Part 7

517 44 7
                                    

Jeno datang ke kantor dengan wajah yang tidak begitu terlihat ramah dan Jaemin menyadari bahwa ada yang tidak beres dan pasti berhubungan dengan Renjun. Setahunya, Renjun sudah tidak memiliki jadwal yang terlalu padat beberapa hari ini. Harusnya ia tidak melihat wajah Jeno yang muram seperti hari ini fikirnya.

" Apa sesuatu terjadi antara kau dan Renjun?", tanya Jaemin dari kursi kerjanya.

" tidak ada...", jawab Jeno dengan nada datar namun, tak bisa menyembunyikan wajah gusarnya.

" lalu apa kau sedang ada masalah lain?",

" tidak ada dan itu masalahnya...", jawab Jeno semakin terlihat kesal.

Jaemin terdiam. Masih memandang Jeno yang gusar, menunggu ia membuka mulutnya sendiri. Ia paham sekali perangai teman sekantornya itu. Ia pribadi yang sangat tertutup, tapi jika kau sabar menunggu ia akan perlahan membuka dirinya padamu. Dan benar, setelah beberapa waktu Jaemin menunggu Jeno akhirnya membuka mulutnya.

.

" Jisung...", ucap Jeno lalu berhenti, ragu apakah ia harus melanjutkannya. Tapi, Jaemin sudah terlanjur mendengar dan menanti kelanjutan dari ucapan Jeno. Ia melirik sekilas kearah Jaemin. Sebelum akhirnya memutuskan melanjutkan ucapannya. Toh, Jaemin adalah orang yang selalu ia jadikan tempat bertukar pikiran selama ini jadi rasanya tidak akan salah, pikirnya.

.

Jeno berdecih sebelum lanjut menceritakan penyebab gusarnya pagi itu, " akh, seharusnya aku tidak cemburu pada bocah itu, tapi... Renjun terlalu perhatian pada bocah itu dan itu memberikan efek pada Renjun...dan aku benci melihat pengaruh bocah itu pada Renjun...", Ucapnya kesal. Ini adalah sekali dari berbagai kesempatan Jeno menceritakan apa yang ada dipikirannya. Mungkin seharusnya Jaemin terkejut dengan sikap Jeno ini tapi, Ia hanya menunjukkan ekspresi datar. Ia seperti berusaha menyembunyikan sesuatu. Ia yang biasanya akan meredakan emosi Jeno ketika ia sedang kesal kini hanya diam. Menatapnya datar.

...

Renjun memutuskan untuk mendatangi apartemen Jisung setelah mendengar jika ia sakit. Padahal, sakitnya tidak terlalu parah menurut Dokter Suh yang telah bertemu Jisung sebelumnya. Hal itu dibuktikan dengan Jisung yang bahkan menyempatkan datang sebentar ke RS lalu ijin untuk pulang cepat. Mungkin, bukan karena Jisung yang sakit lalu Renjun khawatir jika ia akan sendirian. Mungkin, memang ia hanya rindu bertemu dokter jangkung itu.

Renjun menyetir sendirian mencari tempat tinggal Jisung, ini pertama kalinya ia kesana dan ia baru menyadari bahwa apartemen Jisung tidak sedekat yang Jisung selalu katakan. Ia memiliki arah yang berbeda dengan apartemen milik Renjun dan itu membuat Renjun merasa bersalah pada Jisung sekaligus merasa hutang budi yang sangat besar padanya.

TING TUNG!

Suara bel itu membangunkan pria jangkung yang sedang berbaring sembari membaca buku dikasurnya. Ia dibuat sedikit kesal akan itu, Ia sedang tidak menantikan siapa-siapa hari itu karena ia hanya berencana menghabiskan harinya dengan rebahan dan memulihkan keadaannya. Pintunya hanya dapat dibuka dengan menekan angka pin yang tepat. Karena Jisung hanya membagikan pin apartemennya pada anggota keluarganya saja, Jadi jelas orang yang menunggu dibelakang pintu itu bukanlah anggota keluarganya. Dengan berat, ia berjalan menuju pintu masuk apartemennya itu dengan memakai hoodie berwarna hitam dan celana panjang berbahan katun nyaman bewarna abu-abu.

" Siapa?" tanyanya dari mesin suara disebelah pintu,

" Jisung? Ini apartemen Jisung kan? Aku Renjun hyung..."

Betapa kagetnya Jisung mendengar itu adalah Renjun. Ia segera membuka pintu apartemennya.

Sosok pria yang berbadan lebih mungil darinya itu tersenyum lebar dengan membawa kantung belanja berisi bahan makanan.

RestlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang