar.

Setelah aku meminumnya Renald menidurkan ku di kasur. "Kamu ingat kita dulu sering tidur bersama?" Aku hanya mengangguk mengigat saat aku tak memperoleh Renald pulang dan menyuruhnya untuk menetap tinggal di rumahku Renald yang begitu pasrah pun dengan iklas ku jadikan guling yang sangat hangat.

Ibu bahkan dulu sangat menyayangi Renlad karena kedekatan kami .

Flashback
"Aku nggak mau tau pokok e Renlad tidur sama aku." Wanita dengan rambut panjang itu menghampiriku lalu mulai mentap ku dengan wajah marah "ibu ngak suka kalau kamu egois begini,Renlad kan harus pulang buat ngerjain tugas sayang." Iya dia ibu ku wajah lembut yang begitu tegas saat mengajariku. Renald mendekat lalu menarik ku untuk berhadapan dengannya.

"Aku menginap di sini ya,tapi kamu jangan buat ibu mu marah lagi mengerti." Aku mengangguk dengan semangat,Renald segera menarik ku untuk memasuki kamar. Ibu pun menyusul di belakang,kami tidur sambil berpelukan berbicara apa yang akan di lakukan besok dan mulai menutup mata.

Renald yang begitu manis.

Flashback off

Aku tersenyum saat mengigat kejadian itu, "sebenarnya masalah apa yang kamu hadapi Na?" Aku menatap Renlad dengan tatapan gelisah namun Renald segera menenangkan ku dengan mengelus pipiku. "Boleh aku meminta bantuan mu?" Renald menganguk dan mulai menepatkan dirinya ke tempat yang pas.

"Bantu aku ingatkan masalalu seseorang."

Dilema di persimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang