Part 5

569 51 0
                                    

" kau pulang jam berapa??"

" Eum... sebentar lagi..."

" oh... kalau begitu, aku siapkan makan malam ya..."

" Iya... tunggu aku ya..."

" tentu..."

" Saranghae..."

" nadoo.."

Jeno tampak cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya, barang-barangnya bahkan sudah siap dan rapih semenjak pulang makan siang. Ia tinggal mematikan komputernya dan pulang. Jaemin yang duduk di bilik sebelah, terus menyembunyikan wajahnya dibalik pembatas bilik. Sesekali ia melirik kearah Jeno, namun kembali menyembunyikan wajahnya di balik bilik ketika Jeno akan melihat wajahnya.
.
Ia menundukkan wajahnya, dadanya naik turun seakan ada yang tidak seimbang terjadi di dalam dirinya.
.

" Aku pulang duluan ya...", Jeno sudah berdiri dari duduknya, tas sudah di gendongnya kunci mobil bahkan sudah ia genggam ketika ia menepuk punggung Jaemin yang masih menyembunyikan wajahnya dengan pura-pura membaca laporan. " eoh...hati-hati dijalan...." Jawab Jaemin cepat tanpa memperlihatkan wajahnya.

...

Jeno membuka pintu apartemen, dan bau masakan favoritnya langsung menyapanya membuatnya tersenyum lebar. Ia berjalan perlahan menuju Renjun yang masih sibuk merapihkan dapur.

Lengan besar Jeno langsung melingkar di pinggang Renjun yang ramping, membuat renjun sedikit terkesiap.

" ah...kau mengagetkanku..." , Renjun mengelus dadanya, terkejut.

" Kenapa kau tidak bersuara daritadi... kau benar-benar mengagetkanku... kau tahu piring ini bisa pecah... untunglah... kan repot...", Bahkan dengan Renjun yang mengomel Jeno masih melingkarkan lengannya di pinggang Renjun, justru semakin erat. Wajahnya yang ia benamkan di bahu sempit Renjun perlahan mendekat ke leher Renjun. Ia mengendus dan menikmati aroma tubuh Renjun, Jujur saja ia sangat rindu aroma tubuh Renjun. Aroma favoritnya. Sebelum ia semakin jauh, Renjun mengelus pipi kekasihnya, dengan tangan lainnya berada di lengan Jeno yang melingkar di pinggangnya..

" Ayo kita makan dulu...", ajak Renjun lembut.

" tidak mau...", jawab Jeno manja.
" aku ingin begini saja...",

" ya! Aku lapar...",

" Tapi aku ingin begini saja..." , jawab Jeno manja dan semakin mengeratkan pelukannya.

" Lee Jeno...sayang...ekhm...",

" Okay...", Jeno akhirnya melepaskan lengannya dari pinggang Renjun walau sebenarnya dengan terpaksa. Wajahnya terlihat kecewa. Renjun langsung meraih tangan Jeno dan menuntunnya duduk di kursi meja makan. Bahkan setelah Renjun mendudukkannya lalu kembali pergi untuk melepas apronnya, Jeno masih belum melepaskan pandangannya dari sosok mungil itu.

.

" ayo makan..."

" Sayang... terimakasih...",

" sama-sama... habiskan ya...mubazir..."

" baaaiiik...", Jeno saat ini benar-benar terlihat seperti anak anjing  penurut dengan senyum yang terus terkembang di wajahnya itu.

...

Jisung masih mengamati ponselnya, mengecek kembali kontak Renjun. Entah sudah yang ke berapa kali sejak terakhir kali ia berbicara dengan Renjun di telepon. Ia masih terfikir tentang apa yang ia lihat pagi ini, Ia jelas melihat Jeno kekasih Renjun. Tapi ia benar-benar tidak kenal dengan pria di sebelahnya. Ia tidak bisa menahan fikirannya untuk tidak berfikir macam-macam.

...

Di ruangan kantor yang sepi, masih terdengar suara ketikan dari keyboard Komputer. Suara itu berasal dari bilik Na Jaemin, tak lama suara ketikan rancu itu berganti dengan suara hentakan dan raungan.

" Kau bodoh!! Bodoh!!!",

...

Renjun kini merebahkan tubuhnya di pangkuan kekasihnya yang terduduk di sofa. Cahaya dari layar televisi menjadi satu-satunya sumber cahaya di ruangan itu. Wajah mereka berduapun menghadap layar televisi yang menayangkan Film favorit mereka.

.

Jeno membelai rambut Renjun lembut, " Sayang..." panggilnya. Renjun merespon, dan meghadapkan wajahnya keatas sehingga ia kini saling berhadapan dengan wajah Jeno yang menunduk menatapnya dengan tatapan hangat.

" kenapa?"

" aku merindukanmu...", ucap Jeno dengan suaranya yang dalam dan rendah seakan hanya Renjun yang dapat mendengarnya.

Renjun tersenyum lalu tertawa kecil,

" aku juga...", ia mengakhirinya dengan senyum yang terkembang diwajah.

Jeno masih menatap lekat wajah kekasihnya itu. Hingga mata mereka saling bertaut, dan pria yang menunduk itu semakin mendekatkan wajahnya kearah wajah pria dipangkuannya. Kemudian mencium bibir ranumnya lembut. Ciuman itu tidak berlangsung lama, namun cukup membuat keduanya tersenyum lebar satu sama lain.

.

Renjun kemudian bangun dari posisinya, sehingga ia kini duduk disamping kekasihnya. Baru saja Ia duduk, kekasihnya seakan seperti singa kelaparan langsung memojokkannya. Dengan tak sabar mendekatkan tubuhnya kearah Renjun. Hingga tak ada jarak diantara mereka.

" Lee Jeno... ",

hanya nama jeno yang sempat ia ucapkan sebelum, bibirnya terkunci dengan bibir sang pemilik nama. Kali ini pria yang jelas bertubuh lebih besar dari Renjun itu menciumnya dengan penuh gairah dan menuntut. Tangannya mencengkram pergelangan tangan kekasihnya agar tidak mengganggu ciumannya. Renjun semakin tidak berdaya dengan tubuh kecilnya yang terkungkung tubuh atletis kekasihnya itu. Renjun benar-benar bagai seekor rusa yang sedang dimangsa singa.

.

Ketika Ia membutuhkan udara untuk bernafas, barulah Jeno melepaskan ciumannya. Tanpa memberi jeda Ia langsung melanjutkannya ke leher Renjun, sehingga deru nafasnya yang tersengal kini terasa hangat di leher Renjun.

" Lee... Jeno...", panggil Renjun susah payah. Tak disangka Jeno langsung menghentikan aktivitasnya dan dengan nafas yang masih tak beraturan ia menatap Renjun dalam,

" wae?", suara Jeno rendah dan berat dengan nada sedikit terganggu,

" Tidak...", jawab Renjun dengan nada takut, bola matanya sedikit bergetar saat menatap kekasihnya itu.

Jeno melanjutkan untuk menyusuri leher Renjun dengan bibirnya, sampai kemudian tangannya yang besar kini sudah masuk ke dalam kaos Renjun yang longgar meraba tubuhnya dari pingggang hingga keatas. Namun, sebelum ia memainkan puting Renjun, tiba-tiba tangan Renjun menahannya.

" Lee Jeno..."

" wae...??", kali ini Jeno benar-benar terdengar kesal. Namun, seketika kesalnya hilang ketika kemudian kedua tangan Renjun menangkup wajahnya dan mengelusnya dengan kedua jempolnya pelan. Ia menatap mata Jeno dengan matanya yang mulai berair.

" kita lanjutkan dikamar ya...", pinta Renjun lembut dengan senyum manis diwajahnya. Jeno tersenyum dan langsung mengangkat tubuh Renjun ala pengantin, berjalan menuju kamar.

......

Terimakasih sudah membaca...
Love ya...

RestlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang