part 13

420 37 6
                                    

Pagi itu,

" Mari kita akhiri ini semua..."

" Apa kau gila?"

" Bukankah kita sudah sama-sama lelah...", Suara pria dengan tubuh yang lebih kecil itu mulai terdengar parau.

" Apa kau tidak pernah merasa lelah?? bukankah ini yang terbaik?", air mata mulai jatuh dari matanya yang menatap nanar pria yang Ia cintai berdiri di hadapannya.

" Huang Renjun! Hentikan!", Jeno berseru dengan hati yang terasa sangat sakit dan kerongkongan yang mengering.

"Aku tidak ingin membuatmu lelah lagi...", suara Renjun bergetar dengan pipinya yang sudah mulai basah.

" Aku minta maaf...", lanjutnya dengan nada yang terdengar menyayat hati.

" Apa yang telah membuatmu begini?", Tanya Jeno. Ia benar-benar tidak menyangka apa yang sedang terjadi saat ini. pembicaraan seperti ini tidak pernah terbayang olehnya. Ia terlalu takut.

" Tidak ada... Aku hanya lelah Jeno... sungguh lelah dengan ini semua...", Jawab Renjun.

...
Ia tahu hubungannya memang sedang renggang, tapi Ia masih tidak tahu apa yang memicu kata pisah ini. Ia tidak melupakan perasaan bersalah malam tadi.

mungkin,

" Aku dan Jaemin...", ucapnya terburu yakin akan dugaannya. Namun,Renjun dengan cepat memotong perkataan Jeno.

" Jeno. ",

" Dia tidak bersalah...", ucap Renjun dengan mata yang semakin tertutupi oleh air yang terjatuh beberapa detik setelahnya.

Di lubuk hatinya, Renjun menyalahkan dirinya sendiri. Banyak hal membuatnya merasakan rasa bersalah atas apa yang terjadi saat ini. Tentu, Ia ingin terus berjuang. Tapi, jujur ia memang lelah. Lelah merasa bersalah disetiap hari untuk Jeno yang selalu tersenyum di hadapannya selama bertahun-tahun.

Apakah Dia benar-benar bahagia bersamaku?

...

" izinkan aku beristirahat...",

Renjun berjalan melewati Jeno untuk menuju kamarnya. Namun, Jeno menahan langkahnya dengan menggenggam lembut pergelangan tangannya yang lunglai dan dingin.

" Jeno... Aku mohon...", pintanya dengan suara yang ia tahan sekuat tenaga agar tak terdengar bergetar menahan sakit dikerongkongan yang serasa tercekik.

Jeno perlahan melepaskan genggamannya tanpa sempat menyampaikan sepatah katapun. Sekelebat angin yang menyapu bagian samping tubuhnya terasa begitu dingin dan menyakitkan.

Jeno tahu Ia akan menyesal, tapi hari ini entah apa yang terbaik. Tidak melihat Renjun semakin sakit adalah yang ia pilih. Apapun itu yang akan Ia rasakan. Ia tidak ingin orang yang dicintainya itu terlihat semakin terluka karena ego-nya.

...

Back to present

"Tinggal lah di tempatku...",

" Kau bisa tinggal... di tempatku hyung...", tawar Jisung sekali lagi, memantapkan kalimatnya.

" Jisung-ah..."

" Kau tidak mungkin tinggal dirumah sakit setiap hari kan?"

" Aku bisa tinggal di tempat dokter Haechan...", Jawab Renjun santai. Ia benar-benar tidak mau membebani Jisung. Ia tahu Jisung. Ia selalu khawatir pada hal-hal kecil.

" Kata siapa?", tiba-tiba Haechan muncul dari depan pintu dan masuk dengan santai berjalan diantara Jisung dan Renjun yang berdiri dengan kikuk. Ruangan itu memang ruangan kerja Renjun dan Haechan. Ia tidak bisa di maki di ruangan itu. Sayang sekali.

" Haechan... ",

" Sekarang aku tidak tinggal sendirian. Mark baru pulang dari Kanada...", kata Haechan yang terlihat menggantungkan jasnya dan langsung berkemas pulang.
.
Haechan menempatkan tangannya di bahu Renjun memijatnya sedikit mencoba merilekskan syaraf Renjun yang ia tahu sedang tegang.

" Terima saja tawaran Jisung...lagipula kalian kan akrab...", Ia menepuk bahu Renjun dan Jisung, kemudian pamit pulang, seolah tidak ada yang salah dengan ucapannya.

Bocah ini benar-benar. Tak tahu apa yang ada dipikirannya. Ia bahkan tidak heran dengan Aku yang butuh tempat tinggal sedangkan Ia tahu aku telah tinggal bersama Jeno selama 5 tahun. Batin Renjun kesal.

...

Sudah beberapa hari sejak Ia ' putus'. Jeno masih menjalani aktivitasnya seperti biasa, mungkin lebih sibuk. Ia sering terlihat menghabiskan sebagian malamnya di kantor. Ia punya beban tanggung jawab yang besar di pekerjaannya. Tak ada pilihan lain, selain terlihat seperti bajingan. Tapi, hati jelas tak bisa berbohong. Ia merasa hampa, hatinya sakit setiap Ia memasuki apartemennya. Barang-barang Renjun yang masih bertebaran di segala sudut ruangan membuatnya merasa di tusuk dan di maki. Ia tentu ingin melakukan segala hal yang biasa kau lihat di drama romantis ketika menghadapi kondisi yang sama dengannya. Tapi, apa memang benar itu yang diinginkan Renjun?

" Izinkan aku berisitirahat..."

Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepalanya. Menusuk hatinya dengan sebilah pisau panjang. mengacaukan perasaannya, setiap kali Ia diam.

"Apa kau bahagia bersamaku?"

...

Malam ini Jeno lagi-lagi menghabiskan waktunya hanya berputar di kantor dan restoran cepat saji 24 jam. Ia semakin terlihat berantakan. Ia terlihat seperti pengangguran frustasi. Bahkan wajah tampannya tidak bisa menolongnya untuk terhindar dari tatapan sinis orang-orang yang melihatnya. Ketika ia sedang mengantri. Seseorang tiba-tiba berdiri di sampingnya. Membuatnya terkesiap.

.

"Kau makan di sini lagi?"

" Aku datang untuk menjemputmu dari lautan kolesterol...", bisiknya,

Jaemin mengalungkan lengannya ke milik Jeno dan menyeretnya keluar dari antrian.

" Ayo!"

" Jaemin-ah... Aku sudah sering merepotkanmu di pekerjaan akhir-akhir ini...".

"Lalu, apa bedanya dengan merepotkanku lagi?"

Jeno terdiam bingung.

" Kau menghindariku...", ucap Jaemin dengan nada kecewa.

" Bukan begitu..." Bantah Jeno.

" Kau project leader-ku di kantor... apa salahnya jika aku bersikap baik padamu?"

" Aku hanya merasa... aku bisa ..."

" Kau terlihat berantakan Jeno... Hatiku sakit",

Jeno berdecik. Ia tak mampu membuat Jaemin merasa tersinggung lebih jauh jika Ia menolaknya.


....

Ah...akhirnya tinggal beberapa chapter lagii,

terimakasih yang sudah mengikuti story ini.

Stay safe, I love you guys...!

RestlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang