Part 4

550 56 0
                                    

Layar ponsel itu mati dan menyala, Ia terlihat ragu untuk menelpon seseorang yang memang biasa ia telpon setiap hari.

Ia benci apa yang ia lihat pagi ini, Ia percaya bahwa kekasihnya tidak akan melakukan hal-hal aneh yang ia curigai. Tapi perasaan itu tidak bisa di elakkan. Seperti tulang ikan yang tersangkut di kerongkongan, saat kau diam ia tak terasa tapi bagaimanapun kau harus menelan dan tulang ikan yang tersangkut itu akan terasa menyakitkan.

Ia menatap lagi layar ponselnya dengan alis yang bertaut,

" Bukankah seharusnya ia menelponku duluan??" gumamnya. Ia kembali menarik selimutnya hingga hampir menutupi seluruh lehernya.

.

Jisung-ah, kau sedang apa? – Renjun-

...

Jeno benar-benar terlihat tidak tenang, Ia seakan dirundung perasaaan marah yang entah darimana asalnya.

" Jeno ya, are you okay?", tanya Jaemin menaruh tangannya di pundak Jeno.

" Ya?", tanya Jeno, setelah melepas headphonenya.

" Kau baik-baik saja??", Jaemin mengulang lagi pertanyaannya, matanya menatap wajah Jeno khawatir.

" eoh..." , Jeno mengangguk asal. Jelas sekali Ia sedang menghindari pertanyaan itu dan Jaemin tentu menyadarinya. Ia mengernyitkan dahinya.

"Kau tahu kau sama sekali tidak dapat menutupi itu? Kau kepikiran Renjun kan?? Kenapa tidak menelponnya??", Jaemin terlihat sangat khawatir dengan Jeno. Namun, Jeno hanya terdiam. Ia lalu mengelus pundak Jeno.

" Telepon lah dia...",

Jeno terlihat ragu untuk beberapa saat namun, kemudian mengambil ponselnya dan langsung menekan nomor Renjun. Matanya melirik kearah Jaemin memastikan.

...

" Jisung?? Kau sedang dimana sekarang?",

" Di apartemen?? Kenapa hyung? Apa kau sakit?",

" Tidaak..."

" Ingin aku kesana?"

" Tidak... aku hanya ... bosan...", jawab Renjun dengan nada suara yang semakin rendah di tiap katanya.

" hahaha... apa temanmu hanya aku?", Jisung terdengar tertawa terbahak dari seberang telepon dan itu membuat Renjun kesal. Karena harus diakui. Memang benar, orang yang bisa ia ajak berteman dekat hanya Jisung. Renjun memang bukan orang yang bisa dekat dengan banyak orang, temannya selalu sedikit sejak dulu.

" Yak! ", seru Renjun kesal, bibirnya mengerucut.

...

Ia menaruh lagi ponselnya dengan perlahan, raut wajahnya tampak sangat kecewa.

" Ia sedang menelepon orang lain...", Suara Jeno penuh amarah yang seperti tertahan. Antara wajah yang kecewa dan suara yang marah itulah keadaan yang dapat digambarkan dari seorang Lee Jeno.

" coba lagi nanti...", Jaemin coba menenangkan Jeno.

" Jaemin-ah... ada alasannya kenapa biasanya aku menunggu Renjun yang terlebih dahulu menelepon, Ia lebih sibuk daripada aku. Menghubunginya lebih harus hati-hati karena bisa saja ia sedang ada di situasi yang tidak bisa diganggu, ia bahkan akan men-silent ponselnya jika memang tidak bisa diganggu... aku memang selalu disisi yang menunggu...selalu!", Jeno, sedikit menaikkan nada bicaranya. Jaemin sedikit kaget akan itu. Jeno bukan pria yang dapat dengan mudah menaikkan nada bicaranya, bahkan di situasi paling menyebalkan sekalipun.

...

" Hyung...", suara Jisung tiba-tiba terdengar sangat lemah.

" eum??",

" Apa kau sudah menelpon kekasihmu??", Tanya Jisung, terdengar bahwa Ia sangat hati-hati dalam mengatakannya.

" huh?? kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?",

" tidak... hanya saja, biasanya kau tidak menelponku disiang bolong begini...aku fikir kau selalu menelepon kekasihmu di jam segini...aku hanya penasaran...",

" belum...", jawab Renjun berusaha dengan nada yang datar.

" Apa kalian baik-baik saja?",

" Park Jisung... ada apa??",

" Tidak ada... aku hanya penasaran... tiba-tiba saja...", Jawab Jisung terbata.

" ah...kau menyebalkan... tidak seru...",

" hyung...maaf...",
" apa kau ke rumah sakit hari ini?" lanjut Jisung mencoba mengalihkan pembicaraan.

" hari ini aku tidak ada jadwal operasi, aku libur..."

" Oh..."

" sudah ah...tidak seru",

Renjun langsung mematikan teleponnya. Ia kesal tapi juga penasaran akan alasan Jisung yang tiba-tiba menanyakan Jeno.

...

Hari ini Jeno dan Jaemin memutuskan untuk makan siang di luar, atas saran dan ajakan Jaemin. Jeno terlihat gusar sepanjang hari ini. Ia bukan orang yang terbuka bahkan kepada teman terdekat sekalipun sehingga Jaemin sulit untuk mengetahui apa yang ada di benak Jeno saat ini. Biasanya Ia cukup banyak berbicara mengenai pekerjaan atau hal-hal yang sedang membuatnya tertarik akhir-akhir ini. Tapi, Jeno terlihat datar, wajahnya terlihat dipaksakan. Beberapa kali bahkan ia terlihat melamun.

Jeno meletakkan ponselnya di meja, dan di tangah makan siang yang membosankan itu ponsel Jeno di meja terlihat menyala dan bergetar.

Sayang, hari ini aku libur, ayo makan malam bersama dan menonton *love* -Renjun-

Jeno menatap layar HP nya lama, mengamatinya seakan matanya menjadi sebuah mikroskop. Wajahnya seketika berubah andaikan warna, wajahnya yang semula abu-abu kini mulai berwarna.

Baiklah Sayang, aku akan beli minuman sebelum pulang... -Jeno-

baik pengirim maupun penerima pesan kini saling tersenyum. Mereka mengekspektasikan hal yang sama.

...............

Ini ceritanya agak berat ya...
harus banyak pengertian yg dewasa... karna disini perkiraan umur mereka rata2 emang diatas 30 tahun.. :)
cukup depressing kedepannya...
Yg sudah setia membaca ... terimaksih banyaaaak

RestlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang