Part 2

692 63 1
                                    

"Dokter Huang, kau mimisan....", Seru seorang perawat.

" ah benarkah..." darah sudah menetes dilantai ketika ia menyadarinya. Renjun segera memencet cuping hidungnya. Jisung yang mengetahuinya, segera berjalan mendekati Renjun dengan kain kasa ditangannya.

...

Mimisan Dokter mungil itu sudah tampak berhenti. Ia terlihat tenang, tidak panik sedikitpun. Berbanding terbalik dengan Jisung yang masih terlihat khawatir. Terlihat dari beberapa kali ia menautkan alisnya.

" Kau harus istirahat hyung...", pinta Jisung sambil menatap Renjun sedih dan khawatir.

" Ini juga istirahat... kau tahu mimisan itu tidak selalu perkara serius...", Renjun mengganti lagi kain kasa dihidungnya. Entah sudah berapa lembar kain kasa yang ia habiskan dan Jisung tahu itu sama sekali bukan pertanda baik.

" Hyung...", panggil jisung dengan nada sedikit merengek.

" Jisung-ah ... aku tahu kau khawatir. Terimakasih... ", Renjun tersenyum sambil mengacak rambut Jisung . Ia melihat ke jam yang ada ditangan kirinya.
" Dua jam lagi aku ada jadwal operasi... tidak ada yang bisa aku lakukan dengan itu...kau juga seorang dokter kan?", lanjut Renjun menatap lembut jisung dengan senyum diakhir kalimatnya. Renjun benar-benar tahu cara membuat Jisung kehabisan kata-kata.
.

Jisung masih menatap sedih wajah Renjun dengan bibir cemberut dan itu justru membuat Renjun gemas. Ia tertawa kecil sebelum mengusap rambut Jisung sekali lagi dan meninggalkannya di ruangan itu setelah sebelumnya mengganti jas nya yang terkena noda darah.

...

" Jeno... ", Jaemin datang dengan beberapa kaleng soju dan snack ringan dalam plastik yang ia angkat dan goyang kan dengan senyum sumringah terukir di wajahnya. Siap menghabiskan malam di tempat Jeno dan Renjun untuk yang kesekian kalinya akhir-akhir ini. Terkadang ia datang dengan inisiatifnya sendiri, terkadang meminta izin terlebih dahulu, intinya Jeno belum pernah memintanya secara pribadi untuk menemaninya di apartemen. Jika Ia merasa kesepian Ia akan menghabiskan waktunya dikantor, walaupun itu bukan berarti Jaemin tidak akan datang atau sekedar menemaninya lewat facetime.

" Renjun sudah berangkat?? ...lain kali, katakan saja jika kau butuh aku ya...",

" oh...iya...terimakasih...maaf merepotkanmu...", Jeno mempersilahkan Jaemin si pria berambut pirang itu masuk.

" Tidak, sama sekali tidak repot..." , jawab Jaemin akrab.

" kau tahu aku tidak sibuk, daripada aku menghabiskan malam ditempat yang tidak jelas...tentu lebih baik disini kan?", Jaemin menaikkan satu alisnya dan tersenyum menatap sang pemilik rambut hitam legam itu.

" ah iya kau benar...syukurlah..." , balas pria itu dengan senyum yang membuat matanya membentuk bulan sabit. Jaemin suka itu.

...

Biasanya mereka hanya akan menghabiskan waktu dengan makan, bermain game atau menonton bersama sambil minum soju. Tapi tak pernah berakhir dengan keduanya dalam keadaan sangat mabuk terutama jaemin karena paginya ia akan menyetir untuk pulang. tapi berbeda dengan malam ini. Jeno tampak tidak menikmati film yang mereka tonton bersama diruang tengah. Ia terlihat sibuk menenggak minuman beralkohol yang tersaji dihadapannya. Jaemin fikir setidaknya yang ia bawa sebagian akan mengisi kulkas jeno beberapa hari kedepan. Tapi Jaemin hanya membiarkan jeno menenggak semua botol yang ia bawa malam itu.

.

Film yang mereka tonton sudah selesai. Jeno sama sekali tidak tahu jalan cerita film itu, matanya menatap layar itu tapi dengan tatapan kosong dan lelah. Jaemin mulai mendekatkan tubuhnya dengan Jeno yang tampak tak bergeming dengan tubuh tersandar di sofa dan mata terpejam.

" Jeno..." panggil Jaemin pelan memastikan seberapa sadar Jeno saat itu. Jeno tampak tidak menjawab panggilan Jaemin. Jelas, alkohol telah mengambil alih kesadaran Jeno.

Jaemin menyandarkan tubuhnya juga di sofa tepat di sebelah Jeno dengan mata yang tak lepas menatap lekat wajah Jeno.

" Jen... " , " apa kau ingin menceritakan sesuatu padaku?", Jeno masih terdiam dan Jaemin sabar menunggu respon Jeno yang terlihat memijat diantara dua matanya.

.
.

" aku merasa hubungan ku dengan Renjun semakin jauh... ", akhirnya Jeno memberikan respon, Ia menatap wajah Jaemin dengan matanya yang memerah.

" eumm...", Jaemin hanya menjawab dengan senyum seolah mendengarkan dengan baik tiap kata yang keluar dari mulut Jeno.

" Ia hanya pergi ke RS yang berjarak 7 km, tapi rasanya seperti ia pergi perjalanan kerja keluar negeri ... ", Jeno kemudian tertawa, yang justru terdengar getir. Matanya tidak melihat kemana-mana, hanya memandang ke arah meja di hadapannya. Ia kemudian diam, dan hening. Masih memandang kosong, " aku takut..." , ucapnya tiba-tiba. Ia memalingkan wajahnya ke arah Jaemin, menatapnya dengan mata yang sedih, namun terlihat berusaha keras mengembangkan senyum di wajahnya.

" aku takut... Ia benar-benar akan pergi jauh...dan meninggalkanku...", lanjut Jeno dengan mata yang mulai nanar.

" aku terlihat menyedihkan ya?"

Jaemin menaruh kepala Jeno di dadanya mendekapnya lembut, sedangkan Jeno hanya mematung dengan mata yang mulai berkaca.

" kau tidak apa-apa... " , Jaemin mengusap pundak Jeno lembut, " ada aku disini..."

...

Renjun keluar dari ruang operasi sendirian. Ia lalu menyandarkan punggungnya di tembok dan membiarkannya menyelusur ke bawah secara perlahan. Lututnya lemas bukan karena ia lelah, tapi karena ia tahu pasien yang ditanganinya tidak akan selamat. Air mata mengalir dari kedua matanya, perlahan tapi pasti.

Tak lama ia membenamkan wajahnya di kedua lututnya. Kini suara isak sayup terdengar di lorong sepi itu. Renjun tidak dapat menahan tangisnya ini sudah pasien kedua yang meninggal di meja operasinya. Kedua pasien yang ia kenal baik dan telah ia tangani dalam beberapa bulan terakhir.
.
lengan yang panjang kini melingkar ditubuhnya. Memeluknya lembut. Memberikannya rasa hangat yang ia butuhkan. Tangan yang besar itu mengusap pelan rambut Renjun yang sedikit basah. Renjun melanjutkan tangisnya dipelukan pria itu, Pria yang telah lama menemani malam-malamnya di rumah sakit.

" Kau sudah berusaha dengan baik, hyung..."

.......................

Terimakasih yang sudah baca...

love...love...

RestlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang