Part 4

4.1K 558 10
                                    


Noah Naya

###

Part 4

###


"Kau tahu aku menikahimu karena harta yang kau miliki."

"Aku sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Berapa pun yang kauinginkan, aku akan memberikannya untukmu."

"Kau tidak akan memperlakukanku seperti wanita matrealistis jika kau benar baik-baik saja."

Noah menggeleng. Nampak kalut. Ia benci Naya karena memanfaatkannya, tapi di saat yang bersamaan ia juga tak ingin kehilangan Naya.

"Aku tahu kau pasti sudah muak denganku, maka mari hentikan semua ini."

"Hentikan apa?"

"Lebih baik kita bercerai."

Noah tercekat, tapi masih bersikap begitu dingin. "Apakah memang hanya ini yang kau kejar? Uangku?"

Naya mengangguk. "Aku tidak tahan kau menatapku dengan kekecewaan seperti itu meskipun aku sudah berusaha mengabaikannya."

"Aku tidak akan menceraikanmu."

"Kenapa?"

"Karena aku mencintaimu."

Naya terkekeh. Lalu merogoh tas tangannya di meja dan melempar beberapa lembar foto ke hadapan Noah. "Kau pernah."

Noah tercengang menemukan gambar dirinya dan Ralia sedang bercumbu di kelab malam. Kepalanya mencerna, kapan dan di mana kejadian itu bisa terjadi. Ah, ia ingat. Hari itu, mamanya memojokkannya tentang tagihan kartu kredit Naya yang lagi-lagi melewati batas. Wanita itu bukan tipe wanita yang suka berbelanja. Hampur setahun menikah, dan ialah yang lebih banyak mengisi lemari pakaian Naya. Hingga Mamanya mengatakan bahwa Naya memanfaatkan dirinya dan sengaja menguras harta keluarga mereka demi kesejahteraan keluarga Naya. Ia tak punya sepatah kata pun untuk menentang argumen Mamanya. Dan Naya sama sekali tak berbicara mengenai kartu kredit itu.

Ia terlalu kecewa dengan kebohongan yang Naya sembunyikan, memilih pergi ke klub malam alih-alih langsung pulang ke rumah seperti biasanya. Karena, meskipun dengan keadaan rumah tangga mereka yang berada di ujung tanduk, ia tetap tak bisa menahan diri untuk tidak pulang ke rumah. Enggan melewati waktu jam kerjanya semnit pun hanya demi menatap wajah istrinya yang selalu mengatakan bahwa ia telah berubah.

Di sana ia bertemu dengan Ralia. Keduanya berbincang sambil menghabiskan beberapa gelas minuman. Mungkin saat alkohol mulai memengaruhi kesadarannya itulah, entah dirinya, entah Ralia yang memulai, ia tak ingat. Kedua bibir mereka saling bersentuhan. Namun, ia bersumpah, itu hanya berlangsung beberapa detik saja. Ia tersadar, mendorong tubuh Ralia menjauh, dan bergegas pulang dengan suasana hati yang semakin kacau.

Sesampainya di rumah, Naya pun memberinya kabar yang tak kalah mengejutkannya tentang kabar kehamilan tersebut. Sungguh ia tak bermaksud bersikap sedingin dan sebrengsek itu untuk kabar gembira yang ia tunggu selama pernikahan mereka berlangsung.

Hingga seminggu kemudian, ia menemukan kebenaran bahwa kartu kredit Naya diambil secara paksa oleh Meisya, kakak perempuan Naya yang serakah dan istrinya terlalu takut mengatakan hal tersebut karena ancaman ibu mertuanya yang tak kalah serakahnya. Namun, egonya terlalu enggan meminta maaf atas kesalahpahaman dirinya terhadap wanita itu. Yang mengakibatkan hubungan mereka semakin berada di ambang kehancuran. Saat inilah puncaknya.

Noah NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang