Part 5

4K 559 14
                                    


Noah Naya

###

Part 5

###


Naya turun dari ranjang rumah sakit setelah salah satu perawat membersihkan gel di perutnya dengan lap berwarna putih. Noah menghampiri dan membantunya mengenakan sandal meskipun ia tak membutuhkan bantuan.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Noah smabil menarik satu kursi untuk Naya dan dia berdiri di belakang memegang bahu Naya.

"Secara keseluruhan keadaan rahimnya sudah kembali seperti semula dan baik-baik saja. Apa pendarahannya sudah berhenti?"

Naya mengangguk. Haidnya sudah berhenti sejak seminggu yang lalu.

"Apakah ada keluhan lain?"

Naya menggeleng.

Dokter itu mengangguk-angguk ringan sambil menuliskan beberapa resep di kertas putih. Lalu menyodorkan pada Naya sambil berucap, "Saya hanya meresepkan beberapa vitamin."

Naya mengambil kertas tersebut. Mengucapkan terima kasih dan berpamit.

"Aku benar-benar lega." Naya menghela napas dan mengalungkan lengannya di lengan Noah ketika keduanya berjalan di lorong menuju lift. "Aku sempat mengira rahimku akan rusak dan tidak bisa memberimu keturunan."

Noah melepas rangkulan Naya dan berganti menyandarkan kepala istrinya di bahu. Meremas lengan atas Naya dan berbisik, "Aku pun tak akan keberatan jika kau tidak bisa memberiku keturunan, Naya. Kau sudah melebihi kebahagiaan apa pun yang kuinginkan."

"Terima kasih, Noah." Naya tersenyum, kata-kata Noah selalu mampu membuat hatinya menghangat sebelum terbang ke awang-awang. Keduanya berhenti di ujung lorong. Menekan tombol dan menunggu.

Noah tiba-tiba berhenti dan mengurai pelukannya ketika pintu lift terbuka. Membuat Naya bertanya karena Noah menahan lift tetap terbuka, "Ada apa, Noah?"

"Sepertinya ponselku tertinggal di ruang dokter," Noah mengeluarkan kunci mobil dari kantong celana lalu mengulurkannya pada Naya. "Kau tunggu di mobil, aku akan kembali sebentar."

Naya mengangguk dan mengambil kunci mobil tanpa curiga.

"Kau hanya perlu turun ke basement. Kau masih ingat di mana mobil kita terparkir, bukan?"

Naya tersenyum. "Aku hanya hilang ingatan, Noah. Bukan jadi pelupa."

Noah terkekeh. Menurunkan wajahnya memberi kecupan singkat di bibir dan mundur satu langkah. Memastikan pintu lift tertutup dan membawa Naya ke lantai bawah sebelum ia berbalik dan kembali menuju ruangan dokter.

"Bagaimana keadaan rahimnya?" tanya Noah tanpa basa-basi ketika langsung menggeser pintu dan masuk. "Apakah dia siap untuk kehamilan selanjutnya?"

Dokter itu mengangguk. Menyodorkan ponsel Noah yang sengaja ditinggal untuk mendapatkan laporan sesungguhnya pasien. Ia sendiri tak bisa berbuat banyak mengenai keadaan pasien. Amnesia yang diderita setidaknya menyelamatkan pasien dari pukulan emosional, meskipun kebohongan ini seperti bom waktu yang siap meledak. Setidaknya, kehamilan kedua akan mengurangi luka hati akibat kehilangan anak pertamanya, bukan?

"Kondisi rahim sudah membaik dan kembali seperti semula. Pendarahan juga sudah berhenti. Jadi, ya. Pasien siap untuk kehamilan selanjutnya."

Noah mengangguk. Mengambil ponselnya di meja dan bertanya lagi, "Apakah akan ada dampaknya jika hamil lebih cepat?"

Noah NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang