Part 6

3.9K 512 9
                                    


Noah Naya

###

Part 6

###


Eva Samudra benar-benar mempunyai tekad yang luar biasa besar dan kuat. Meskipun dengan kesinisan, Noah merasa salut dengan kegigihan mamanya, menemukan wanita paruh baya itu duduk di ruang tengah dan berbincang dengan istrinya. Well, sejak kapan mamanya itu bergaul dengan istrinya hingga memaksakan senyum palsu demi menyembunyikan rasa jijik?

Sendau gurau Naya dan Eva terhenti ketika perhatian mama mertuanya itu beralih ke belakang mereka dan menemukan Noah yang berdiri di ambang pintu apartemen. Naya berdiri, menyambut Noah dengan senyum cerianya. "Noah? Kau sudah pulang?"

Noah memaksakan senyum ketika wajahnya bertatapan dengan Naya, dan dalam sedetik berubah dingin ketika istrinya berpaling dan menatap tajam pada sang mama.

"Mama datang ingin melihat keadaanku. Membawa beberapa hadiah," beritahu Naya dengan nada riang. Haus kasih sayang seorang ibu membuatnya begitu bahagia dengan perhatian mama Noah. Hidupnya yang dulu terasa sangat mengerikan, dalam sekejap kini menjelma menjadi kebahagiaan yang sempurna.

Noah mengangguk. Mengulurkan jas dan tasnya pada Naya.

"Apa kau ingin minum dan menyapa mama sebelum mandi?"

Pertanyaan yang bagus. Ia butuh waktu berbicara berdua dengan mamanya. "Aku ingin jus. Apa pun yang ada di kulkas."

Naya mengangguk dan segera berlalu ke arah dapur.

Eva berdiri sambil meraih tas tangannya. Merasa urusannya telah selesai. Ia tak ingin lebih banyak membuang waktu berharganya hanya untuk menantu tak tahu diri itu.

Noah melirik dingin undangan yang ia lempar ke tempat sampah kini berada di sisi meja tempat Naya duduk. "Apa Mama tidak akan menyerah?"

Eva tersenyum tipis dengan lebar. "Istrimu benar-benar wanita yang polos, Noah. Aku tak tahu bagaimana dia bisa terlihat begitu baik-baik saja dengan semua kebohongan ini. Aku juga tak tahu kalau dia terlalu naif dengan kebahagiaan semu yang kau berikan."

Noah tak menyangkal, tapi jemarinya terkepal sangat keras di kedua sisi tubuhnya. Karena dirinya sendirilah yang membuat istrinya hidup dalam kebohongan.

Eva mengangkat jam tangannya. "Sepertinya mama harus pulang. Sampaikan salam mama pada istrimu."

Noah membungkuk mengambil kartu undangan di meja, menyodorkan pada mamanya. "Mama melupakan sesuatu."

Eva berhenti, melirik tersebut dengan ketenangan yang memuaskan. "Kau tak akan tega melukai hati istrimu, Noah. Itulah kelemahanmu. Kelemahan terburukmu."

Bayangan senyum bahagia yang ada di wajah Naya melemahkan tubuh Noah. Mamanya benar, Naya adalah kelemahannya. Ia tidak tahu apa yang dikatakan mamanya pada Naya hingga istrinya terlihat begitu bahagia, tapi ia yakin Naya akan memaksanya datang ke acara sialan itu sebagai bentuk kepatuhan seorang anak menantu.

"Apa mama sudah pulang?"

Noah tergelegap, lalu mengangguk dan mengambil jus jeruk di nampan yang dipegang Naya.

Naya mengambil undangan di genggaman Noah dan tersenyum. "Apa aku pernah mendatangi pesta seperti ini sebelumnya?" tanya Naya.

Noah berhenti meneguk minumannya. Tohokan besar mendarat di dadanya dengan cara yang menyesakkan. "Bisakah kau menyiapkan air panas untuk berendam? Badanku sangat pegal."

Noah NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang