Part 12

429 39 2
                                    

" Hyung... kau yakin akan menginap disini?", tanya Jisung menginvestigasi seniornya yang terlihat sibuk menata dokumen di meja kerjanya. Sudah satu minggu sejak kejadian malam itu, Renjun terlihat selalu sibuk dan menghindarinya.

Ia hanya bisa mendengar kabarnya dari orang-orang di RS. Sedangkan semakin hari Ia semakin khawatir. Ia pun memutuskan untuk menemui Renjun di luar jadwal jaganya.

" Kau pasti tahu dari Dokter Lee ...", Jawab Renjun datar, tangannya masih sibuk menata dokumen.

"Hyung... Aku serius!",

" Kemarin kau sudah menginap disini tanpa bilang padaku...lalu hari ini juga? ", tanya Jisung semakin mendesak.

Renjun menghentikan aktivitasnya sejenak untuk lalu menatap sang Junior jangkung itu.

" lalu kau ingin aku tinggal dimana?",  sekali lagi Renjun membuktikan bahwa ia memang orang yang tidak suka basa-basi. Namun, pertanyaan itu bagaikan mantra yang langsung membuat dokter jangkung itu mendadak tak bisa bergerak dan kaku.

Renjun menunggu jawaban dari Jisung yang terlihat membatu untuk beberapa saat. Menatapnya tajam, membuat sang junior merasa terpojok.  Kemudian , Ia melanjutkan lagi pekerjaannya setelah tak kunjung ada jawaban dari Jisung. Namun, si dokter jangkung itu tidak ingin pembicaraannya berhenti sampai disitu. Ia KHAWATIR.

"Kau tidak akan pulang ke apartemenmu?", Tanya Jisung dengan suaranya yang pelan dan berhati-hati.

Renjun langsung terdiam dan menghentikan segala aktifitas yang sedang Ia lakukan, lagi.
Jengah. Helaan nafas yang berat keluar dari celah bibirnya yang kecil. Perlahan ia menghadapkan tubuhnya kearah Jisung yang berdiri di sampingnya.

"Aku sudah tidak mau pulang kesana...",

"Aku dan Jeno...", Renjun memberikan jeda untuk menghela nafas singkat sebelum ia melanjutkan kalimatnya.

" Kami sudah putus...",

Jisung sudah menduganya.

Putus adalah salah satu kemungkinan yang ia duga setelah apa yang telah terjadi. Tapi, saat kata itu terucap dari bibir kecil seniornya itu tetap saja membuatnya membatu dan bingung untuk beberapa saat. Ia tidak tahu reaksi apa yang  ia sebaiknya tunjukkan saat mendengarnya.

Haruskah ia merasa bahagia?
Haruskah Ia merasa lega?
Bukankah ini yang Ia tunggu?

Tapi mengapa rasanya sakit?

....................................................

Flashback

Pipi kenyal seorang Park Jisung selalu menghangat setiap ia mengingat saat itu. Saat pertama kali ia melihat Huang Renjun dengan jas almamater Universitas dan rambut hitamnya yang tertata rapih di upacara penerimaan mahasiswa baru.

Sejak saat itu, Jisung menjadi pemuja rahasia Renjun selama 2 tahun. Kuliah di fakultas yang sama, Ia akan selalu hadir di setiap kegiatan yang Renjun ikuti. Ia selalu berusaha menjadi orang pertama yang memberikan ucapan selamat untuk setiap pencapaian Renjun. Menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun pada nya dan selalu memberikan perhatiannya lewat notes-notes tanpa nama.
...

"Tolong perhatikan baik-baik... Agar semua bisa melihat dengan jelas... Kita mulai bagi per-grup... ",

Mata jisung masih terbelalak melihat cadaver di depan kedua matanya. Semakin ia mencoba melihatnya semakin pusing kepala dibuatnya. Bukan hanya tentang bagaimana mengerikannya itu bagi  Jisung, tapi bau formalin yang kuat menyengat membuatnya sedikit mual. Memperparah serangan paniknya. Refleks Ia mundur kebagian paling belakang kerumunan berusaha menghilang secara perlahan.

RestlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang